Home / Rumah Tangga / Istri Kedua Tuan Muda Arogan / BAB 5 : Mencoba Gaun Pengantin

Share

BAB 5 : Mencoba Gaun Pengantin

last update Huling Na-update: 2023-01-27 00:41:50

Danila meneguk salivanya, sebab Haga hampir tidak menganggap keberadaannya disini. Namun....

"Haga, kau belum menyelesaikan tugasmu? Ayo selesaikan dulu sekarang," panggil Hugo sang ayahanda pada anak genius itu. Danila mengerutkan keningnya sesaat.

Tugas? Anak sekecil itu punya tugas apa memangnya? Bukankah anak-anak pada umumnya hanya bermain saja? Makan, tidur dan main. Lalu menonton film kartun kegemaran mereka. Tapi Haga, ternyata berbeda dengan anak-anak lainnya.

Danila mengikuti ke mana langkah kaki Haga si anak genius itu pergi. Rupanya dia memasuki ke sebuah ruang kamar. Mungkinkah itu adalah kamarnya? Baru saja, Danila ingin mendekat ke dalam sana. Untuk membangun kedekatannya dengan Haga. Tapi Hugo, si manusia bermulut pisau itu langsung memanggilnya.

"Kau mau kemana?" tanya Hugo menepis langkah kaki Danila.

"Eh, a-aku ...," ucap Danila terbata dan menggantung.

"Kau harus masuk ke ruang ganti. Kamarnya ada di atas sana," titah Hugo pada Danila.

"Ruang ganti?" tanya Danila. Spontan, Hugo mengangguk pelan.

"Designer baju untuk pengantin sudah menunggumu diatas. Cepat pergi dan pakailah."

Apa? Baju pengantin? Secepat itu 'kah?

Danila pun mengangguk paham, dan berjalan pergi menuju lantas atas. Ia tidak menyangka akan secepat itu hari pernikahannya tiba. Ya, dua hari mendatang. Tepatnya jatuh pada kalender Rabu.

Langkah kaki Danila mulai menaiki tangga yang beralaskan karpet cokelat kayu. Aroma ruangan di dalam rumah Hugo begitu harum. Wangi semerbak bunga lavender yang sangat menenangkan. Bahkan suhu ruangnya pun tampak sejuk, karena AC-nya ada disetiap sudut ruang.

Rumah yang nyaman, belum tentu orang-orangnya membuat Danila nyaman, bukan?

"Halo, cantik! Kamu pasti Danila, ya? Wah, secantik namanya ya. Mirip dengan penyanyi pop yang melegenda itu," sapa seorang wanita kepada Danila.

Danila hanya tersenyum canggung. Sebab dia tidak mengetahui siapa orang itu. Tapi sepertinya, wanita itu bukan design biasa. Bisa dilihat dari penampilannya yang begitu mewah serta elegan.

"Terakhir kali, aku membuat gaun pernikahan untuk tuan Hugo saat lima tahun yang lalu. Yah, kamu pasti tahu, kan? Mantan Istrinya yang sudah tiada. Tapi sekarang, tuan Hugo kembali menjadikanku sebagai designer untuk gaun pernikahan calon pengantinnya yang kedua," celotehnya berkata pada Danila.

Danila bingung harus menjawab apa. Hanya senyuman kecil yang mengukir tipis pada bibirnya. Dia bahkan baru datang ke tempat ini, tapi langsung di sambut begitu.

"Entah apa yang dia katakan, aku sebenarnya juga tidak peduli. Aku kan, menikah dengan pria itu karena perjodohan kedua keluarga kami. Aku juga sadar akan posisiku di hati orang itu. Dan lagi, kekasihku hanya Bagas. Bukan Hugo!" decak Danila dalam hati kesal.

Bagaimana tidak, Danila seperti dibanding-bandingkan dengan mantan istri Hugo yang sudah tiada itu. Awalnya ia sempat terkagum pada sosok Hugo. Seorang CEO muda, kaya dan tampan menjemputnya ke sekolah dengan menaiki sebuah helikopter. Bukankah sangat mengagumkan? Namun, ekspektasi tidak seindah realitanya.

Danila yang semulanya kagum, dan berpikir untuk menerima perjodohan mereka. Tapi setelah mengetahui sifat asli Hugo, semua itu tak lagi terlintas dalam benaknya. Kekagumannya pada sosok Hugo yang sempurna. Berubah menjadi benci padanya.

