Matahari perlahan terbenam di cakrawala, menyisakan cahaya jingga yang memancar melalui jendela besar mansion mewah itu. Jack, seorang pria dengan aura misterius, melangkah dengan mantap melewati koridor yang dihiasi dengan lukisan-lukisan berharga. Tidak ada suara kecuali langkah kaki halusnya yang menggetarkan lantai marmer. Hatinya berdebar kencang, terasa seperti riak-riak air di permukaan danau yang tenang.
Dia berhenti di depan pintu kamar Lea, wanita yang telah mengisi pikirannya belakangan ini. Dengan napas terengah-engah, tangannya gemetar saat ia mengetuk perlahan. Pintu terbuka, dan di sana, di baliknya, ada Lea, dengan gaun malam yang elegan dan mata yang penuh kejutan."Jack?" gumam Lea, suaranya bergetar.Jack menjawab dengan senyuman yang samar. "Ya, akhirnya kita bertemu. Kudengar kau mulai menjinak." Sengaja sekali, Jack mengatakannya untuk mengetahui respon dari Lea sekarang ini. Karena jika laporan Bob benar,maka seharusnya kini Lea sudah bisa menerima apa yang terjadi padanya tanpa memberontak lagi.Lea membiarkan dia masuk, dan mereka berdua sekarang berdiri di tengah kamar yang dihiasi mewah. Jack melepaskan jaketnya dengan gerakan lembut, menyingkapkan pakaian yang rapi di bawahnya."Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Lea dengan sinis.Jack menyelipkan tangan ke dalam saku jasnya dan mengeluarkan sebuah kartu ATM yang diletakkannya di atas meja dengan lembut. Mata Lea membulat saat melihat kartu tersebut."Ini untukmu," kata Jack.Lea mengangkat mata dan memandangnya sangat lama, mencari tahu apa yang sebenarnya Jack maksudkan. "Apa ini?"Jack mengambil napas dalam-dalam, sepertinya mencari kata yang tepat. "Ini adalah kartu ATM dengan jumlah yang cukup untuk melunasi hutang ayahmu."Lea terkejut bukan main. "Bagaimana kamu bisa tahu tentang hutang ayahku?"Jack tersenyum misterius. "Aku tahu banyak hal, Lea. Tapi jangan lupa ada satu syarat yang harus kamu penuhi jika kamu menerima ini.""Cuih! Bajingan sepertimu tidak bisa kupercaya!" Lea kembali mengoceh.Jack melangkah mendekat, menjadikan jarak antara mereka hanya tersisa beberapa inchi saja. "Aku bisa meminta syaratnya lain waktu, tapi ... kurasa hutang ayahmu di luar sana tidak bisa menunggu lagi untuk dilunasi bukan? Atau ... Restoran satu-satunya milik ayahmu akan diambil alih?"Lea menelan ludah, merasakan detak jantungnya semakin cepat.Jack tersenyum tajam. "Jadi, apa kamu bersedia, Lea?"Lea masih bimbang, dia tak bisa memutuskan apapun di saat ini. Sementara ponselnya terus berdering, panggilan dari Bos Jarwo terus masuk menagihnya. Perlahan, air mata Lea menetes. Jika saja restoran itu bukan satu-satunya tempat untuk Lea bisa mengingat ibunya yang menghilang belasan tahun lalu, mungkin Lea pun tak akan mempertahankannya."Baiklah, aku bersedia menerima syaratnya," ujar Lea akhirnya membuat keputusan.Jack mengangguk puas, dan dalam sekejap, ia meraih tangan Lea dan menciumnya lembut. Lea merasakan getaran aneh dalam dirinya, sensasi yang mengirimkan kejutan melalui seluruh darah di dalam tubuhnya mendadak menggetarkan jiwa."Simpan ATM nya, aku akan mengirim orang mengurus bandit bernama Jarwo itu." Jack pun berlalu pergi setelahnya meninggalkan Lea masih dengan rasa heran.***Sore pun tiba.Jack pulang kerumah, pintu utama akhirnya terbuka, Theena merasa detak jantungnya berdegup lebih cepat. Dia mengangkat kepalanya dan melihat Jack masuk ke dalam mansion. Mata mereka bertemu sejenak sebelum Jack berjalan menuju kamarnya."Jack," panggil Theena dengan suara lembut namun tajam. "Bisakah kita bicara sebentar?"Jack berhenti di tempatnya dan melirik Theena, senyum samarnya seakan menutupi sesuatu. "Tentu, sayang. Ada apa?"Theena bangkit dari tempat duduknya dan mendekati Jack dengan pandangan yang tajam. "Aku tidak bisa tidak merasa bahwa ada sesuatu yang sedang