Home / Urban / Istri Kedua Presdir Jack / Menaklukkan Dua Wanita

Share

Menaklukkan Dua Wanita

last update Huling Na-update: 2024-05-04 20:05:32

Matahari perlahan terbenam di cakrawala, menyisakan cahaya jingga yang memancar melalui jendela besar mansion mewah itu. Jack, seorang pria dengan aura misterius, melangkah dengan mantap melewati koridor yang dihiasi dengan lukisan-lukisan berharga. Tidak ada suara kecuali langkah kaki halusnya yang menggetarkan lantai marmer. Hatinya berdebar kencang, terasa seperti riak-riak air di permukaan danau yang tenang.

Dia berhenti di depan pintu kamar Lea, wanita yang telah mengisi pikirannya belakangan ini. Dengan napas terengah-engah, tangannya gemetar saat ia mengetuk perlahan. Pintu terbuka, dan di sana, di baliknya, ada Lea, dengan gaun malam yang elegan dan mata yang penuh kejutan.

"Jack?" gumam Lea, suaranya bergetar.

Jack menjawab dengan senyuman yang samar. "Ya, akhirnya kita bertemu. Kudengar kau mulai menjinak." Sengaja sekali, Jack mengatakannya untuk mengetahui respon dari Lea sekarang ini. Karena jika laporan Bob benar,maka seharusnya kini Lea sudah bisa menerima apa yang terjadi padanya tanpa memberontak lagi.

Lea membiarkan dia masuk, dan mereka berdua sekarang berdiri di tengah kamar yang dihiasi mewah. Jack melepaskan jaketnya dengan gerakan lembut, menyingkapkan pakaian yang rapi di bawahnya.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Lea dengan sinis.

Jack menyelipkan tangan ke dalam saku jasnya dan mengeluarkan sebuah kartu ATM yang diletakkannya di atas meja dengan lembut. Mata Lea membulat saat melihat kartu tersebut.

"Ini untukmu," kata Jack.

Lea mengangkat mata dan memandangnya sangat lama, mencari tahu apa yang sebenarnya Jack maksudkan. "Apa ini?"

Jack mengambil napas dalam-dalam, sepertinya mencari kata yang tepat. "Ini adalah kartu ATM dengan jumlah yang cukup untuk melunasi hutang ayahmu."

Lea terkejut bukan main. "Bagaimana kamu bisa tahu tentang hutang ayahku?"

Jack tersenyum misterius. "Aku tahu banyak hal, Lea. Tapi jangan lupa ada satu syarat yang harus kamu penuhi jika kamu menerima ini."

"Cuih! Bajingan sepertimu tidak bisa kupercaya!" Lea kembali mengoceh.

Jack melangkah mendekat, menjadikan jarak antara mereka hanya tersisa beberapa inchi saja. "Aku bisa meminta syaratnya lain waktu, tapi ... kurasa hutang ayahmu di luar sana tidak bisa menunggu lagi untuk dilunasi bukan? Atau ... Restoran satu-satunya milik ayahmu akan diambil alih?"

Lea menelan ludah, merasakan detak jantungnya semakin cepat.

Jack tersenyum tajam. "Jadi, apa kamu bersedia, Lea?"

Lea masih bimbang, dia tak bisa memutuskan apapun di saat ini. Sementara ponselnya terus berdering, panggilan dari Bos Jarwo terus masuk menagihnya. Perlahan, air mata Lea menetes. Jika saja restoran itu bukan satu-satunya tempat untuk Lea bisa mengingat ibunya yang menghilang belasan tahun lalu, mungkin Lea pun tak akan mempertahankannya.

"Baiklah, aku bersedia menerima syaratnya," ujar Lea akhirnya membuat keputusan.

Jack mengangguk puas, dan dalam sekejap, ia meraih tangan Lea dan menciumnya lembut. Lea merasakan getaran aneh dalam dirinya, sensasi yang mengirimkan kejutan melalui seluruh darah di dalam tubuhnya mendadak menggetarkan jiwa.

