ZONA MEMBARA! Jackie Hilton (25th) adalah suami belia dari Theena Geolardo (45th) si milliarder wanita. Tidak ada yang mengetahui jika pria dengan segala pengaruh hebatnya ini tak ubahnya seperti anjing peliharaan seorang Theena ketika berada di dalam rumahnya. Jack, demi ambisinya menghancurkan keluarga Roezel yang telah membuatnya sebatang kara. Memutuskan untuk membalaskan dendamnya setelah mendapatkan semua pengaruh hebatnya melalui Theena. Tidak puas dengan kebangkrutan Roezel Group yang sukses di habisinya hingga ke akar-akarnya. Jack kemudian menjadikan Lea-putri semata wayang Benjamin Roezel dan Viviana sebagai jaminan atas pemulihan Roezel Group dari kebangkrutannya. >>>Cinta segitiga membelenggu Jack. >>>Membuatnya terjebak dalam prahara cinta yang membara. Akankah Jack kembali ke dalam pelukan Theena, atau dia justru hengkang dengan cintanya bersama dengan Lea? Cover : By CANVA
view more"Lepasin gue!" teriak Lea dengan suaranya yang sangat kencang.
Gadis itu tak berhenti mengoceh dan berteriak mencaci maki Jack yang sudah keluar dari dalam kamar dan mengurung gadis itu di lantai atas mansion mewahnya."Boss, kita akan sedikit kesulitan menanganinya," ucap Bob kepada Jack."Itu bukan urusanku! Atur anak buah kita untuk terus mengawasinya. Pastikan juga tidak ada tetangga yang akan mencurigai keberadaannya di tempat ini."Jackie sendiri harus bergegas ke bandara karena pesawat Theena sudah akan mendarat setengah jam lagi dan akan sangat bahaya jika dia tidak berada di sana saat istrinya itu tiba."Bob, aku percayakan padamu," ucap Jack sambil melajukan mobilnya meninggalkan mansion megahnya itu.Butuh hampir sepuluh menit untuk Jack sampai di bandara.Tepat di menit terakhir Theena muncul dari balik pintu exit penumpang."Sayang," teriak wanita itu sambil melambaikan tangannya kepada Jack."Ya," sambut Jack yang langsung kembali memerankan posisinya sebagai seorang sweet husband untuk Theena."I miss you so much," ucap Theena sambil mengecup Jack berulang kali."I miss you too, honey. Ayo ... kau pasti lelah dan lapar, kita akan makan siang dulu ya," ucap Jack sambil merangkul pundak Theena menuju parkiran.Jack tidak mempedulikan banyaknya mata yang mengawasi mereka berdua kali ini. Seperti biasa, berada di fasilitas publik seperti ini memang akan membuat Jack dan Theena menjadi sorotan mengingat usia keduanya yang terpaut sangat jauh akan terlihat ganjil di mata banyak orang."Kau mengemudi sendiri, again?" ucap Theena memprotes."Aku tidak ingin orang lain mengganggu kita berduaan, please." Jack sambil mengecup lembut puncak kepala wanita yang usianya sama persis dengan usia ibunya itu.Jika sudah seperti ini, Theena jelas tidak akan mengomelinya lagi. Jack terus menuntun wanita itu menyebrangi jalan utama bandara menuju parkiran mobil yang berada di seberangnya."Masuklah," ucap Jack sambil membukakan pintuuntuk Theena.Setelah memastikan Theena nyaman dengan posisi duduknya, Jack kemudian menutup pintu dan segera melangkah menuju kursinya."Jack," bisik Theena seperti biasanya.Tangan wanita itu menggenggam erat lengan kiri Jack dan itu tak bisa dibantahkan oleh Jack.Sambil mengemudikan mobil mewahnya yang mencapai harga hampir enam milyar ini, Jack terus menggamit tangan Theena. Wanita yang menjadi sumber kehidupan dan juga kekuasaannya ini.Setengah jam yang berlalu, keduanya turun di halaman sebuah restoran mewah di kota ini."Jack, aku pegal," ucap Theena dengan