"Apa yang Dokter lakukan di sini?"
Kafka malah tersenyum melihat ekpresi Cara yang terkejut karena kedatangannya. "Tentu saja untuk bertemu denganmu. Apa suamimu ada di rumah?" tanya Kafka sambil melongok ke dalam mencari Alvaro.
"Tuan Alvaro sedang tidak ada di rumah," jawab Cara.
"Em, apa aku boleh masuk, Caramell?"
"Ah, tentu saja, Dokter." Cara pun mempersilakan Kafka untuk duduk di ruang tamu. Tanpa diminta dia beranjak ke dapur membuat secangkir teh panas untuk dokter muda itu. Untung saja Alvaro tidak ada rumah, jika ada suaminya itu pasti marah karena Kafka datang ke rumah.
"Terima kasih banyak, Caramell."
"Sama-sama, Dokter. Kenapa Dokter datang pagi-pagi sekali?"
"Apa kau merindukan, Caramell?"Alvaro terkejut mendengar pertanyaan Felix barusan, sedetik kemudian dia cepat-cepat mengubah raut wajahnya agar kembali tenang. "Em, ti-tidak," jawabnya terbata-bata."Sungguh?" Felix menatap Alvaro dengan pandangan menyelidik."Tentu saja. Untuk apa juga aku berbohong?" Alvaro mencoba fokus membaca berkas yang ada di tangannya. Namun, pertanyaan Felix barusan berhasil menghancurkan konsentrasinya. Dia malah terus memikirkan Cara."Kau bohong, kan?" tanya Felix sambil mendudukkan diri di kursi yang berada tepat di depan Alvaro.Alvaro mengempaskan punggungnya di kursi kebanggannya. Percuma saja dia berbohong karena Felix sudah tahu kalau dia sedang memikirkan Cara."Aku—hanya memikirkan bayiku yang berada dalam kandungan Cara. Itu hal yang wajar, kan?""Em ...." Felix bergumam sebentar sebelum menjawab pertanyaan Alva
"Aku pulang," ucap Alvaro begitu menginjakkan kaki di apartemennya."Sayang, coba lihat. Gaun ini bagus tidak?" Angela menunjukkan gaun merek Balenciaga yang dibelinya tadi siang untuk acara brydal shower temannya pada Alvaro.Alvaro pun memperhatikan penampilan Angela dari atas sampai bawah. Istrinya terlihat cantik dan seksi memakai gaun berwarna merah tanpa lengan tersebut. "Bagus," jawabnya."Kalau rambutku bagaimana?"Alvaro mengerutkan dahi. Menurutnya rambut Angela terlihat baik-baik saja."Sayang, coba perhatikan baik-baik rambutku!" Angela mengerucutkan bibir kesal karena Alvaro tidak berhasil menemukan perbedaan di rambutnya. Padahal dia sudah menghabiskan waktu tiga jam lebih di salon untuk mewarnai rambutnya agar terlihat seperti idol Korea.Alvaro pun mengik
Tinggal di rumah Alvaro sendirian membuat dada Cara semakin terasa sesak. Setiap sudut bagian dari rumah tersebut selalu mengingatkannya dengan Alvaro. Kamar, tempat tidur, ruang tamu, bahkan dapur. Aroma tubuh lelaki itu pun tidak mau hilang, masih membekas di tempat tidur mereka. Semua ini membuat Cara muak. Dia merasa sangat kesepian.Gadis itu mulai tidak betah tinggal di rumah Alvaro. Setiap hari yang dia lakukan hanya makan, tidur, membereskan rumah, lalu tidur lagi. Tidak ada yang lain. Cara merasa sangat bosan. Apa lagi Alvaro tidak pernah memberi kabar. Lelaki itu pasti sedang bersenang-senang dengan istri pertamanya.Menyebalkan!Ah, lagi-lagi Cara malah memikirkan Alvaro. Lelaki itu tidak pernah menelepon, sekadar mengirim pesan untuk menanyakan kabarnya pun tidak pernah semenjak tinggal di apartemen bersama Angela. Padahal sebelum pergi Alva