"Simpan ATM nya, aku akan mengirim orang mengurus bandit bernama Jarwo itu." Jack pun berlalu pergi setelahnya meninggalkan Lea masih dengan rasa heran.

***

Sore pun tiba.

Jack pulang kerumah, pintu utama akhirnya terbuka, Theena merasa detak jantungnya berdegup lebih cepat. Dia mengangkat kepalanya dan melihat Jack masuk ke dalam mansion. Mata mereka bertemu sejenak sebelum Jack berjalan menuju kamarnya.

"Jack," panggil Theena dengan suara lembut namun tajam. "Bisakah kita bicara sebentar?"

Jack berhenti di tempatnya dan melirik Theena, senyum samarnya seakan menutupi sesuatu. "Tentu, sayang. Ada apa?"

Theena bangkit dari tempat duduknya dan mendekati Jack dengan pandangan yang tajam. "Aku tidak bisa tidak merasa bahwa ada sesuatu yang sedang kamu sembunyikan dariku belakangan ini. Kamu semakin sering terlambat pulang, dan aku bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres."

"Honey, aku tahu kamu khawatir. Aku hanya sibuk di kantor."

Telinga Theena perlahan berubah merah karena rasa frustrasinya. "Apakah ada masalah di kantor? Dan kenapa kamu tidak memberitahuku?"

Jack meraih tangan Theena dengan lembut dan menatap matanya dengan penuh kelembutan. "Jangan cemberut begini dong, bagaimana kalau malam ini kita Aqua Play, kudengar makan malam di sana sangat menakjubkan."

"Kau sedang membujukku?"

Kali ini, Jack sudah tak lagi terlalu mencemaskannya, baginya urusan Theena hanya perkara service di ranjang saja nantinya yang harus diperkeras. Dan wanita yang usianya separuh abad itu akan kembali memujanya.

Jack tersenyum, meskipun itu lebih dari sekadar senyuman. "Ayolah, aku kangen."

Theena tersenyum kecil menjawabnya.

Jack meraih wajah Theena dan menciumnya lembut. "Aku tahu itu. Dan kamu adalah alasan mengapa aku melakukan ini semua. Aku ingin memberikan yang terbaik untuk kita."

"Kau melupakanku belakangan ini," ujar Theena sambil mengelus kelelakian Jack dengan sedikit remasan di ujungnya.

"Ugh, kau membangunkannya, Theena sayang." Jack segera membalas perlakuan istrinya itu dengan membelah belahan inti sang istri menggunakan jari tangannya.

"Jack, kamar saja ya. " Kata Theena. Dia tersenyum, meski masih penuh pertanyaan di dalam pikirannya, tetapi juga penuh dengan rasa cinta dan harapan.

Jack tahu, saat ini adalah waktunya memberikan service kepada sang istri. Mereka kemudian menghabiskan waktu bersama di dalam ruang kerja, berbicara tentang hal-hal ringan, seolah mencoba membangun kembali ikatan mereka yang teguh di tengah misteri yang semakin dalam.

"Aku sudah tak sabar," bisik Theena seduktif.

Jack meraih pinggulnya dan tanpa menunggu aba-aba dia segera menyapukan bibirnya pada bibir merah Theena yang sudah sangat menggoda.

Theena, membuktikan kepada Jack jika kekuatan uang adalah surga untuk kehidupan. Pria itu nyaris tak menemukan celah kekurangan dari Theena.

Perlahan Jack mendorong tubuh Theena ke arah dinding, membiarkannya di sana dan melucutinya. Sementara detik berikutnya, Jack sudah sangat siap bertempur ... sebuah telepon masuk ke ponselnya Theena.

Wanita itu pun segera mengangkat teleponnya.

"Jack, aku akan segera kembali. Kita lanjutkan nanti ya, bye honey." Theena segera mengenakan kembali bajunya dan melangkah pergi meninggalkan Jack, entah hendak kemana Jack tak bisa bertanya. Bukan tanpa alasan, tapi hal tersebut memang sudah diatur dalam perjanjian pernikahan mereka sebelumnya.

Dengan sangat terpaksa, Jack pun bermain solo kali ini.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istri Kedua Presdir Jack   Mantan dan Sahabat

    Pria itu hanya mengangguk, matanya sempat bertaut dengan Lea, namun segera berpaling pada Susan. “Dia hanya sampah yang sempat ku pungut, tentu tak sebanding dengan Susan, kau terlihat luar biasa malam ini,” pujinya enteng pada Susan, seakan keberadaan Lea hanyalah bayangan tak berarti.Lea merasakan dadanya diremas. Ia tertawa hambar, meneguk sisa sampanye hingga habis sebelum berkata dengan nada getir, “Jadi begitu ya? Aku berteman dengan parasit sepertimu, Susan….” Ia menatap lurus ke arah Susan, matanya berkilat penuh sakit. “Aku benar-benar bodoh.”Susan tersenyum sinis, mengangkat dagunya tinggi. “Bodoh memang cocok untukmu, Lea. Dan sekarang semua orang tahu tempatmu: jauh di bawah kami.”Lea terdiam, jemarinya gemetar saat menaruh gelas kosong di meja kecil balkon. Malam terasa makin sesak, sementara di kejauhan Jack terlihat sibuk dengan Theena—bahkan tak menyadari keberadaan Lea.Lea menatap mantan kekasihnya yang kini berdiri angkuh di samping Susan-sahabatnya. Rasa perih y

  • Istri Kedua Presdir Jack   Pesta Keluarga Roezel

    Jack menutup pembicaraan-nya dengan rahang menegang. Kata-kata hinaan yang dilontarkan keluarga Roezel di restoran masih menggerus kesabarannya. Namun, setelah beberapa hari bersama Lea di persembunyiannya, ada sesuatu yang membuat pikirannya ragu.Ia mengantar Lea kembali ke vila yang ia jadikan sarang pelariannya. Di sana, tatapannya terus memperhatikan gerak-gerik gadis itu. Bukan sikap arogan pewaris yang ia lihat, melainkan kegugupan yang sulit disembunyikan.Namun, Jack tetap keras. Ia mendesak Lea dengan kata-kata dingin.“Berhentilah pura-pura polos, Lea. Aku tahu siapa keluargamu. Darah kotor Roezel mengalir di nadimu juga.”Lea hanya menunduk, bibirnya bergetar, tapi ia tidak membalas.Jack semakin yakin gadis itu hanya pandai memainkan peran.Di ruang tamu vila mewahnya, Jack bersandar pada sofa dengan segelas wine di tangannya. Matanya menatap Lea yang berdiri kaku di depan jendela, menolak menatap balik.“Besok malam kau ikut aku ke pesta,” suara Jack terdengar rendah tap

  • Istri Kedua Presdir Jack   Hinaan Keluarga

    Lea sedang membereskan meja kasir ketika cahaya sore mulai meredup. Para pengunjung sudah mulai berkurang, hanya tersisa beberapa meja yang masih asyik bercakap sambil menikmati kopi dan dessert. Lea merapikan buku pesanan, berniat segera pulang setelah seharian penuh berjibaku di dapur dan melayani tamu.Pintu restoran tiba-tiba terbuka, lonceng kecil di atasnya berdenting. Masuklah Uncle Gregory Roezel bersama istrinya, Aunt Margaret, dan putri mereka, Charlotte Roezel. Ketiganya melangkah masuk dengan gaya angkuh, seakan restoran kecil itu adalah tempat asing yang tak layak untuk keluarga sekelas mereka.Lea menegang, jari-jarinya berhenti di atas meja kasir. “Paman, Bibi… Charlotte,” sapanya datar.Margaret mengangkat alis, tatapannya menyapu seisi restoran yang masih ramai meski malam hampir tiba. “Hm. Jadi… restoran kecilmu ini belum tutup juga? Kami semua mengira kau sudah gulung tikar sejak ayahmu jatuh sakit.”Charlotte tertawa kecil, nada suaranya tajam seperti belati. “Jang