sangat manja.Tanpa rasa sungkan, Jack segera menggendong Theena masuk ke dalam resort. Lagi-lagi dia tidak mempedulikan tatapan banyak orang yang langsung mengarah kepadanya."Jack, kau pasti tidak makan buah selama aku pergi bukan?" tanya Theena saat mereka sudah berada di private room yang menjadi langganan mereka makan siang ini."Tidak ada yang menyiapkannya saat kau pergi, honey," jawab Jack sambil melepaskan jas yang dipakainya.Baru saja mereka berbincang, sejumlah menu pesanan Theena sudah datang."Terima kasih," ucap Theena kepada pramusaji yang mengantarkan pesanannya itu.Ruangan kembali ditutup demi privasi keduanya.Jack yang melihat wine mahal sudah terhidang di meja, langsung mengerti apa yang diinginkan Theena saat ini."Berapa hari kita tidak bertemu, sayang," ucap Theena sambil melangkah ke arah Jack dan langsung menggelungkan kedua tangannya pada leher bergurat kokoh milik Jack.Wanita itu langsung melumat bibir Jack dengan rakus dan tanpa jeda."Apa kau tidak lapar," ucap Jack sambil membiarkan kedua tangan Theena bergerilya melucuti kemejanya."Aku sangat lapar dan ingin memakanmu," bisik Theena sudah dengan mode nakalnya.Jackpout!Begitulah Jack menyapukan senyuman di wajahnya. Theena sudah dimabuk kepayang dan tidak mungkin melepaskannya."Ayo," ucap Theena sambil menuntun Jack ke arah meja. Wanita itu berbaring di antara sajian makan siang mereka dan meminta dengan penuh harap kepada Jack untuk memulai hidangannya.Jack memulai aksinya, dia tak segera melayani Theena. Seperti biasa, dia akan membiarkan Theena hanyut dalam fantasi liarnya sendiri sebelum Jack ambil alih.Sebuah apel langsung dilahap Jack sambil memandangi Theena yang sudah semakin menggeliatkan hasratnya di atas meja."Jackie," ucap Theena sudah dengan suaranya yang serak membuat senyuman Jack mengembang sempurna.Tubuh Theena yang masih sangat muda untuk usianya yang sudah setengah abad ini memang bukan karena kebetulan. Sejumlah perawatan mahal yang dilakukan wanita itu adalah hal penting yang membuat keeksotisan tubuh mudanya masih terlihat sampai detik ini.Jack tak bisa memungkiri, meski usia Theena dua kali lipat umurnya ... Tapi gairah wanita itu dan juga semua hal yang dilakukannya sangat memanjakan Jack tanpa bisa terbantahkan.Pergumulan panas pun tak bisa berhenti lagi, Jack dan Theena meleburkan kerinduan mereka setelah satu pekan terpisah benua.Lenguh dan desah berpacu silih berganti, mengiramakan kepuasan di puncaknya."Ugh, kau nakal Jack," ucap Theena mengomel seperti biasa karena di penghujung permainan maka Jack akan mendominasi wanita itu dan terus mengobrak-abrik bagian terdalam Theena hingga wanita itu kelelahan."Kau membuatku nyaris mati!" rutuk Theena sambil berangsur turun dari atas meja makan mereka dengan tubuhnya yang tak berbusana."Dan kau menyukainya, honey," ucap Jack dengan tetap tenang.Jack kemudian membiarkan Theena merapihkan tubuhnya, sambil diam-diam mengecek ponselnya yang sedari tadi terlihat menyala.