แชร์

Bab 88. Terpaksa Melakukan

ผู้เขียน: Wijaya Kusuma
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-07-12 23:57:09

Hening.

Hanya desiran angin pendingin ruangan yang menembus kulit Neina yang tak tertutup oleh piyama tidurnya. Membelai gorden tipis di kamar megah itu.

Felix telah pergi, langkah kakinya memudar di balik pintu kamar yang menjulang tinggi di kamar mewah milik Keandra dan Olivia.

Bibi Raras juga, setelah meninggalkan baskom berisi air hangat dan sepasang handuk bersih di nakas, ikut lenyap bersama bayangan Felix.

Kini, Neina sendirian. Di kamar yang terasa begitu asing, begitu megah, dan begitu mengintimidasi. Kamar yang baru pertama kalinya Neina mampu menelisik dengan benar setelah penghuni kamar tak mampu mengintimidasi.

Matanya menelusuri setiap sudut, berhenti sejenak pada lukisan abstrak di dinding, lalu beralih pada foto pernikahan dengan senyum merekah di atas kepala ranjang yang menatap sepi.

Semua terasa seperti dunia lain, dunia yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan akan menjadi bagian dari hidupnya. Dan di tengah dunia asing ini, terbaring Keandra.

Pria itu, su
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 243. Hati yang Mulai Tersentuh

    Neina duduk gelisah di ruang kerja sederhana miliknya. Ponselnya tak henti bergetar dan berdering, dibanjiri notifikasi dan berita yang bahkan mulai mengaitkan namanya dan nama Olivia. Kepalanya terasa dipenuhi suara-suara bising.Dalam kepanikan, ia berulang kali mencoba menghubungi Keandra. Panggilan demi panggilan ia lakukan, namun tak satu pun diangkat. Ia harus segera menyampaikan kabar penting tentang beberapa waktu lalu, sang Kakek telah datang ke rumahnya dan berencana untuk membuat pengakuan resmi kepada pihak berwajib.Sekali. Dua kali. Tiga kali. Hanya nada sambung kosong yang terus terdengar, tanpa jawaban.Ia kemudian mencoba menghubungi Felix, namun hasilnya sama. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengirimkan pesan darurat, menyampaikan kabar tentang niat Kakek Keandra untuk membuat pengakuan. Setelah pesan terkirim, Neina beralih mencoba menghubungi langsung Daniswara.“Kenapa tidak ada yang mengangkat?” gumamnya, suaranya bergetar menahan cemas.Bibi Raras masuk, membawa s

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 242. Skandal Kematian

    Pagi itu, langit tampak muram dan sarat misteri, seolah tengah menyimpan rahasia besar yang siap meledak kapan saja. Di setiap sudut media—layar televisi, laman berita daring, hingga riuhnya lini masa media sosial—satu nama kembali bergema seperti gema kutukan masa lalu yang enggan meredup.“Daniswara Sakti, kembali terseret dalam pusaran kasus pembunuhan bisnis dua puluh tahun silam.”Kalimat itu terus diulang, disuarakan para penyiar berita dengan intonasi yang sengaja dibuat sensasional. Wajah Daniswara yang menua terpampang di layar, diapit tumpukan arsip lama dan potongan dokumen yang buram. Namun, ada satu hal yang tak terbantahkan: nama Daniswara tercetak jelas, hitam di atas putih, pada laporan keuangan yang disebut-sebut sebagai bukti keterlibatannya.Dan dalang di balik semua kekacauan ini tak lain adalah Marco.Ia duduk bersandar di apartemennya yang temaram, menatap layar laptop dengan senyum sinis nan puas. Cahaya lampu kota menyelinap dari balik tirai, menyorot wajahnya

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 241. Pengakuan

    “Kakek minta maaf, Nak,” ujar Daniswara lagi dengan begitu tulus. Daniswara menunduk semakin dalam. “Mungkin tidak akan ada maaf untukku. Tapi aku berharap masih ada sedikit ruang untuk Keandra.” Dengan penuh permohonan, Daniswara mengungkapkan itu semua. Nama itu membuat dada Neina mencubit sakit. Ia berpaling, menatap jendela agar air matanya tidak terlihat. “Keandra…” ucapnya lirih. “Saya sudah memutuskan akan bercerai. Tidak akan berubah.”“Tolong jangan,” suara Daniswara bergetar. Ia melangkah mendekat, lalu tiba-tiba berlutut di hadapan Neina. “Kumohon, Nak. Jangan pisahkan dirimu dari Keandra. Dia hanya punya kamu. Kalau kalian berpisah, dia akan kehilangan satu-satunya orang yang bisa membuatnya tetap waras.”Neina terkejut melihat lelaki tua itu berlutut. “Apa yang Anda lakukan? Jangan begini. Berdiri, ini tidak pantas!” Meski benci, ia tak suka Danniswara berlutut di bawahnya. Sebesar apa pun dosa yang telah dibuat olehnya. Neina tak mungkin membiarkan orang yang lebih tua