"Tuan Hugo itu, sangat mencintai Istri pertamanya. Aku kira, dia tidak akan menikah lagi. Karena tuan Hugo pernah membuat pernyataan pada konferensi pers peluncuran produk terbarunya. Tapi setelah aku tahu tuan Hugo ingin menikah lagi, rasanya masih belum percaya. Ku pikir hanya sekadar gurauan. Namun, ternyata benar-benar kenyataan. Sudah selesai! Cantik, kan?" celotehnya lagi seraya memakaikan gaun pengantin itu di tubuh Danila.

Danila berkaca didepan cermin besar. Ia sempat tertegun menatap keindahan tubuhnya yang mengenakan gaun itu. Namun segera dia tepis. Sebab pernikahan yang ia langsungkan bersama Hugo bukan atas dasar cinta dan kebahagiaan. Melainkan keterpaksaan, karena sebuah perjanjian dua keluarga mereka berdua.

"Kamu cukup beruntung, bisa dipilih menjadi pendamping hidupnya yang kedua. Ada begitu banyak wanita diluaran sana yang memperebutkan hati tuan Hugo. Tapi belum pernah ada satu pun diterima. Lalu setelah aku tahu calon Istri keduanya masih berumur delapan belas tahun, aku sedikit tidak menyangka, sih." Designer itu terus membicarakan tentang Hugo, juga tak lazim untuk memujinya terus menerus. Membuat Danila muak dan teringin segera pergi dari sana.

Danila tidak banyak bicara dan mengeluarkan kata-kata. Ia hanya menjalankan tugasnya sebagai calon pengantin pada umumnya. Meski terpaksa, Danila harus tetap menerimanya. Karena Hugo tidak segan akan menghancurkan perusahaan keluarganya.

"Maafkan aku, Bagas. Sepertinya kita berdua memang harus putus. Aku tidak ingin perusahaan keluargaku hancur. Tuan Hugo adalah orang yang berbahaya. Tak mudah bagiku untuk bisa lepas dari jeratannya begitu saja," tutur Danila dalam hati sedu.

Helaan napas keluar panjang dari dalam mulutnya Danila. Bersamaan dengan kehadiran Hugo yang tiba-tiba sudah berada di ambang pintu ruang itu.

"Eh, tuan Hugo? Coba lihatlah, nona Danila sangat cantik, kan? Gaunnya pas sekali untuk tubuhnya yang ideal," ujar designer wanita itu pada Hugo. Setelah menyadari kehadiran pemilik rumah sedang menatap ke arah Danila yang ada di depannya sekarang. Sontak, Danila membalikkan tubuhnya melihat Hugo dengan perasaan takut serta gugup.

Namun siapa sangka, Hugo tidak menunjukkan ekspresi wajah kesalnya. Dia terus memperhatikan Danila dari ujung rambut hingga kaki. Danila yang ditatap begitu tak mengetahui bahwa Hugo sedang memperhatikan dirinya. Sebab pandangan Danila sedari tadi terus menunduk ke bawah lantai.

"Bagus kalau itu cocok dengannya. Kau turunlah ke bawah setelah mengganti kembali bajumu. Aku tunggu kau di ruang kerjaku!" Titah Hugo berbicara pada Danila.

"B-baik," balas Danila seadanya. Ia tampak mengerjapkan kedua mat matanya sesaat. Embusan napasnya terdengar berat. Danila segera mengganti bajunya dengan seragam SMA yang dia pakai sebelumnya.

Danila bergegas keluar dari dalam ruang tadi. Setelah selesai mengganti pakaiannya kembali. Ia tidak tahu, dimana ruang kerjanya Hugo berada. Mau tidak mau Danila harus bertanya-tanya kepada pelayan di rumah ini. Tapi siapa sangka, Danila juga bertemu lagi dengan Haga. Si anak genius itu.

"Haga, kamu mau kemana? Hem ... Kakak boleh tanya, tidak? Ruang kerja Ayah Haga ada disebelah mana?" Sapa Danila ramah pada Haga. Namun ekspresi wajah Haga begitu sinis menatapnya.

"Untuk apa kau bertanya padaku?" cetus Haga membalas dingin. Danila tergelak kaget tak menyangka. Bisa-bisanya anak sekecil itu sudah menunjukkan sikap arogan serta dinginnya pada orang lain.

"Karena Haga adalah Anaknya. Maka dari itu, Kakak mencoba bertanya pada Haga," lanjut Danila berusaha untuk sabar dan meredam segala emosinya pada anak berumur tiga tahun itu.