["Boss, Lea tak mau makan,"]Sebuah pesan dari Bob masuk dan memberitahukannya jika gadis yang dikurungnya itu masih tidak mau makan.'Kenapa dia sangat sulit sekali diatur!' batin Jack.Dia baru saja akan membalas pesan dari Bob, tapi tangan Theena sudah menggamit lengannya lagi."Ayo makan Jack, kita harus keluar kota karena malam nanti ada jamuan untuk proyek di sana. Aku juga sudah menyiapkan sejumlah bingkisan untuk anak-anak panti. Jadi kita bisa menemui mereka sekalian, bagaimana?" ucap Theena sambil menarik Jack ke arah meja makan yang sudah kembali tertata rapi itu."Baiklah honey, aku setuju," ucap Jack sambil mulai menyantap makan malamnya.Tak ada suara. Hening seperti biasanya.Dan seperti yang diinginkan oleh Theena, Jack akhirnya bersiap keluar kota."Kita langsung pulang, kau harus beristirahat dulu sebelum kita berangkat ke luar kota. Sementara aku ... Aku harus memeriksa beberapa hal sebelum pergi, aku akan ke kantor dulu ya," ucap Jack saat mereka baru saja masuk ke pelataran rumah mewah Theena.Meski sedikit kesal karena Jack akan kembali pergi, tapi Theena kali ini tak melarangnya."Baiklah sayang, aku akan istirahat dan juga bersiap. Pastikan kau pulang sebelum pukul enam ya," ucap Theena."Tentu.""Ikuti Jackie, laporkan padaku apa yang dilakukannya!"Pria itu hanya mengangguk, matanya sempat bertaut dengan Lea, namun segera berpaling pada Susan. “Dia hanya sampah yang sempat ku pungut, tentu tak sebanding dengan Susan, kau terlihat luar biasa malam ini,” pujinya enteng pada Susan, seakan keberadaan Lea hanyalah bayangan tak berarti.Lea merasakan dadanya diremas. Ia tertawa hambar, meneguk sisa sampanye hingga habis sebelum berkata dengan nada getir, “Jadi begitu ya? Aku berteman dengan parasit sepertimu, Susan….” Ia menatap lurus ke arah Susan, matanya berkilat penuh sakit. “Aku benar-benar bodoh.”Susan tersenyum sinis, mengangkat dagunya tinggi. “Bodoh memang cocok untukmu, Lea. Dan sekarang semua orang tahu tempatmu: jauh di bawah kami.”Lea terdiam, jemarinya gemetar saat menaruh gelas kosong di meja kecil balkon. Malam terasa makin sesak, sementara di kejauhan Jack terlihat sibuk dengan Theena—bahkan tak menyadari keberadaan Lea.Lea menatap mantan kekasihnya yang kini berdiri angkuh di samping Susan-sahabatnya. Rasa perih y
Jack menutup pembicaraan-nya dengan rahang menegang. Kata-kata hinaan yang dilontarkan keluarga Roezel di restoran masih menggerus kesabarannya. Namun, setelah beberapa hari bersama Lea di persembunyiannya, ada sesuatu yang membuat pikirannya ragu.Ia mengantar Lea kembali ke vila yang ia jadikan sarang pelariannya. Di sana, tatapannya terus memperhatikan gerak-gerik gadis itu. Bukan sikap arogan pewaris yang ia lihat, melainkan kegugupan yang sulit disembunyikan.Namun, Jack tetap keras. Ia mendesak Lea dengan kata-kata dingin.“Berhentilah pura-pura polos, Lea. Aku tahu siapa keluargamu. Darah kotor Roezel mengalir di nadimu juga.”Lea hanya menunduk, bibirnya bergetar, tapi ia tidak membalas.Jack semakin yakin gadis itu hanya pandai memainkan peran.Di ruang tamu vila mewahnya, Jack bersandar pada sofa dengan segelas wine di tangannya. Matanya menatap Lea yang berdiri kaku di depan jendela, menolak menatap balik.“Besok malam kau ikut aku ke pesta,” suara Jack terdengar rendah tap
Lea sedang membereskan meja kasir ketika cahaya sore mulai meredup. Para pengunjung sudah mulai berkurang, hanya tersisa beberapa meja yang masih asyik bercakap sambil menikmati kopi dan dessert. Lea merapikan buku pesanan, berniat segera pulang setelah seharian penuh berjibaku di dapur dan melayani tamu.Pintu restoran tiba-tiba terbuka, lonceng kecil di atasnya berdenting. Masuklah Uncle Gregory Roezel bersama istrinya, Aunt Margaret, dan putri mereka, Charlotte Roezel. Ketiganya melangkah masuk dengan gaya angkuh, seakan restoran kecil itu adalah tempat asing yang tak layak untuk keluarga sekelas mereka.Lea menegang, jari-jarinya berhenti di atas meja kasir. “Paman, Bibi… Charlotte,” sapanya datar.Margaret mengangkat alis, tatapannya menyapu seisi restoran yang masih ramai meski malam hampir tiba. “Hm. Jadi… restoran kecilmu ini belum tutup juga? Kami semua mengira kau sudah gulung tikar sejak ayahmu jatuh sakit.”Charlotte tertawa kecil, nada suaranya tajam seperti belati. “Jang
