Share

Bab 8. Takut

Penulis: Ipak Munthe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-08 04:35:41

Jantung Salsa berdegup kencang.

Napasnya seakan memburu dengan tubuhnya gemetar.

Tanpa sadar, Salsa melangkah lebih cepat, agar tidak terlalu lama melihat wajah Raka yang mengerikan itu.

Namun...

Bruk!

Saking ketakutan, Salsa hilang fokus dan justru menabrak Indri yang berjalan dari arah berlawanan!

"Ma-Maaf, Nyonya," ucap Salsa dengan gemetaran.

Mata Indri menatap Salsa dengan begitu tajam, bahkan rasanya siap untuk mencekik leher madunya itu.

Saat itu, Salsa pun berinisiatif untuk menolongnya dengan mengulurkan tangannya.

Tentu saja, Indri tidak sudi menerima uluran tangan Salsa.

Tangan Salsa baginya sangat menjijikkan.

"Jijik banget, " gerutu Indri, kemudian melihat Raka yang kini berdiri tak jauh di belakang tubuh Salsa.

Salsa memang masih ketakutan akan Raka, tapi dia tak tau jika saat ini Raka sudah selesai menuruni anak tangga.

Tapi saat Indri memanggil Raka membuat Salsa pun segera pergi dari sana dengan berlari.

"Raka, tolongin," pinta Indri dengan suara manjanya.

Raka pun segera menolongnya, sedangkan Salsa sudah pergi dengan segera saat itu.

"Dia itu agak aneh, ngeselin lagi!" Indri pun mengadu pada suaminya.

Kesal rasanya saat terjatuh akibat kecerobohan Salsa.

"Sudahlah," ucap Raka. Pria itu langsung pergi karena tak ingin memperpanjang masalah.

"Sayang, tunggu, kamu mau ke mana?" tanya Indri dengan manja.

Hingga akhirnya Indri melihat Raka duduk di ruang keluarga dengan televisi yang menyala.

Indri juga ikut duduk di samping Raka.

Sayangnya, wanita itu tak tahu bahwa pikiran Raka tertuju pada Salsa.

Dirinya merasa bersalah atas apa yang terjadi semalam.

Dia tak menyangka Salsa masih perawan.

Parahnya, Raka justru melakukannya secepat yang ia bisa dan membuat Salsa ketakutan padanya.

Lebih dari sebelumnya....

"Salsa!"

Teriakan Indri membuat Raka sontak menoleh pada sang istri.

Dia bingung kenapa Indri berteriak?

Hingga akhirnya Salsa pun terpaksa muncul karena kembali mendengar namanya dipanggil.

Gadis itu tampak menunduk dengan kedua tangannya yang saling meremas.

Salsa menebak jika Indri akan menghukumnya karena kecerobohannya sebelumnya.

Hanya saja, dia tak menyangka jika harus melihat wajah Raka kembali.

"Kamu ya, bukannya minta maaf malah kabur gitu aja! Kamu pikir kamu siapa?!" geram Indri yang belum bisa memaafkan Salsa setelah apa yang terjadi barusan.

"Ma-Maaf, Nyonya," kata Salsa lagi.

"Maaf, maaf! Buatkan jus jeruk untuk aku dan suamiku!" titah Indri.

Tidak ada yang boleh lepas begitu saja tanpa hukuman jika berbuat salah padanya, begitu pun juga dengan Salsa.

"I-iya Nyonya," jawab Salsa.

"Sekarang, bodoh!"

"I-iya, Nyonya."

Dengan cepat, Salsa pun menuju dapur kemudian membuatkan pesanan sang nyonya sekaligus Kakak madunya itu.

Menegangkan!

Salsa pun perlahan meletakkan pada meja, sebisa mungkin tidak melihat wajah Raka yang terus menatapnya.

"Heh, kamu nggak ngasih racun, kan?" tanya Indri.

Cepat-cepat Salsa pun menggelengkan kepalanya karena tuduhan Indri yang mengejutkan.

Salsa tidak mudah menaruh benci pada orang lain.

Sangat tidak mungkin melakukan hal keji itu.

Indri tampak mengangguk. "Kalau gitu, pergi sana!" usirnya.

Salsa mengangguk dan Indri mulai menikmati jusnya.

Hanya saja, saat dia hendak melihat Raka yang duduk di sampingnya, suaminya itu tidak ada.

"Sayang, kamu ke mana?" Indri pun mencari di sekitarnya.

Karena tak ada jawaban, Indri akhirnya mengendikan bahu.

Dia pun memilih untuk bersantai sambil menikmati jus jeruk buatan Salsa tanpa menyadari Raka ternyata sudah menyusul madunya itu!

***

"Salsa."

Salsa yang hendak meletakkan napan di tangannya pada wastafel dengan pelan pun gagal, justru napan itu terjatuh.

Dia pun mulai melihat jelas wajah Raka. "Tu-Tuan?"

Raka bisa melihat sendiri seperti apa ketakutannya Salsa padanya.

Tapi, sungguh Raka tak bermaksud untuk membuat Salsa ketakutan seperti ini.

"Untuk yang semalam --" Baru saja Raka ingin berbicara, tetapi Salsa yang sudah terlanjur ketakutan pun segera memotong.

"Maaf, Tuan saya sedang datang bulan, baru pagi tadi," kata Salsa dengan suara yang sangat cepat.

Salsa takut jika saja Raka ingin mengulangi lagi 

Hal itu membuat Raka pun terdiam karena bingung mendengar ucapan Salsa.

Sedangkan Salsa yang mulai menyadari apa yang dia ucapkan mulai menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Tunggu, datang bulan?

Artinya Raka akan kembali mengulanginya jika saja dia selesai datang bulan?

Ya ampun, Salsa!

"Saya permisi, Tuan." Dengan cepat, Salsa pun pergi dari hadapan Raka.

Takut, kelepasan berbicara lagi.

Jangan sampai, malam ini Raka malah mendatanginya lagi.

Meskipun ... Salsa juga tak yakin setelah mendengar ucapan Raka yang sebenarnya sangat tidak ingin menyentuhnya.

Di sisi lain,  Raka hanya diam sambil melihat punggung Salsa yang kini tampak semakin menjauh dari matanya.

Dipijat keningnya, pelan.

Frustasi?

Entahlah, Raka tak tahu.

Yang jelas, ada perasaan tak nyaman melihat Salsa ketakutan padanya. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ngena ukur kristina Siahaan
sama bingung juga
goodnovel comment avatar
Izes Akila
kok membingungkan si jalan ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Istri Kedua Tuan Pewaris yang Disembunyikan   Bab 122

    Salsa merasa sedih karena Indri telah memutuskan untuk pergi. Tapi apa yang bisa dia lakukan untuk mencegahnya, meskipun telah berusaha untuk meyakinkan Indri tapi hasilnya tetap sia-sia. *** Kini Salsa telah menjadi istri satu-satunya, pernikahannya pun tak lagi menjadi rahasia, semua orang juga telah mengetahui bahwa Salsa lah istri Raka yang sah. Hingga beberapa bulan kemudian Salsa pun melahirkan seorang anak perempuan, keluarga besar Januartha sangat berbahagia menyambutnya. Salsa juga tidak lagi merasa takut, jelas terlihat semua anggota keluarga suaminya menerima anaknya penuh kehangatan. Salsa melahirkan anaknya secara normal, tapi Raka merasa kasihan terhadap istrinya tersebut karena menyaksikan sendiri bagaimana sebelumnya Salsa menahan sakit sendirian. Andai saja rasa sakit itu bisa dibagi dia mau mengurangi rasa sakitnya. "Terima kasih," ucap Raka sambil menggenggam tangan Salsa dengan sangat erat. Salsa pun tersenyum sebagai jawaban, dia merasa sempurna

  • Istri Kedua Tuan Pewaris yang Disembunyikan   Bab 121

    "Kak Indri," ucap Salsa sambil berjalan masuk ke kamar Indri. Krang! Piring di tangannya seketika terjatuh dari tangganya, tak menyangka melihat Indri telah berdiri tegak. Dirinya seperti sedang dikejutkan dengan apa yang kini dia lihat. "Salsa," panggil Indri. Saat itu Salsa pun mulai tersadar dari keterkejutannya. Dia tak menyangka jika kini Indri bisa berdiri sendiri. "Salsa, ada apa?" tanya Sinta yang menyusul masuk setelah mendengar suara pecahan. Sinta takut jika saja Salsa yang terpeleset, bagaimana dengan keadaan janinnya? Bahkan Sinta juga sangat mengkhawatirkan keadaan Salsa. Semua pikiran buruknya benar-benar membuatnya panik bukan main. Tapi dia pun dibuat terkejut melihat Indri sudah bisa berdiri. Rasanya tak percaya dengan apa yang telah dia lihat saat ini. Ini seperti tidak mungkin, tapi itulah yang terjadi. "Indri?" Sinta menatap tidak percaya tapi inilah kenyataannya. Matanya membulat sempurna tanpa bisa berkedip sama sekali, sekarang dia men

  • Istri Kedua Tuan Pewaris yang Disembunyikan   Bab 120

    Salsa pun tersenyum bahagia karena hari ini dirinya telah menjadi seorang sarjana, tidak ada yang menyangka bahwa dirinya mampu untuk menyelesaikan pendidikan. Bahkan dirinya sendiri sekalipun merasa ini adalah sebuah hal yang mengejutkan, siapa sangka ternyata disaat dirinya merasa terjatuh-sejatuh-jatuhnya ternyata ada setitik cahaya yang membawanya sampai di hari ini. Hari dirinya menjadi salah satu dari mereka yang menyelesaikan pendidikan seperti yang diinginkan oleh sang Nenek. Ya, air mata Salsa juga menetes haru seiring mengenang kembali wajah mending sang Nenek yang telah menghadap sang illahi. Semua ini juga tak lepas dari peran penting dalam proses pencapaian pendidikannya. Mendukungnya dalam segala hal, sayang kini Neneknya tak bisa mengucapkan selamat padanya. Padahal Salsa juga ingin mengucapkan selamat juga pada sang Nenek karena perjuangan Neneknya tidak sia-sia. Kini hasilnya dirinya telah seperti ini, bahagia rasanya tak dapat terucap oleh kata-kata.

  • Istri Kedua Tuan Pewaris yang Disembunyikan   Bab 199

    Salsa langsung mengambil ponselnya dia tidak lagi menggunakan ponsel lamanya, karena kata Raka sudah butut. Lagi pula ponsel seharga 1 m nya juga harus digunakan, sebab dia sudah membayarnya mahal tadi malam. Tentu saja mahal karena dirinya harus bergoyang seperti orang gila, ah sudahlah. Salsa pun tidak lagi bisa berkata-kata. Dan ketika panggilan telepon tersambung dia langsung saja berbicara. "Abang, Salsa mau kasih tahu hal yang penting," ucap Salsa dengan cepat. "Kamu sakit? Mau melahirkan?" tanya Raka panik. Dia takut terjadi sesuatu pada istrinya tersebut. "Kok melahirkan? Hamil juga masih 6 bulan," gerutunya. "Jadi berapa bulan baru bisa melahirkan?" tanya Raka dengan bodohnya. Inilah Raka jika sudah berbicara dengan Salsa otaknya tak akan bisa bekerja dengan baik lagi. "Sembilan bulan, Abang!" kesal Salsa. "Oh iya, lupa," ucap Raka sambil menggaruk kepalanya. Dia sendiri bingung kenapa bisa bodoh seperti ini, tapi sudahlah saat ini dia ingin berbicar

  • Istri Kedua Tuan Pewaris yang Disembunyikan   Bab 198

    Salsa pun tersenyum sambil melangkahkan kakinya, dia tak dapat menahan kebahagiaan yang tengah dia rasakan. Bahkan tidak menyangka jika hari ini keluarga suaminya begitu menyayangi dirinya. Hingga akhirnya langkah kakinya pun terhenti saat melihat Indri tengah berjemur di halaman. Segera Salsa pun melangkah mendekati Indri.Dia ingin melihat bagaimana keadaan Indri, semoga saja ada kemajuan. "Nyonya Indri, apa kabar?" tanya Salsa. Sebab, kemarin tidak bertemu dengan Indri sama sekali. Rasanya ada banyak hal yang harus dia tanyakan, terutama apakah sudah ada kemajuan.Meskipun sadar Indri tidak bisa menjawab pertanyaannya, tidak apa yang terpenting adalah kesehatan Indri baik. "Sa, aku ke toilet bentar ya," kata Mayang yang bertugas membantu Indri untuk melakukan segala sesuatunya. Termasuk berjemur juga. "Iya, nggak papa aku juga pengen berjemur dulu. Kamu istirahat dulu aja sekalian, nanti kalau ada sesuatu aku panggil kamu ya," jawab Salsa. "Siap, makasih Nyonya

  • Istri Kedua Tuan Pewaris yang Disembunyikan   Bab 197

    Pagi ini rasanya sangat melelahkan karena malam panjang yang terlalu panas. Namun, meskipun sedemikian Salsa juga harus bangun pagi-pagi karena perutnya terasa lapar. Tentunya setelah dia mandi pagi. "Lho, kamu sudah sarapan pagi?" tanya Sinta ketika melihat Salsa sudah selesai sarapan. Padahal dirinya baru saja bangun dan sarapan pun tengah disiapkan oleh para Art. Sepertinya Salsa membuat sarapannya sendiri dan untuk dirinya sendiri saja agar lebih cepat prosesnya. "Iya, Ma. Maaf ya, Salsa sarapan duluan. Soalnya laper banget," ucap Salsa dengan perasaan tidak enak karena biasanya sarapan pagi bersama. "Tidak masalah, bahkan itu sangat bagus karena cucu Mama butuh nutrisi juga," balas Sinta. Kemudian dia pun segera duduk di samping Salsa Tentu saja karena ingin memegang perut buncit Salsa. "Cucu, Oma," katanya dengan senyuman penuh kebahagiaan. "Ma," panggil Salsa dengan ragu, dia ingin tahu apakah benar Sinta sudah tahu jenis kelamin calon anaknya seperti yan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status