Share

Bab 9

last update Last Updated: 2024-04-03 15:00:30

Setelah Maria sudah selesai dengan perawatannya Dia segera meninggalkan salon kecantikan itu untuk pergi ke butik langganannya. Kebetulan butik itu tidak jauh dari tempat Maria menjalani perawatan kecantikan, hanya berjarak sekitar sepuluh meter dari salon.

Maria masuk ke dalam butik dan mulai memilih pakaian apa yang pas dan cocok dikenakan oleh Alina. Hingga kedua matanya tertuju pada sebuah gaun dengan model off shoulder dengan bagian lengan menggantung dan berwarna green mint. Ia pun tersenyum menampilkan deretan giginya yang putih dan rapi.

Setelah mendapatkan gaun dan high heels buat Alina kenakan Maria segera berjalan ke kasir untuk melakukan pembayaran. Beberapa menit kemudian setelah selesai melakukan pembayaran Maria kembali ke salon dan menyerahkan paper bag pada pelayan agar diserahkan pada Alina saat ia sudah selesai perawatan dan segera berganti pakaian.

Masih ada waktu sekitar tiga puluh menit Maria menunggu Alina. Ia menyempatkan diri untuk menghubungi Riko, dan memberitahukan bahwa mungkin malam ini ia akan bisa menemui Riko di apartemennya. Karena Maria sudah memastikan jika Panji malam ini akan menginap di apartemen Alina.

Seorang pelayan menghampiri Maria, tidak lama setelah Ia mengirimkan-chat pada Riko dan memastikan jika pesan itu sudah terkirim.

"Nyonya, Nona Alina sudah selesai perawatan dan hasilnya sangat luar biasa, saya harap anda puas dengan layanan kami." kata pelayan yang sudah memekover Alina.

Maria mengulas senyum dan berucap, "Tunjukkan hasil karya terbaikmu!"

Pelayan itu pun mengangguk, dan melangkah kembali masuk ke dalam ruangan di mana Alina di makeover, dan keluar kembali dengan menggandeng Alina yang tampak kesusahan berjalan dengan mengenakan high heels berwarna kaca.

Alina terlihat sangat cantik,megah dan anggun dengan balutan gaun model off shoulder dengan bagian lengan menggantung dan berwarna green mint yang terlihat mahal. Bagian pundak terbuka sehingga memperlihatkan leher jenjangnya. Ditambah lagi dengan tatanan rambut yang dibiarkan terurai panjang dengan bagian ujung yang ditata curly menambah anggun pesona seorang Alina.

Maria di buat terpukau dengan penampilan Alina yang begitu berbeda setelah di makeover. Hingga ia tersadar dari lamunannya setelah suara pelayan yang menginterupsi pendengarannya.

"Bagaimana Nyonya, penampilan Nona Alina? Apakah Nyonya puas?" Maria terkesiap dan kaget Ia mencoba mencerna kata-kata yang disampaikan oleh pelayan dan kedua matanya mengerjakan beberapa kali untuk menetralkan keterkejutannya terhadap perubahan Alina setelah di makeover.

"Puas, saya sangat puas sekali," kata Maria mengembangkan seulas senyuman.

Maria masih diam tanpa kata, pandangannya menatap lurus ke arah Alina, "Sial kenapa wanita kampung ini terlihat begitu cantik, Aku kira jika dia di maceover tidak akan jauh berbeda dengan penampilannya dalam sehari hari." gerutu Maria dalam hati.

"Ya sudah ayo kita pulang, kamu sudahdi tunggu oleh Tuan di apartemen," ajak Maria pada Alina, dan Alina tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

*****

Di apartemen Panji terlihat gelisah, bagaimana ia tidak gelisah. Istrinya yaitu, Maria mendesak Panji untuk segera menyentuh Alina malam ini juga. Karena ia sangat menginginkan kehamilan Alina lebih cepat. Panji sangat mencintai Maria hingga ia mengikuti kemauan gila istrinya.

Terdengar suara Maria yang tiba-tiba sudah berada di ruang tamu dan membiarkan lamunan Panji.

"Sayang lihatlah, Alina sangat cantik dan anggun serta berkelas." kata Maria.

Panji masih duduk di bangku sofa saat Maria datang bersama Alina. Panji perlahan bangun dari duduk nyamannya dan berbalik menghadap Alina. Seketika kedua bola matanya hampir saja keluar dari tempatnya.

Maria yang menyadari jika Panji tengah terpesona akan kecantikan Alina, yang sangat begitu anggun dan mempesona.

Maria menyenggol lengan Panji, "Sayang, kenapa diam saja," kata Maria berbisik ditelinga panji.

Panji menatap lurus ke arah Alina, ia memperhatikan dari ujung kaki hingga ujung kepala. Sekarang Alina sudah terlihat dewasa dengan di balut dengan gaun yang sangat cantik dengan tatanan rambut yang di gerai dan sedikit di kerli di ujung rambutnya. Dan wajahnya di poles dengan sentuhan maceup yang natural menambah kadar kecantikannya.

"Alina, kamu masuk saja ke dalam kamar dulu. Saya akan bicara sama Nyonya." kata Panji setelah tersadar dari lamunannya.

"Baik, Tuan. Kalau begitu saya permisi," kata Alina yang kemudian melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar.

Maria tersenyum, ia menggelayut manja di lengan kekar Panji, dan mengecup sekilas bibir Panji. "Lakukanlah semuanya dengan baik Sayang, semoga keinginan kita untuk mempunyai keturunan akan segera terwujud," kata Maria sambil memeluk erat tubuh kekar suaminya.

"Tapi ingat sayang , jangan kau gunakan perasaanmu. Jangan sampai kau jatuh cinta oke!" Kata Maria sebelum meninggalkan suaminya itu.

Tanpa menunggu jawaban dari Panji Maria melangkahkan kakinya keluar dari rumah menuju parkiran mobil. Karena ia akan segera menyambangi apartemen milik Riko sesuai janjinya tadi siang saat mengirim kabar.

Setelah kepergian Maria Panji semakin dilanda rasa gelisah, meskipun bukan yang pertama kali baginya akan tetapi rasanya sangat berbeda. Ia merasakan seperti pengantin baru lagi yang akan melakukan malam pertama dengan pasangan yang ia cintai. Jantungnya semakin berdebar kencang saat ia mulai mendekati pintu kamar dan meraih handle pintunya. Ia membuka pelan-pelan pintu kamarnya, dan terlihat Alina sedang berdiri memandang taman di belakang lewat kaca jendela yang berada di sudut kamar.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 09.00 malam. Untuk menetralkan rasa gugup di dalam diri Panji. Ia mencoba menarik nafas dalam selalu membuangnya perlahan. Panji mencoba mendekati Alina, dan reflek tangannya terulur melingkar di tubuh mungil Alina membuat yang punya tubuh itu terlonjak kaget.

Seketika Panji pun reflek juga melepaskan pelukannya, "Maaf ....," kata Panji kemudian.

"Maafkan saya juga Tuan," kata Alina sambil menunduk.

"Tidak apa-apa. Apakah kamu sudah siap? Jika aku meminta hakku sebagai seorang suami malam ini?" tanya Panji sambil kedua tangannya menangkubkanya di wajah Alina, menatap kedua manik coklatnya.

"I-iya saya siap Tuan,'' jawab Alina terbata dan kemudian muncul semburat merah di pipinya karena malu.

Untuk pertama kalinya Panji mendekatkan wajahnya pada Alina dan melihat kedua mata Gadis itu terpejam. Perasaan deg-degan di antara Panji dan Alina, dan mungkin jika meletakkan sebuah toah di dada masing-masing maka detak jantung mereka akan terdengar oleh warga sekitar.

Panji mencoba menguasai keadaan dengan perlahan menempelkan bibirnya pada bibir Alina. Tangan kanannya melingkar di pinggang ramping Alina dan tangan kirinya digunakan untuk menahan tengkuk Alina dan dengan gerakan lembut Panji mulai melumat bibir tipis milik gadis itu. Tidak sampai di situ Panji merasa jika Alina belum pernah melakukan ciuman dengan siapapun karena alinea tidak membalas sama sekali. Sehingga ia berinisiatif untuk menggigit kecil bibir bawah kali sehingga Alina sedikit menjerit dan membuka mulutnya sehingga memberikan jalan untuk Panji meneroboskan lidahnya dan mulai menari-nari di dalam mencari-cari lidah Alina dan membeli pembelinya membuat yang punya lidah membulatkan matanya karena terkejut, selama ini ia belum pernah melakukan ciuman, hanya sekedar pegangan tangan bersama priapun ia belum pernah.

Bibir Alina yang tipis membuat Panji semakin menggila, tanpa sadar ia mengikuti alurnya tangannya mulai meremas salah satu gunung kembar milik Alina dan membuat yang punya mendesah.

Alina sudah merasa kehabisan nafas dan ia tanpa sadar memukul dada bidang milik Panji, agar Panji melepaskan ciumannya meskipun hanya sebentar saja untuk memberikan waktu ruang untuk Alina bernafas. Beruntung Panji menyadari jika Alina seperti sesak nafas Ia pun segera melepaskan ciumannya, Panji tersenyum dengan bibir yang melengkung ke atas menandakan jika ia sangat menyukai bibir manis milik Alina yang rasanya berbeda dengan milik Maria karena rasanya terasa hambar jika saat bersama Maria. Jantung Panji pun tidak berdetak begitu kencang saat bersama Maria.

"Kamu cantik sekali," kata Panji yang tanpa sadar memuji kecantikan Alina. Pujian itu membuat Alina tersipu malu.

Saat Panji mulai mendekat lagi dan bibirnya sudah menyentuh bibir Alina tiba-tiba pintu kamar diketuk oleh seseorang membuat Panji mengumpat kesal,"Siapa yang berani mengganggu acara kesenangannya."

Siapakah yang berani mengetuk pintu kamar Alina?

Ditunggu kelanjutannya next part

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 71

    Panji tidak menceritakan perjuangannya selama ini untuk mencari Alina. Ia lebih memilih menguburnya rapat-rapat. Ia pun berencana ingin menemui Nina, dan menyampaikan pesan dari mamanya. Panji berpamitan pada Alina dan Marcel dengan membawa Jacob yang dibekuk oleh Dion. Saat ia melangkah dan ingin meninggalkan ruangan itu terdengar teriakan dari salah seorang anak kembar yang memanggilnya uncle. "Uncle...," Kenzie berlari ke arah Panji dengan senyum yang mengembang lalu memeluk Panji dengan sangat erat. "Terima kasih uncle, karena uncle sudah mengembalikan mainan Kenzie," kata Kenzie dengan polosnya, dan menggunakan bahasa Inggris yang lancar. Kenzo hanya melihat tanpa ingin mendekat ada rasa kesal di hatinya saat melihat Kenzie begitu dekat dengan orang yang belum ia kenal, dan sempat membuat Mommy ketakutan. Entah karena ikatan batin antara Kenzie dan Panji hingga ia enggan untuk melepaskan Panji pergi. Hingga Kenzie harus menangis saat Kenzo melepaskannya dengan paksa pelukan

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 70

    Teriakan Alina berhasil membuat Dion berhenti menghajar Jacob. Dengan tatapan mata yang tajam Dion menetap Jacob yang sudah bersimbah darah. Darah mengalir dari sudut bibirnya yang pecah dan beberapa giginya ada yang patah. Nafas Alina memburu jantungnya pun seakan berhenti berdetak. Beruntung Max langsung mengamankan si kembar dan membawanya masuk ke dalam kamar sehingga tidak melihat adegan kekerasan yang baru saja terpampang di hadapan Alina. "Jelaskan apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Panji pada Dion dan menatapnya tajam. "Cukup!" Alina kembali berteriak, karena jika dia berkata pun mungkin tidak akan ada yang mendengarnya jadi terpaksa Alina berteriak. Panji menatap Alina, yang tengah mengatur nafas terlihat dari dadanya yang naik turun. "Apakah masalah ini tidak bisa dibicarakan baik-baik Tuan Panji Kusuma Wijaya?" tanya Alina lirih dan memanggil nama lengkap Panji. "Pasti Tuan bertanya-tanya, kenapa saya bisa berada di Amerika? Kenapa saya bisa menikah dengan Tuan Marce