kamu sembunyikan dariku belakangan ini. Kamu semakin sering terlambat pulang, dan aku bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres." "Honey, aku tahu kamu khawatir. Aku hanya sibuk di kantor."Telinga Theena perlahan berubah merah karena rasa frustrasinya. "Apakah ada masalah di kantor? Dan kenapa kamu tidak memberitahuku?"Jack meraih tangan Theena dengan lembut dan menatap matanya dengan penuh kelembutan. "Jangan cemberut begini dong, bagaimana kalau malam ini kita Aqua Play, kudengar makan malam di sana sangat menakjubkan.""Kau sedang membujukku?"Kali ini, Jack sudah tak lagi terlalu mencemaskannya, baginya urusan Theena hanya perkara service di ranjang saja nantinya yang harus diperkeras. Dan wanita yang usianya separuh abad itu akan kembali memujanya.Jack tersenyum, meskipun itu lebih dari sekadar senyuman. "Ayolah, aku kangen."Theena tersenyum kecil menjawabnya.Jack meraih wajah Theena dan menciumnya lembut. "Aku tahu itu. Dan kamu adalah alasan mengapa aku melakukan ini semua. Aku ingin memberikan yang terbaik untuk kita.""Kau melupakanku belakangan ini," ujar Theena sambil mengelus kelelakian Jack dengan sedikit remasan di ujungnya."Ugh, kau membangunkannya, Theena sayang." Jack segera membalas perlakuan istrinya itu dengan membelah belahan inti sang istri menggunakan jari tangannya."Jack, kamar saja ya. " Kata Theena. Dia tersenyum, meski masih penuh pertanyaan di dalam pikirannya, tetapi juga penuh dengan rasa cinta dan harapan.Jack tahu, saat ini adalah waktunya memberikan service kepada sang istri. Mereka kemudian menghabiskan waktu bersama di dalam ruang kerja, berbicara tentang hal-hal ringan, seolah mencoba membangun kembali ikatan mereka yang teguh di tengah misteri yang semakin dalam."Aku sudah tak sabar," bisik Theena seduktif.Jack meraih pinggulnya dan tanpa menunggu aba-aba dia segera menyapukan bibirnya pada bibir merah Theena yang sudah sangat menggoda.Theena, membuktikan kepada Jack jika kekuatan uang adalah surga untuk kehidupan. Pria itu nyaris tak menemukan celah kekurangan dari Theena.Perlahan Jack mendorong tubuh Theena ke arah dinding, membiarkannya di sana dan melucutinya. Sementara detik berikutnya, Jack sudah sangat siap bertempur ... sebuah telepon masuk ke ponselnya Theena.Wanita itu pun segera mengangkat teleponnya."Jack, aku akan segera kembali. Kita lanjutkan nanti ya, bye honey." Theena segera mengenakan kembali bajunya dan melangkah pergi meninggalkan Jack, entah hendak kemana Jack tak bisa bertanya. Bukan tanpa alasan, tapi hal tersebut memang sudah diatur dalam perjanjian pernikahan mereka sebelumnya.Dengan sangat terpaksa, Jack pun bermain solo kali ini.Matahari perlahan terbenam di cakrawala, menyisakan cahaya jingga yang memancar melalui jendela besar mansion mewah itu. Jack, seorang pria dengan aura misterius, melangkah dengan mantap melewati koridor yang dihiasi dengan lukisan-lukisan berharga. Tidak ada suara kecuali langkah kaki halusnya yang menggetarkan lantai marmer. Hatinya berdebar kencang, terasa seperti riak-riak air di permukaan danau yang tenang.Dia berhenti di depan pintu kamar Lea, wanita yang telah mengisi pikirannya belakangan ini. Dengan napas terengah-engah, tangannya gemetar saat ia mengetuk perlahan. Pintu terbuka, dan di sana, di baliknya, ada Lea, dengan gaun malam yang elegan dan mata yang penuh kejutan."Jack?" gumam Lea, suaranya bergetar.Jack menjawab dengan senyuman yang samar. "Ya, akhirnya kita bertemu. Kudengar kau mulai menjinak." Sengaja sekali, Jack mengatakannya untuk mengetahui respon dari Lea sekarang ini. Karena jika laporan Bob benar,maka seharusnya kini Lea sudah bisa menerima apa yang terj
Sinar matahari yang hangat menyambut mereka saat mereka turun dari mobil. Pasir putih yang lembut dan laut biru yang tenang terbentang di hadapan mereka. Bunyi deburan ombak mengisi udara, menciptakan suasana yang menenangkan.Jack dan Theena berjalan beriringan di sepanjang pantai, menghirup udara segar dan merasakan angin laut yang lembut menyapu wajah mereka. Mereka tertawa dan berbicara, saling berbagi cerita dan candaan seperti teman lama.Tiba-tiba, Jack mengambil tangan Theena dan membawanya ke arah air. "Mari kita bermain air, Theena. Kita hanya perlu sejenak melupakan semua beban dan menikmati momen ini."Theena setuju dan tersenyum. Mereka berdua berlari menuju ombak yang menyentuh pantai. Dengan tawa yang riang, mereka bermain-main di air, saling menyemprotkan air satu sama lain, dan merasakan kegembiraan anak-anak yang tumbuh dalam diri mereka."Jack, aku mencintaimu." Theena mengecup bibir Jackie setelahnya. Adegan panas pun membawa keduanya terbuai. Setelah puas bermai
"Aku sangat tahu dan sangat mengenal ayahku. Dia tidak mungkin berhutang sebanyak itu! Ayahku adalah pria baik yang sangat menghormati wanita dan dia adalah penjagaku! Dia adalah laki-laki yang terhormat, tidak sepertimu yang melakukan berbagai upaya dan cara hanya demi berkuasa hingga kau bahkan rela menjadi suami muda seorang Theena Giolardo yang sudah tua dan bau tanah!" sungut Lea semakin membabi buta membuat kuping Jack yang mendengarnya kian memanas.Spontan!Tangan kanan Jack langsung meraih bagian bawah wajahnya Lea dan mencengkram rahang wanita itu beberapa saat. Sementara tangan kirinya segera menarik pinggul Lea mendekat kearahnya. Hal tersebut membuat Lea terkunci dalam jangkauannya."Kau sangat liar rupanya ya! Aku ingin tahu se-liar apa dirimu melayaniku!" ucap Jack sambil mendorong Lea berbaring di atas ranjang. "Tidak akan kubiarkan kau merenggutku!" teriak Lea.Hari telah menjelang senja, dan suasana di sekitar mansion itu semakin terasa tegang. Jack, dengan mata yan
Mobil Bugatti hitam yang dikemudikan sendiri oleh Jack saat ini sudah meninggalkan mansion mewah milik Theena. Tujuan Jack saat ini hanyalah satu yaitu mansion rahasianya di pinggiran kota untuk mengetahui apa yang terjadi kepada Lea. Semangat membara Jack seketika memudar ketika Bob menghubunginya melalui sambungan telepon dan mengatakan bahwa anak buah tinna saat ini mengektori Jack di belakang mobilnya."Jangan sampai kau melakukan kesalahan, Bob!" ucap Jack kepada sang asisten."Aku tidak berani melakukannya Tuan," sahut Bob menjawabnya. Dengan rasa kesal Jack kemudian memutar kemudi mobilnya ke arah kanan tepat di saat itu dia melewati persimpangan terakhir yang akan membawanya ke arah mansion pribadi. Ucapan Bob ternyata benar, sang asisten yang juga telah memasangkan kamera pengintai khusus di bagian belakang mobil Jack itu tidak berbohong, saat menikung tadi Jack bisa melihat sebuah mobil hitam berplat khusus milik para pengawal pribadi istrinya berada di belakang dengan t
"Lepasin gue!" teriak Lea dengan suaranya yang sangat kencang.Gadis itu tak berhenti mengoceh dan berteriak mencaci maki Jack yang sudah keluar dari dalam kamar dan mengurung gadis itu di lantai atas mansion mewahnya."Boss, kita akan sedikit kesulitan menanganinya," ucap Bob kepada Jack."Itu bukan urusanku! Atur anak buah kita untuk terus mengawasinya. Pastikan juga tidak ada tetangga yang akan mencurigai keberadaannya di tempat ini."Jackie sendiri harus bergegas ke bandara karena pesawat Theena sudah akan mendarat setengah jam lagi dan akan sangat bahaya jika dia tidak berada di sana saat istrinya itu tiba."Bob, aku percayakan padamu," ucap Jack sambil melajukan mobilnya meninggalkan mansion megahnya itu.Butuh hampir sepuluh menit untuk Jack sampai di bandara.Tepat di menit terakhir Theena muncul dari balik pintu exit penumpang."Sayang," teriak wanita itu sambil melambaikan tangannya kepada Jack."Ya," sambut Jack yang langsung kembali memerankan posisinya sebagai seorang swe