Share

97. Dipermalukan

Author: Wijaya Kusuma
last update Last Updated: 2025-07-20 00:11:58

Neina merasa darahnya berdesir ke kepala. Berdiri di depan? Biasanya, notulen duduk di sudut, tidak menjadi pusat perhatian. Ini jelas sebuah panggung yang sengaja disiapkan untuknya. Tak ingin membuat Kendra marah padanya.

Dengan langkah ragu, Neina berjalan menuju ujung meja, tepat di samping layar proyektor. Ia memegang buku catatannya erat-erat, seolah buku itu adalah satu-satunya pelampung di tengah lautan kecemasan. Wajahnya terasa panas, menyadari tatapan ingin tahu dari para manajer senior.

"Nah, sekarang, kita bisa melanjutkan." Keandra berkata, nadanya tegas dan tennag, seolah tidak ada yang aneh dengan permintaannya.

Rapat berlanjut, membahas strategi pemasaran, target penjualan, dan laporan keuangan. Neina berusaha keras mencatat setiap kata, setiap angka, setiap keputusan. Tangannya gemetar saat menulis, pena yang dipegangnya terasa licin.

Ia bisa merasakan tatapan para manajer sesekali mendarat padanya, kemudian beralih ke Keandra, seolah ada percakapan tak terucap yan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 245. Pengkhianat dan Bukti Kunci

    “Pak, ada pesan dan panggilan telepon berulang dari Nyonya Neina. Beliau tampaknya telah melihat berita di media dan ingin mengetahui perkembangan terkini DS Company,” ujar Felix, asisten pribadi Keandra, sambil menunjukkan serangkaian notifikasi di ponselnya.“Abaikan. Jika membalas, bilang aku sangat sibuk dan mohon untuk tidak diganggu,” jawab Keandra dengan nada tegas dan dingin.Setengah jam kemudian, di ruang kerja pribadi Keandra, ketegangan yang menyelimuti suasana tidak berkurang.Waktu menunjukkan pukul dua siang. Layar laptop di meja menampilkan ratusan file data keuangan yang baru saja dikirim oleh Ronald.Felix, yang duduk di sofa, mengusap wajahnya yang terlihat lelah. “Apa anda yakin dia bisa dipercaya, Pak? Ronald bukankah dia bekerja untuk Marco. Ada kemungkinan ini hanya jebakan.”Keandra tidak langsung merespons. Ia menatap layar dengan sorot mata tajam, lalu menunjuk ke satu bagian spesifik. “Perhatikan bagian ini. Transaksi pada tanggal 12 Mei 2005, dengan nominal

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 244. Usaha Menahan

    "Pak Keandra, media sudah menunggu di lobi!" seru Felix, asisten pribadi Keandra, dengan napas tertahan. "Mereka menuntut klarifikasi langsung dari Anda. Semua pertanyaan mereka berpusat pada satu isu: dokumen lama tahun 2005 dan... nama baik kakek Anda."Puluhan pasang mata seketika tertuju pada Keandra. Ekspresi beberapa direksi tampak pucat dan cemas, sementara yang lain hanya bisa menggeleng lemah karena putus asa."Ini sungguh di luar kendali... benar-benar kacau," gumam salah satu direktur keuangan. "Jika data itu terkonfirmasi kebenarannya oleh publik, nilai saham kita bisa terperosok lebih dalam lagi!""Sudah terlambat!" sela seorang pria berkacamata tebal dari ujung meja. "Investor asing telah mulai melakukan penarikan dana. Dalam kurun waktu tiga jam, kita kehilangan lebih dari delapan puluh miliar rupiah di pasar sekunder!"Keheningan seketika menyelimuti ruangan. Hanya terdengar samar suara penyejuk udara dan ketukan jari Keandra di permukaan meja kaca besar. Ia memandang

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 243. Hati yang Mulai Tersentuh