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 69

    Perasaan yang Panji rasakan campur aduk, bahkan ia kehilangan kata-kata hanya untuk sekedar berkata maaf. "Tu-Tuan...," "Ka-kamu...," Ucap Panji dan Alina terbata dan bersamaan. "Kamu saja lebih dulu yang berbicara!" kata Panji. "Tuan saja silakan lebih dulu berbicara, saya akan mendengarkan!" sahut Alina dengan lembut. Marcel yang mengerti dengan keadaan saat ini ia memilih keluar dan memberikan waktu untuk Alina dan Panji berbicara berdua. "Sayang..., Lebih baik aku keluar dulu ya ajak anak-anak kamu dan dia ngobrol aja dulu," kata Marcel dan kemudian bangun dari duduknya lalu menghampiri si kembar untuk mengajaknya keluar ruangan. Akan tetapi Alina menggeleng kuat dan menahan Marcel untuk tidak meninggalkannya. Alina merasa takut bayang-bayang masa lalu yang dilakukan Panji terhadapnya saat Panji hampir saja menghilangkan nyawanya dengan mencekik nya, waktu itu menari-nari di pelupuk matanya. Apalagi saat membayangkan kemarahan Panji saat melempar hasil tes DNA ke waj

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 68

    Panji tidak bisa mengenali pria yang bersama Alina karena sosok pria tersebut berdiri memunggunginya. Dadanya terasa sesak saat mendengar si kembar memanggil pria itu dengan sebutan Deddy. Terlihat begitu sangat bahagia Alina bersama pria itu bahkan si kembar menganggap pria itu adalah ayahnya.Panji meraba dadanya yang terasa sakit dan berdenyut, iya sedikit limbung beruntung Dion menopang tubuhnya."Boos..., kau tidak apa-apa?" tanya Dion khawatir.Airmata Panji mengalir tanpa permisi pandangannya menatap lurus pada punggung yang semakin menjauh. Di genggaman tangannya ia meremas salah satu mainan miniatur milik dua puncak kembar tadi yang terjatuh tidak sengaja saat berlari keluar lift."Tuan Panji, anda tidak apa-apa? tanya Mr lee yang datang menyusul karena Panji tidak kunjung datang memenuhi panggilannya dan ia terkejut saat melihat Panji sedang bersimpuh di lantai dengan keadaan yang sedikit kacau.Panji yang ia kenal adalah panji yang mempunyai sikap tegas kejam pada siapapun

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 67

    Panji dan Dion telah tiba di bandara setelah melewati perjalanan yang cukup panjang 18 jam perjalanan dengan menggunakan jet pribadi milik Panji. Kali ini ia berjanji dalam hatinya akan membawa Alina dan anak-anaknya pulang bagaimanapun caranya.Akan tetapi Panji heran, "Kenapa Alina bisa berada dan tinggal di Amerika? Dia tinggal bersama siapa?" gumam Panji lirih. Ia harus mencari tau.Panji dan Dion langsung diantar oleh Alex menuju apartemen untuk beristirahat sejenak, karena nanti malam ketiganya akan menghadiri acara pesta anniversary rekan bisnis yang mengundang Panji beserta Dion. Sedangkan Alex tentu saja Ia mendapatkan undangan secara khusus karena iya adalah salah satu orang yang sudah memperkenalkan Panji dengan salah satu orang berpengaruh di Amerika."Sebaiknya kalian istirahat dulu," Alex menepuk pundak Panji dan tersenyum lalu berpamitan meninggalkan Panji dan Dion.Panji melangkah lebih dulu memasuki kamar yang terlihat mewah di ap

  • Istri Kedua Sang Majikan    Bab 66

    Lima tahun kemudian  di Boston Amerika. Seorang pria dewasa tengah bermain dengan dua bocah laki-laki kembar yang salah satunya mirip dengan Sang Mama mempunyai sifat yang lebih lembut, hangat, dan ceria. Sedangkan sang kakak mempunyai sikap yang lebih dingin cenderung cuek dan tidak peduli menjadi pribadi yang tertutup adalah cerminan dari sang Papa.Ya, si kembar Kenzo dan Kenzie sudah tumbuh besar dan usianya saat ini menginjak lima tahun lebih. Mereka sedang bermain di taman ditemani oleh Marcel. Satu-satunya pria yang dianggap oleh si kembar adalah papanya. Marcel sangat tulus menyayangi si kembar, yang menganggap mereka seperti anak kandungnya sendiri. Kasih sayangnya murni dari hati tidak ada sedikitpun unsur pemaksaan saat meminta Alina, lima tahun yang lalu untuk menikah dengannya.Marcel hanya berniat untuk menolong Alina dan kedua bayinya waktu itu. Dan pernikahan mereka dari dulu hingga sekarang belum pernah sekalipun untuk keduanya melakukan hubungan s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status