  • Istri Kedua Presdir Jack   Gossip Memanas

    Lea tercekat, jari-jarinya gemetar saat menggenggam ponsel. Tatapan Jack menusuk dalam, dingin tapi mengandung kuasa.“Ayahmu itu… hidupnya sekarang ada di tanganku,” bisik Jack dengan nada rendah, mendekat ke telinga Lea. “Kau tahu berapa banyak dokter, obat, dan peralatan yang sudah Theena biayai untuknya. Sekali aku bicara pada dia bahwa keluargamu tidak patut ditolong… kau bisa lihat sendiri bagaimana semua itu akan berhenti.”Lea menelan ludah. Napasnya naik turun cepat, tubuhnya bergetar antara amarah dan ketakutan.“Jangan seret ayahku ke dalam permainan kotormu, Jack,” suaranya pecah, hampir berbisik.Jack tersenyum miring, lalu mendekat begitu dekat hingga Lea bisa mencium aroma parfum maskulin di tubuhnya.“Kalau begitu, kau juga jangan coba-coba seret Theena. Kau tahu siapa dia, dan apa yang bisa dia lakukan pada hidupmu.”Air mata menggantung di sudut mata Lea, tapi bukan hanya karena takut—ada bagian dari dirinya yang merasa tertarik pada bahaya yang Jack tawarkan. Sepert

  • Istri Kedua Presdir Jack   Kau Resmi Milikku

    Esok PaginyaMatahari menembus tirai kaca restoran keluarga Lea, memantulkan cahaya lembut ke meja kayu tua yang sudah diwarisi turun-temurun. Restoran itu masih sepi, hanya ada aroma kopi hitam dan roti panggang yang baru keluar dari oven. Lea duduk di kursi sudut, matanya sembab karena semalaman tidak tidur.Pintu berbunyi pelan ketika Jack masuk. Ia mengenakan setelan kasual berwarna abu, berbeda jauh dari aura dinginnya semalam. Senyumnya samar, tapi matanya tetap tajam.Kemarahan membara terlihat jelas di wajah tampan Jack, setelah mengetahui Lea berhasil melarikan diri dari villa yang dijaga ketat, Jack harus mengalihkan perhatian Theena sebelum berangkat ke perusahaan demi bisa sampai ke restoran di tepi lautan indah ini.Langkah Jack terus menuju ke sebuah ruangan dimana Lea berada.“Nyalimu besar sekali,” sapanya sambil melangkah mantap ke meja tempat wanita itu duduk.Lea menegakkan tubuhnya, menahan detak jantung yang tak beraturan. “Kau? Kenapa kau ke sini?”Jack duduk tan

  • Istri Kedua Presdir Jack   Kau Milikku (21+)

    Setelah Theena pergi, Jack duduk di kursi kerjanya dengan napas masih berat. Tangannya berusaha menyelesaikan permainan, tapi bayangan Lea justru membuatnya kehilangan gairah. Dia kemudian meraih gelas whisky di meja, meneguknya hingga cairan amber itu membakar tenggorokannya. Hanya sebentar ia membiarkan pikirannya kosong sebelum akhirnya ponsel di sakunya bergetar.Ia mengeluarkan ponsel, menekan tombol panggil cepat."Reno," suaranya tenang tapi tegas."Ya, Bos," jawab suara di seberang, terdengar berderit seperti sedang mengemudi."Urus restoran milik Lea malam ini. Pastikan Jarwo tak lagi berani menginjakkan kaki di sana. Gunakan cara yang biasa.""Aku mengerti," jawab Reno singkat, sebelum panggilan diputus.Jack menatap kosong ke arah jendela, membiarkan senyum samar tersungging di bibirnya. Lea. Nama itu terasa seperti racun sekaligus candu. Ia tak menyangka dirinya akan memikirkan gadis itu lebih dari sekadar permainan singkat. Ada sesuatu dalam tatapan Lea—kebencian dan keta

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status