    Neina duduk gelisah di ruang kerja sederhana miliknya. Ponselnya tak henti bergetar dan berdering, dibanjiri notifikasi dan berita yang bahkan mulai mengaitkan namanya dan nama Olivia. Kepalanya terasa dipenuhi suara-suara bising.Dalam kepanikan, ia berulang kali mencoba menghubungi Keandra. Panggilan demi panggilan ia lakukan, namun tak satu pun diangkat. Ia harus segera menyampaikan kabar penting tentang beberapa waktu lalu, sang Kakek telah datang ke rumahnya dan berencana untuk membuat pengakuan resmi kepada pihak berwajib.Sekali. Dua kali. Tiga kali. Hanya nada sambung kosong yang terus terdengar, tanpa jawaban.Ia kemudian mencoba menghubungi Felix, namun hasilnya sama. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengirimkan pesan darurat, menyampaikan kabar tentang niat Kakek Keandra untuk membuat pengakuan. Setelah pesan terkirim, Neina beralih mencoba menghubungi langsung Daniswara.“Kenapa tidak ada yang mengangkat?” gumamnya, suaranya bergetar menahan cemas.Bibi Raras masuk, membawa s

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 242. Skandal Kematian

    Pagi itu, langit tampak muram dan sarat misteri, seolah tengah menyimpan rahasia besar yang siap meledak kapan saja. Di setiap sudut media—layar televisi, laman berita daring, hingga riuhnya lini masa media sosial—satu nama kembali bergema seperti gema kutukan masa lalu yang enggan meredup.“Daniswara Sakti, kembali terseret dalam pusaran kasus pembunuhan bisnis dua puluh tahun silam.”Kalimat itu terus diulang, disuarakan para penyiar berita dengan intonasi yang sengaja dibuat sensasional. Wajah Daniswara yang menua terpampang di layar, diapit tumpukan arsip lama dan potongan dokumen yang buram. Namun, ada satu hal yang tak terbantahkan: nama Daniswara tercetak jelas, hitam di atas putih, pada laporan keuangan yang disebut-sebut sebagai bukti keterlibatannya.Dan dalang di balik semua kekacauan ini tak lain adalah Marco.Ia duduk bersandar di apartemennya yang temaram, menatap layar laptop dengan senyum sinis nan puas. Cahaya lampu kota menyelinap dari balik tirai, menyorot wajahnya

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 241. Pengakuan

    “Kakek minta maaf, Nak,” ujar Daniswara lagi dengan begitu tulus. Daniswara menunduk semakin dalam. “Mungkin tidak akan ada maaf untukku. Tapi aku berharap masih ada sedikit ruang untuk Keandra.” Dengan penuh permohonan, Daniswara mengungkapkan itu semua. Nama itu membuat dada Neina mencubit sakit. Ia berpaling, menatap jendela agar air matanya tidak terlihat. “Keandra…” ucapnya lirih. “Saya sudah memutuskan akan bercerai. Tidak akan berubah.”“Tolong jangan,” suara Daniswara bergetar. Ia melangkah mendekat, lalu tiba-tiba berlutut di hadapan Neina. “Kumohon, Nak. Jangan pisahkan dirimu dari Keandra. Dia hanya punya kamu. Kalau kalian berpisah, dia akan kehilangan satu-satunya orang yang bisa membuatnya tetap waras.”Neina terkejut melihat lelaki tua itu berlutut. “Apa yang Anda lakukan? Jangan begini. Berdiri, ini tidak pantas!” Meski benci, ia tak suka Danniswara berlutut di bawahnya. Sebesar apa pun dosa yang telah dibuat olehnya. Neina tak mungkin membiarkan orang yang lebih tua

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 240. Kedatangan Tamu Pagi

    Pagi itu udara terasa ganjil. Langit mendung, tapi bukan karena hujan—melainkan seperti sedang menyembunyikan sesuatu yang berat. Di depan rumah sederhana Neina, sebuah mobil hitam berhenti perlahan. Dari dalamnya keluar seorang lelaki tua berjas abu-abu, langkahnya perlahan tapi tegas. Di belakangnya, seorang pria berjas hitam rapi dan berkacamata bening ikut turun setelah membukakan pintu pada tuannya. “Tuan besar, apa anda yakin tidak ingin saya ikut masuk?” tanya pria berpeci itu, suaranya lembut tapi penuh khawatir. Ia yang memang selalu mendampingi tuannya kemanapun pergi. Daniswara menatap rumah sederhana itu dengan mata yang bergetar—antara ragu dan tekad. “Tidak, Aji. Ini harus aku lakukan sendiri. Aku sudah terlalu lama bersembunyi di balik alasan dan waktu. Sekarang biarkan aku menatap dosa itu… dengan mata terbuka.” Ia menghela nafas beratnya. “Mereka berhak bahagia.” Lagi, pria tua itu bergumam pelan, yakin akan keputusan yang telah dibuatnya.Pak Aji menunduk horma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status