Matahari sudah kembali ke peraduan, tapi Alvaro masih bertahan di dalam ruangannya yang gelap sendirian. Dia duduk termenung di kursi kebanggaannya sambil menatap kosong keluar jendela. Suasana pun terasa begitu hening.Alvaro memejamkan mata perlahan. Wajah Cara sontak melintas di dalam pikirannya. Begitu jelas. Sudah tiga bulan lebih mereka tidak bertemu, rasanya Alvaro ingin sekali bertemu dengan Cara sekarang.Bagaimana kabar gadis itu? Apa Cara dan calon buah hatinya baik-baik saja?Napas Alvaro terengah. Dia pun mencoba menarik napas panjang untuk mengisi paru-parunya yang mendadak kosong. Dadanya sesak. Alvaro sangat merindukan Cara. Rindu suara juga aroma apel manis yang menguar dari tubuh gadis itu.Rasanya dia ingin sekali pulang lalu menarik tubuh Cara dalam dekapan. Begitu
'Air mataku jatuh. Aku rindu aroma tubuhmu yang memelukku. Kamu bilang akan menghubungiku setiap saat. Tapi semuanya ternyata bohong. Kenapa kamu pergi? Bisakah kamu datang kembali ke rumah? Jangan tinggalkan aku ...."~Caramell~***"Jadi, Caramell nawarin bunga ke kamu?" Danica tidak bisa berhenti tertawa setelah mendengar cerita Kafka.Putranya itu baru saja mengatakan jika Cara menyuruhnya agar membeli bunga mawar putih untuk diberikan pada orang spesial. Padahal dia datang ke Rose Bloom Florist karena ingin bertemu dengan sang ibu."Iya, Bu. Padahal Kafka ingin memberi tahu kalau ingin menemui Ibu. Tapi Caramell malah menyuruh Kafka membeli bunga ...," ucapnya sambil geleng-geleng kepala. Cara benar-benar
Alvaro cepat-cepat turun dari mobilnya, lalu mengeluarkan kunci rumah dari dalam saku celananya untuk membuka pintu. Dia memutar kenop pintu dengan sangat pelan, setelah itu berjalan mengendap-endap memasuki rumahnya agar tidak membangunkan Cara.Alvaro terlihat seperti seorang pencuri, padahal yang dia masuki adalah rumahnya sendiri. Dia bergegas pergi ke kamar Cara, kemudian memutar kenop pintu dengan sangat pelan agar tidak membangunkan gadis itu yang sedang tertidur pulas di atas tempat tidur.Aroma apel manis seketika menyeruak dia indra penciuman Alvaro. Aroma yang menenangkan sekaligus memabukkannya. Jantung Alvaro seketika berdegup kencang, seolah-olah ingin meledak di dalam rongga dadanya. Pelan, dia mendekat, lalu membaringkan diri dengan hati-hati tepat di samping Cara.Debaran jantung Alvaro semakin menggila di dala
Napas Cara terengah, bulir keringat dingin pun keluar membasahi tubuhnya. Cara menatap ke sekitar dengan kedua mata membelalak lebar. Ternyata dia sedang berada di kamar, bukan di taman bunga bersama Jafier.Cara mengusap wajah kasar karena mimpi buruk itu kembali datang. Mimpi yang selalu menghantui tidurnya setelah Jafier pergi meninggalkannya. Dia nyaris saja jatuh ke jurang karena ingin mengejar Jafier, beruntung Alvaro berhasil menahan tubuhnya. Jika tidak, dia pasti sudah jatuh ke dalam jurang yang gelap dan dalam itu.Entah kenapa akhir-akhir ini Cara sering sekali memimpikan Jafier. Lelaki itu tidak pernah pernah menghubunginya untuk menjelaskan status hubungan mereka sekarang.Bagaimana kabar Jafier sekarang? Apa lelaki itu baik-baik saja?Tubuh Cara menegang karena sebuah tangan melingkari perutnya. Gadis itu pun menoleh ke samping. Kedua matanya mengerjab beberapa kali menatap lelaki berwajah ta
"Caramell, yuhuuu ...." Cara dan Alvaro saling tatap. Wajah keduanya seketika berubah pucat. "MAMA?!" Wanita paruh baya yang sudah melahirkan Alvaro dan Allendra itu memang sengaja datang pagi-pagi karena ingin bertemu dengan Cara. Mama ingin tahu bagaimana kabar gadis yang sudah dianggapnya seperti putri kandung sendiri itu. "Astaga, Tuan! Bagaimana ini?" tanya Cara terdengar panik. Dia tidak menyangka jika Mama akan datang berkunjung sepagi ini. "Ak-aku juga tidak tahu." Alvaro terlihat lebih panik dari pada Cara. Selama ini Mama mengira jika dirinya masih tinggal di apartemen bersama Angela. Bagaimana jika Mama melihatnya dan Cara sedang bercinta?