"Memangnya kau tidak punya mata? Cari saja sana sendiri! Jangan pernah berpikir bahwa aku bisa menerimamu di rumah ini dengan mudah. Dan lagi, apa kau pantas? Menjadi Ibu baruku, sama sekali tidak!" Decak Haga mengumpat Danila. Dia langsung pergi meninggalkan Danila setelah mengatakan kata-kata pisaunya seperti ayahnya.

Antara sedih dan lucu, Danila bingung harus merasakan perasaan yang bagaimana. Sebab tubuh kecil Haga yang begitu mungil sangat tidak cocok dengan perkataannya yang tajam. Kaki kecil Haga berjalan di hentakkan begitu keras. Danila menggeleng pelan, memperhatikan tingkah anak itu.

"Aku pun sebenarnya tidak ingin menjadi Istri untuk Ayahnya. Apalagi menjadi Ibunya di rumah ini. Tapi takdir yang memutuskan semuanya. Aku ... hanyalah pemeran dari skenario Tuhan," gumam Danila pelan. Lalu kembali melanjutkan tujuannya untuk pergi mendatangi Hugo di ruang kerjanya.

Apa sebenarnya yang ingin di katakan Hugo pada Danila?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istri Kedua Tuan Muda Arogan   BAB 63 : Maafkan Aku

    Memaafkan adalah perjalanan melalui lorong kepedihan yang dalam, dan melupakan seperti menelan pahitnya pil kesalahan yang terus menghantui. Dalam redupnya hati, memaafkan terasa seperti mencari cahaya di tengah malam, sementara melupakan adalah luka yang tak pernah lekas sembuh, merajut kisah kesedihan."Jika dipikir-pikir lagi, seharusnya aku sudah benar-benar berpisah dari pria ini. Lantas apa yang terjadi sekarang? Begitu mudahnya dia memaksaku untuk menerimanya kembali sementara semua luka yang pernah dia goreskan untukku masih menyisakannya," tutur Danila dalam hati sedu. Raut wajahnya langsung berubah begitu saja. Namun Hugo menyadari akan hal itu."Ada apa denganmu?" tanya Hugo seolah tak pernah melakukan kesalahan untuknya. Danila menggeleng pelan dan menjauhkan tubuhnya sedikit dari pria itu. "Tak ada apa-apa. Aku hanya ingin beristirahat saja." Danila beralasan. Walau sebenarnya dia masih berduka atas kejadian lalu. Jika diingat lagi, tak mudah baginya untuk melawan semua

  • Istri Kedua Tuan Muda Arogan   BAB 62 : Kesalahpahaman

    Dokter pribadi keluarga Danila tiba di kediaman rumahnya. Seorang pria muda berwajah tampan rupawan yang memakai jas putih ala kedokteran, memasuki diri ke dalam kamar sana. Diikuti oleh kepala pelayan yang bertugas untuk mengantarkannya sampai menemui nona rumah.Tok! Tok! Tok!"Nona muda, dokter pribadinya sudah datang. Apakah beliau boleh masuk sekarang?" teriak sang pelayan wanita itu didepan pintu kamar Danila."Masuk saja. Pintunya tidak dikunci," sahut dari dalam. Terdengar suara bariton khas pria dewasa. Itu pasti Hugo. Ya, ya, ya. Serigala satu ini memang terdengar cukup seksi, suaranya. Eh.Kriek!Pintu kamar terbuka lebar. Terlihat, Danila tengah berbaring diatas ranjang sana dengan tubuh yang tertutupi oleh selimut tebal dari ujung leher hingga kaki. Dokter itu terdengar menghela napas panjang. Lalu mendekati ke arah Danila dan Hugo berada. "Apa keluhan Anda, Nona?" tanya dokter itu pada Danila seraya mengeluarkan alat-alat dari dalam tasnya. Danila justru terdiam sambil

  • Istri Kedua Tuan Muda Arogan   BAB 61 : Awal Kehidupan yang Baru

    "Selamat pagi, Tuan Hugo! Aku minta maaf karena hanya baju itu yang bisa kuberikan pada Anda, Tuan. Itu adalah baju terbagus yang tak pernah saya gunakan selama ini didalam lemari," tutur ayah mertua pada Hugo. Pria itu tak memberikan reaksi apapun, hanya mengerjapkan kedua matanya sejenak. Danila tiba-tiba menggenggam erat jari jemarinya dibawah sana. Yang kini keduanya tengah duduk bersebelahan di ruang makan ini sekarang."Ayah, tapi bajunya sedikit kebesaran," gumam Danila merasa tidak enak hati dengan Hugo. Sang ayah langsung mengubah ekspresi wajahnya. Tampaknya, beliau takut jika Tuan Hugo tak menyukainya."B-benarkah? K-kalau begitu Ayah akan berikan lagi yang baru."Hugo lantas menoleh dan menatap dalam Danila sambil mengeratkan genggaman tangannya. "Tidak perlu. Ini sudah cukup untukku. Terimakasih, Ayah mertua." Hugo berkata dingin. Yeah, pria itu memang selalu begitu, kan. Menampilkan ekspresi wajah dinginnya. "T-tidak ... akulah yang seharusnya berterimakasih pada Tuan