Lea tercekat, jari-jarinya gemetar saat menggenggam ponsel. Tatapan Jack menusuk dalam, dingin tapi mengandung kuasa.“Ayahmu itu… hidupnya sekarang ada di tanganku,” bisik Jack dengan nada rendah, mendekat ke telinga Lea. “Kau tahu berapa banyak dokter, obat, dan peralatan yang sudah Theena biayai untuknya. Sekali aku bicara pada dia bahwa keluargamu tidak patut ditolong… kau bisa lihat sendiri bagaimana semua itu akan berhenti.”Lea menelan ludah. Napasnya naik turun cepat, tubuhnya bergetar antara amarah dan ketakutan.“Jangan seret ayahku ke dalam permainan kotormu, Jack,” suaranya pecah, hampir berbisik.Jack tersenyum miring, lalu mendekat begitu dekat hingga Lea bisa mencium aroma parfum maskulin di tubuhnya.“Kalau begitu, kau juga jangan coba-coba seret Theena. Kau tahu siapa dia, dan apa yang bisa dia lakukan pada hidupmu.”Air mata menggantung di sudut mata Lea, tapi bukan hanya karena takut—ada bagian dari dirinya yang merasa tertarik pada bahaya yang Jack tawarkan. Sepert
Esok PaginyaMatahari menembus tirai kaca restoran keluarga Lea, memantulkan cahaya lembut ke meja kayu tua yang sudah diwarisi turun-temurun. Restoran itu masih sepi, hanya ada aroma kopi hitam dan roti panggang yang baru keluar dari oven. Lea duduk di kursi sudut, matanya sembab karena semalaman tidak tidur.Pintu berbunyi pelan ketika Jack masuk. Ia mengenakan setelan kasual berwarna abu, berbeda jauh dari aura dinginnya semalam. Senyumnya samar, tapi matanya tetap tajam.Kemarahan membara terlihat jelas di wajah tampan Jack, setelah mengetahui Lea berhasil melarikan diri dari villa yang dijaga ketat, Jack harus mengalihkan perhatian Theena sebelum berangkat ke perusahaan demi bisa sampai ke restoran di tepi lautan indah ini.Langkah Jack terus menuju ke sebuah ruangan dimana Lea berada.“Nyalimu besar sekali,” sapanya sambil melangkah mantap ke meja tempat wanita itu duduk.Lea menegakkan tubuhnya, menahan detak jantung yang tak beraturan. “Kau? Kenapa kau ke sini?”Jack duduk tan
Setelah Theena pergi, Jack duduk di kursi kerjanya dengan napas masih berat. Tangannya berusaha menyelesaikan permainan, tapi bayangan Lea justru membuatnya kehilangan gairah. Dia kemudian meraih gelas whisky di meja, meneguknya hingga cairan amber itu membakar tenggorokannya. Hanya sebentar ia membiarkan pikirannya kosong sebelum akhirnya ponsel di sakunya bergetar.Ia mengeluarkan ponsel, menekan tombol panggil cepat."Reno," suaranya tenang tapi tegas."Ya, Bos," jawab suara di seberang, terdengar berderit seperti sedang mengemudi."Urus restoran milik Lea malam ini. Pastikan Jarwo tak lagi berani menginjakkan kaki di sana. Gunakan cara yang biasa.""Aku mengerti," jawab Reno singkat, sebelum panggilan diputus.Jack menatap kosong ke arah jendela, membiarkan senyum samar tersungging di bibirnya. Lea. Nama itu terasa seperti racun sekaligus candu. Ia tak menyangka dirinya akan memikirkan gadis itu lebih dari sekadar permainan singkat. Ada sesuatu dalam tatapan Lea—kebencian dan keta
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments