Home / Romansa / Istri Kedua dr.Darish / Bab 9: Ikuti Dia

Share

Bab 9: Ikuti Dia

Author: Lia Mauliza
last update Last Updated: 2022-09-27 20:48:33

Di toko Honey Cake hari ini terlihat sepi. Soraya, Dewi, Gia, Intan dan Indah duduk santai di salah satu meja sambil berbincang menggosipkan suatu hal. Kadang mereka tertawa dan berdebat seperti biasanya.

"Eh, Sor. Tapi, bukannya mama kamu lagi sakit, ya?" tanya Gia si gadis feminim yang setiap harinya mengenakan make up yang tebal.

"Iya. Mamaku masuk ke rumah," jawab Soraya si gadis seksi bermata sipit.

"Terus kamu ada rencana balik ke Bandung, nggak?" tanya Indah si gadis tomboi.

“Aku mau pulang, tapi 'kan kita lagi kerja. Mana mungkin aku pulang begitu saja, kalau bos belum memberikan aku tanggal libur," kata Soraya juga mempertimbangkan tanggung jawabnya sebagai bawahan.

“Bos akan mengizinkan kamu cuti kalau untuk menjenguk ibumu sakit. Bos tidak sekejam itu lah Soraya,” sahut Dewi si gadis profesional dan berkacamata.

“Iya, Sor. Apa lagi setelah bos menikah, dia sering suruh kita tutup lebih awal,” tambah Intan si gadis manis berkulit sawo matang, sedang mengupas kulit jeruk.

“Dari pada kemarin-kemarin, bos sangat ketat dan tegas. Iya ‘kan? Percayalah, bos pasti izinkan,” tambah lagi Gia.

Soraya terdiam sejenak dan bertambah yakin akan niatnya yang kembali ke Bandung untuk melihat ibunya yang sedang sakit. Apalagi ia di sudah merantau ke Aceh selama tiga tahun dan belum pernah kembali menjenguk ibunya.

Larissa dan Ulfa sedang mampir ke super market untuk membeli beberapa barang belanjaan kue. Larissa tengah memilih beberapa tepung kualitas terbaik juga mengambil dua coklat batang di sisi kanannya. Sedangkan Ulfa hanya berdiri mematung di samping Larissa sambil menatap ponselnya.

“Jeremi?” gumam Ulfa berusaha mengingatnya.

Larissa melirik ke arah Ulfa. "Upa, kenapa kamu?"

"Ris, suamimu ada teman yang bernama Jeremi, nggak?” tanya Ulfa.

“Oh, Jeremi? Iya, dia sahabatnya Darish," jawab Larissa. Ia menaruh tepung ke dalam troli. " Masak kamu lupa sih. Dia juga jadi bridemaid waktu pernikahan kami kemarin," lanjut Larissa.

“Oh, dia? Euumm,” kata Ulfa tidak merespon apa pun dan mematikan ponselnya.

Larissa menatap Ulfa dengan tatapan curiga. “Hmm. Pasti ada sesuatu ‘kan?” tanya Larissa dengan suara yang bikin Ulfa salah tingkah.

Ulfa tersenyum." Tidak ada. Tidak ada," jawab Ulfa tanpa jawaban.

Saat semua orang hampir menyelesaikan kesibukan masing-masing dan sudah menunjukkan pukul 15:40, Darish masih memiliki kesibukan memeriksa data pasien pada sebuah dokumen yang sedang diperhatikannya. Saat memerhatikannya dengan benar, adanya keganjilan di riwayat pasien tersebut. Tak tunggu lama, ia langsung menekan tombol pemanggil pada telepon genggam di atas mejanya.

“Halo, Megan. Keruangan saya sebentar,” ucap Darish singkat melepaskan tombolnya kembali.

***

Lain halnya dengan Larissa yang bergegas kembali ke rumah dan sedang bersiap-siap memaikai pakaian untuk Azka yang bagus dan rapi. Larissa juga terlihat cantik mengenakan baju gamis berwarna maroon dan jilbab segi empat bermotif.

Larissa memakaikan Azka topi. "Sudah selesai. Ayo kita temui papa di klinik," ajak Larissa.

"Hore!" teriak Azka dan tersenyum lebar.

***

‘Tok tok tok!’ Mega mengetuk pintu ruangan Darish.

“Masuk!” suruh Darish.

Megan membuka pintu dan memasuki ruangan Dokter Darish dengan raut wajah kurang ceria. Ia masih menyimpan rasa kesal terhadap Darish yang tak mengundangnya ke pernikahan.

“Iya Dok, ada apa?” tanya Megan bersikap dingin sambil berdiri menghadap Darish.

“Coba lihat riwayat penyakit pasien ini," tunjuk Darish menggerakkan dokumen itu ke arah Megan.

“Apa ada yang salah, Dok?” tanya Megan mengambil dokumen itu.

Megan mulai membaca satu persatu biodata hingga riwayat penyakit pasien tersebut. Di sana tertulis nama pasien bernama Anita, yang mengalami infeksi cukup parah pada giginya atau disebut ‘Periodontitis’. Dan, pasien ini harus segera dirujuk ke rumah sakit untuk melakukan operasi.

“Kenapa kamu tidak bilang kalau ada pasien yang harus dioperasi? ‘Kan saya sudah pernah bilang, kalau ada pasien yang penyakitnya parah, segera hubungi saya. Beberapa hari ini kamu terlihat tidak fokus. Apa kamu ada masalah?” tanya Darish menegurnya.

“Sa-saya hanya tidak berani menelpon Dokter,” jawab Megan gagap.

“Kenapa? Dulu-dulu kamu sangat berani menelpon saya, tak kira saya sedang istirahat,” kata Darish mengungkit perilaku Megan yang kurang sopan.

“Saya hanya tidak ingin menganggu waktunya Dokter dengan istri Dokter. Bukankah Dokter sudah menikah lagi?” Megan langsung mengeluhkan kesibukan Darish setelah menikah bersama sang istri.

Darish menyeringai, “Jadi, kamu sudah tahu saya sudah menikah?"

“Kenapa? Dokter tidak ingin kami mengetahuinya?” tanya Megan mulai mencurahkan kekesalannya.

Darish menghela napas berat. Ia berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Megan. “Ini bukan waktunya membicarakan tentang pernikahan saya," kata Darish dengan tegas. Ia menatap Megan dengan serius. "Sekarang, kamu hubungi pasien ini dan katakan padanya, untuk segera temui saya ke rumah sakit. Mengerti?" lanjut Darish.

"Baik, Dok." Megan kehabisan kata dan terdiam mematung.

"Jangan berdiri saja! Cepat telfon dia. Setelah itu ikut saya ke rumah sakit," tambah Darish dan bergegas keluar dari ruangan.

Tak lama kemudian, Larissa dan Azka sampai di klinik Harapan Kita. Ia memarkirkan mobil di seberang jalan. Kemudian, ia tersenyum ke arah Azka yang duduk di kursi kemudi sambil melepaskan sabuk pengaman. Ia juga membuka sabuk pengaman Azka dan segera turun dari mobil.

Dari sisi arah pintu keluar klinik, Darish keluar dengan buru-buru bersama seorang perempuan cantik, pada saat itu yang dilihat oleh Larissa. Dan, Larissa hanya berdiri menatap Darish dari kejauhan saat perempuan itu berjalan berdampingannya.

Larissa mengerutkan kening. “Siapa perempuan itu?”

Pada saat itu, Megan sudah melepaskan baju kerjanya dan mengenakan baju kasual, kemeja krem, celana kulot jins, dan jilbab segi empat berwarna krem. Darish dan Megan serentak membuka pintu mobil.

“Dokter, tunggu dulu," kata Megan menghentikannya sebelum Darish menaiki mobil.

"Ada apa?" tanya Darish menatap Megan dari pintu kanan mobil bagian dalam.

Saat Azka melihat Bundanya berdiri mematung dan tidak membukakan pintu mobil untuknya, ia terpaksa turun sendiri. Lalu, ia menghampiri Bundanya.

"Boleh kita mampir ke kafe? Saya belum makan siang,” kata Megan mengajak Darish ke kafe.

“Baiklah. Saya juga belum makan siang.” Darish begitu mudah menyetujui ajakan Megan. Mereka bergegas memasuki mobil.

Larissa terus menatap sang suami dengan perempuan lain dan membiarkan mereka pergi. Azka melihat ke arah yang ditatap sang Bunda dan mulai berpikir.

“Itu Aunti Megan, Bunda. Dia pergi dengan papa," kata Azka membuat Larissa kaget tiba-tiba Azka sudah di sampingnya.

"Aunti Megan?" Larissa masih bingung akan ucapan Azka yang begitu akrab.

“Bunda, ayo kita ikuti Papa!" ajak Azka sambil menarik tangan Larissa.

“Eh, nggak boleh Sayang. Nanti Papa marah kita ikuti dia," kata Larissa menolak permintaan Azka.

“Papa nggak marah. Papa ‘kan orang baik. Ayo, Bunda!" lanjut Azka memaksa Larissa.

Larissa berpikir sejenak, “Baiklah. Ayo kita susul Papa."

Karena rasa penasaran Larissa terhadap perempuan yang sedang bersama Darish, ia memilih untuk mengikuti sang suami. Mereka bergegas memasuki mobil saat Darish dan Megan melaju pergi meninggalkan klinik. Jauh dalam lubuk hati Larissa, ia sangat cemburu melihat sang suami bersama wanita lain karena terlihat begitu dekat.

BERSAMBUNG🍁

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 26: Belum dimaafkan

    Keesokan paginya, Larissa yang baru saja selesai membersihkan diri, ia langsung keluar dari kamar mandi menuju meja rias. Raut wajahnya terlihat senang. Ia duduk di atas kursi sambil menatap wajahnya di cermin."Akhirnya, ia mengaku Ya Allah. Aku sangat senang suamiku mengatakan cintanya padaku," lirihnya dalam hati sambil menyisir rambut panjangnya itu sambil tersenyum.Di sisi lainnya, Darish yang sudah berangkat ke rumah sakit langsung disibukkan dengan pasien yang mengeluh akan giginya yang sakit. Satu persatu sesuai antrean pasien memasuki ruangan dr.Darish. Sebagai dokter spesialis gigi, Darish memberikan penanganan yang baik untuk pasiennya. Ia sangat profesional dan ramah. Apalagi dr. Darish sangat ahli dalam membujuk anak kecil. Tapi, ada seorang anak laki-laki berusia 10 tahun tidak mau mencabut giginya dengan alasan sakit. Ia memberontak hingga ibunya terjatuh dari kursi."Akh!" keluh wanita itu sudah terduduk di atas lantai karena anaknya mendorongnya. "Eh, ibu," kaget Da

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 25: Pelukan Hangat

    Malam pun tiba. Darish merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil memeluk guling dan mengeluh kesakitan di bagian perutnya. Keringatnya keluar di sekujur wajahnya karena ia tak sanggup menahan kram di perutnya itu. "Sakit perut karena minum teh?" Larissa agak terkejut dengan pengakuan sang mertua, Bu Fatimah, yang mengatakan kalau Darish tidak bisa minum teh.Ia sedang berbicara dengan Bu Fatimah lewat hp. Kata Bu Fatimah, "Darish tidak bisa minum teh karena menderita penyakit lambung yang parah. Saat Darish mencoba berkali-kali minum teh, Darish langsung sakit perut. Sejak SMP, Darish sudah tidak lagi minum teh. Dia memang tidak bisa minum teh. Sama seperti Almarhum Ayahnya.""Oh begitu. Maaf, Umi, Rissa nggak tahu kalau abang Darish nggak bisa minum teh," ucap Larissa merasa bersalah. Larissa melirik ke arah Darish yang menatapnya dari tempat tidur dengan raut wajah agak kesal. Larissa agak ketakutan jika Darish marah. "Baik Umi, Rissa akan memberikan obat untuk abang Darish. Sampai

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 24: Surat Resign

    Larissa dan Darish duduk berdampingan di sofa ruang tamu. Mereka duduk berhadapan dengan Megan dan kak Ratna. Sedangkan Bu Anita dan Pak Hasballah duduk di sofa lainnya berdekatan dengan sofa Larissa dan Darish. Bu Anita juga sudah menyiapkan beberapa teh hangat dan bolu lapis di atas meja. "Ratna, Megan, silahkan diminum tehnya. Nanti dingin," suruh Bu Anita. "Iya, terima kasih, Bu," kata Kak Ratna. Sedangkan Megan hanya tersenyum tipis ke arah Bu Anita.Kak Ratna dan Megan serentak mengambil minuman dan meneguknya seteguk saja. Lalu, menaruhnya kembali di atas meja. Megan bersikap cukup tenang di depan keluarga Larissa. Terutama sekali di depan Darish. Ia terus saja memandang Darish dan tersenyum ke arahnya. Larissa menatap Megan tanpa senyuman. Wajahnya cemberut bagai melihat musuh dan ia sangat tidak menyukainya. Begitu juga dengan Megan. Ia sengaja membuat Larissa kesal dengan tersenyum sinis. *** Ulfa berdiri di depan pagar rumahnya dengan penampilan yang sudah rapi. Ia meng

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 23: Menjahilinya

    Kak Ratna merasa susah hati, jika Megan betul-betul serius akan perasaannya terhadap Darish. Tapi, ia berusaha tenang menanggapi sikap Megan yang sering kali memberontak. Kak Ratna mengambil lima piring dan membawanya ke meja makan.Megan mengikuti kakaknya dari belakang. "Tapi kak, aku mau dia yang jadi suami aku," keluh Megan berharap kakaknya membantunya."Dia suami orang, Megan. Kakak nggak mau kamu menjadi pengganggu rumah tangga orang lain. Apalagi Larissa," ucap Kak Ratna terdengar serius seraya menaruh piring di atas meja. Langkah Megan pun sontak terhenti saat mendengar kakaknya menyebut nama Larissa. "Memangnya kenapa kalau dia? Kenapa Kakak terlihat sangat menyukai wanita itu?" tanya Megan kesal. Kak Ratna menghela napas seraya membalikkan badannya ke arah Megan dan menatapnya tersenyum heran. "Bukan seperti itu. Cuma, orang tuanya itu pemilik rumah sewa ini, mengerti? Kamu mau Kakak diusir? Kakak sangat menyukai lingkungan ini, Megan. Tapi, bukan itu yang menjadi alasan t

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 22: Keras Kepala

    Enggan berbaikan dengan sang suami, Larissa malah semakin cemberut menatap sang suami saat Bu Anita, Bu Fatimah dan Azka datang menjenguknya. Ia mengabaikan Darish dengan memeluk Azka yang duduk di atas ranjangnya. Azka begitu dimanjakan oleh Larissa dan Azka sangat senang. Darish memilih untuk duduk di sofa dan memerhatikan sikap perhatian Larissa pada sang anak. Walaupun ia belum berhasil membujuknya, namun ia bahagia melihat Larissa begitu menyayangi Azka. Ia menghela napas lega. 'Untung ada Azka yang menjadi pelipur lara'Sedangkan, Bu Anita dan Bu Fatimah berdiri dari sisi yang berlawanan dan saling berhadapan. Mereka merasa lega karena Larissa baik-baik saja."Kamu makan mie instan lagi 'kan, 'kan, 'kan?" Bu Anita mencubit lengan Larissa karena geram akan perbuatannya."Aduh, ma! Sakit!" keluh Larissa mengusap-usap lengannya dengan tangan kiri. "Sudah, Nita. Rissa lagi sakit, loh. Kamu mau kesehatannya memburuk lagi? Dia sedang hamil," sahut Bu Fatimah membela menantu kesayang

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 21: Jangan Sentuh Aku

    Darish berlari dengan cepat memasuki Supermarket, saat ia melihat seorang pria mendekati Larissa di meja. Ia mendorong pintu dengan tenaga keras dan berdiri menatap pria itu dengan tatapan tajam. "Hei, dia istri saya!" teriak Darish. Sontak pria tersebut terkejut dan menoleh ke arah Darish. "Oh, maaf. Saya hanya ingin memeriksanya. Sepertinya, istri Anda pingsan," kata pria yang bertugas sebagai pekerja Supermarket tersebut. "Pingsan?" Darish sangat khawatir dan berjalan mendekati Larissa. "Rissa? Rissa?" panggil Darish beberapa kali sambil menepuk pundaknya. Tapi, Larissa tidak sadar. "Dari tadi istri Anda kerjaannya hanya makan. Saya khawatir istri Anda pingsan karena menghabiskan semua makanan berlemak ini," lanjut pekerja itu berprasangka seperti itu. Darish memerhatikan sebentar semua bekas plastik di depan Larissa yang sudah habis tanpa sisa. Ia menghela napas cemas dan menatap Larissa yang tak bergerak sedikit pun."Apa istri saya sudah membayar semua makanan ini?" tanya Da

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status