  • Istri Kedua Tuan Muda Arogan   BAB 60 : Pagi yang Hangat

    Tok! Tok! Tok!Suara pintu kamar Danila diketuk dari arah luar. Wanita itu mencoba beranjak bangun untuk membukakan pintunya. Namun Hugo langsung menepisnya. "Aku saja yang membukanya," katanya seraya berjalan ke sana.Kriek!"Tuan Hugo, m-maaf ... i-ini ... saya hanya mengantarkan baju ini untuk Nona muda. Tuan besar memintaku agar membawakannya ke sini," ujar seorang pelayan wanita berkata gugup padanya. suaranya tampak terdengar gemetar ketakutan.Serigala satu itu memang senang membuat orang lain ketakutan. Dasar mengesalkan!"Terima kasih. Katakan pada Ayah mertuaku, aku menyukai bajunya," ucap Hugo membalasnya. Pelayan itu mengangguk paham sambil membungkukkan sedikit bahunya."B-baik, Tuan. Kalau begitu saya permisi pergi." Hugo mengibaskan tangannya ke arah pelayan itu. "Ayah sudah mengirimkannya?" tanya Danila yang saat ini tengah berada diatas ranjang sana. Bermain dengan Dilan sembari menyusuinya."Ya. Aku akan memakainya." Danila mengangguk mengiyakan.Hugo lantas memasu

  • Istri Kedua Tuan Muda Arogan   BAB 59 : Panggilan Sayang

    GREP!Pelukan Danila langsung mengubah suasana hati Hugo dalam sekejap mata. Pria itu berubah kaku dan terdiam ditempatnya. Detik kemudian, Hugo berbalik badan menghadapnya. Keduanya lantas tampak saling pandang sekarang. Cup!Hugo mengecup lembut bibir ranum Danila setelah menatap matanya agak lama. Perasaan aneh yang tumbuh didalam hati Danila. Yang sebenarnya benci, namun enggan melupakannya apalagi menjauhkan dirinya dari pria itu."Kau menikmati ciumanku. Apa itu berarti aku diberikan kesempatan?" ucap Hugo tanpa melepaskan aktivitasnya. Danila tak berkata apa-apa. Wanita itu terdiam kaku dan mempererat pelukannya."Huh ... hah!" deru napas Danila memburu. Setelah melepaskan ciumannya dari Hugo tadi."Bukankah Tuan sudah tahu apa jawabannya? Kenapa masih berta..." tutur Danila langsung terpotong sebab Hugo kembali membungkam bibirnya dengan ciuman. Namun kali ini agak kasar. Hingga menimbulkan beberapa tanda kissmark dibagian leher jenjangnya."Jangan memanggilku dengan sebutan i

  • Istri Kedua Tuan Muda Arogan   BAB 58 : Kurcaci Kecil Merindukan Bunda

    "Beri aku waktu untuk memikirkannya," ujar Danila seraya menjauhkan dirinya dari Hugo. Pria itu menatapnya nanar sesaat, lalu mengembuskan napasnya yang terdengar cukup berat."Baiklah. Aku tunggu jawabanmu besok pagi." Danila lantas membelalakkan matanya lebar-lebar. "Aku tidak suka menunggu lama," lanjutnya lagi berkata. Danila mengembuskan napasnya panjang. "Dilan membutuhkanku. Kalau begitu aku pergi," kata Danila sambil membuka pintu mobilnya. Namun Hugo tiba-tiba berkata...."Haga selalu menunggu kedatanganmu. Dia bilang ... merindukan Bundanya," gumam Hugo dengan suara pelan. Bahkan hampir tak terdengar jelas ditelinga Danila. "A-apa?" ucap Danila berbalik tanya. Hugo lantas melengos dan mulai menyalakan mesin mobilnya."Pergilah. Dia pasti lebih membutuhkanmu," kilah Hugo mengganti topik. Danila terdiam beberapa saat. Lalu mengangguk mengiyakan."Aku pergi." Hugo tak membalasnya. Namun raut wajahnya tampak berubah memerah sekarang.Hei, hei, hei! Lihat itu, serigala gila ini

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status