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 240. Kedatangan Tamu Pagi

    Pagi itu udara terasa ganjil. Langit mendung, tapi bukan karena hujan—melainkan seperti sedang menyembunyikan sesuatu yang berat. Di depan rumah sederhana Neina, sebuah mobil hitam berhenti perlahan. Dari dalamnya keluar seorang lelaki tua berjas abu-abu, langkahnya perlahan tapi tegas. Di belakangnya, seorang pria berjas hitam rapi dan berkacamata bening ikut turun setelah membukakan pintu pada tuannya. “Tuan besar, apa anda yakin tidak ingin saya ikut masuk?” tanya pria berpeci itu, suaranya lembut tapi penuh khawatir. Ia yang memang selalu mendampingi tuannya kemanapun pergi. Daniswara menatap rumah sederhana itu dengan mata yang bergetar—antara ragu dan tekad. “Tidak, Aji. Ini harus aku lakukan sendiri. Aku sudah terlalu lama bersembunyi di balik alasan dan waktu. Sekarang biarkan aku menatap dosa itu… dengan mata terbuka.” Ia menghela nafas beratnya. “Mereka berhak bahagia.” Lagi, pria tua itu bergumam pelan, yakin akan keputusan yang telah dibuatnya.Pak Aji menunduk horma

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 239. Sangkalan

    Sementara itu, di rumah sederhananya, Neina menatap layar ponselnya dengan tangan gemetar. Ia baru saja membaca berita di media sosial—foto Keandra di samping tulisan besar “PELAKU KORUPSI MUDA DS COMPANY”.“Tidak... ini tidak mungkin,” ucapnya pelan. Tentu saja ia tak percaya dengan kabar pagi yang kembali menggemparkan media. Bibi Raras yang baru keluar dari dapur langsung menatap cemas. “Ada apa, Nak?” Ia menatap ingin tahu apa yang terjadi pada Neina yang kembali cemas, setelah berhasil menenangkan dirinya. Neina menunjukkan ponselnya. “Lihat ini, Bu. Pak Keandra difitnah. Mereka bilang dia manipulasi saham! Dan…”Neina tak sanggup melanjutkannya, sebab ada keterlibatan pada sekretaris lama yang menghilang. Dan itu dipastikan adalah dirinya. Bibi Raras memicingkan mata membaca berita itu. “Astaga… dunia sekarang benar-benar kejam. Orang baik pun bisa difitnah tanpa ampun.” Bibi Raras tentu tak percaya dengan kabar buruk yang terjadi pagi ini. Neina menatap layar lagi, rasa be

  • Istri Kedua Sang Presdir   Bab 238. Fitnah Keandra

    Pagi itu langit Jakarta tampak mendung. Awan kelabu menggantung berat di atas gedung tinggi milik DS Company, seolah ikut menandai muramnya suasana di dalam ruang direksi.Di ruang rapat utama lantai dua puluh, layar besar menampilkan deretan berita dengan judul mencolok. “Skandal Manipulasi Saham Guncang DS Company!” “Keluarga Sakti Diduga Terlibat Korupsi Lintas Proyek!”Keandra menatap layar itu dengan rahang mengeras. Tangannya mengepal di atas meja kaca. Ternyata pihak musuh tak berhenti untuk hanya meneror keluarga kecilnya. Dan kini, mereka kembali menyerang perusahaan. “Siapa yang pertama kali menyebarkan ini?” suaranya berat, nyaris seperti geraman.Felix berdiri di sampingnya, memegang berkas laporan. “Kami sudah telusuri sumber awal, Pak. Artikel pertama muncul dari portal Jakarta Inside, tapi data dan dokumen yang mereka unggah... semuanya berasal dari file internal perusahaan.” Felix menjelaskan asal muasal sumber media yang menyebarkan kabar tersebut. Keandra langsu

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status