Share

Bab 8: Aku Milikmu dan Kamu Milikku

Darish keluar dari kamar setelah mengganti pakaian tidurnya dan beranjak menuju ke kamar Azka. Ia membuka pintu perlahan-lahan dan berjalan menghampiri sang anak di ranjang yang sudah tertidur lelap. Posisi tidur Azka dalam keadaan terlentang sambil memeluk bantal ikan hiu tanpa berselimut.

Darish duduk di sisi ranjang Azka. Ia tersenyum sambil mengelus kepala Azka dengan penuh kasih sayang. Ia tak menyangka Azka semakin hari, semakin berani dan mandiri. Terkadang ia berpikir, ada baiknya juga ia menikah dengan Larissa. Karena sekarang ia tak perlu mengkhawatirkan Azka yang kesepian dan merindukan sang ibu.

Di dapur Larissa sedang sibuk mengambil piring dan gelas untuk dibawa ke meja makan. Di atas meja makan sudah tersedia makan malam enak untuk sang suami dan anak. Saat hendak menuju meja makan, Larissa tak melihat mesin pembuang sampah di depannya, lalu ia tersandung dan piringnya terjatuh ke lantai.

‘Priiing ....!' Bunyi piring pecah yang tak sengaja dijatuhkan Larissa lantai.

Darish yang masih berada di kamar Azka mendengar pecahan piring dari dalam. Ia pun langsung keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi.

Larissa sontak kaget dan hampir terjatuh ke pecahan piring tersebut. Lalu, Larissa mengambil plastik kosong di atas pantri dan memungut pecahan kaca itu agar yang lain tidak terluka.

“Aakh!" Jari telunjuk Larissa tergores akan pecahan piring itu.

“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Darish yang berdiri tepat di belakangnya.

Larissa mengangkat kepalanya menatap Darish. “Piringnya pecah."

Saat Darish melihat tangan Larissa terluka dan mengeluarkan darah, ia langsung mengambil kotak P3K di lemari dapur. Ia kembali menghampiri Larissa dan menarik tangannya berjalan ke arah meja makan. Langkahnya terhenti saat melihat meja makan yang penuh dengan makanan dan kejutan-kejutan kecil dari Larissa.

Ia mendekor meja itu dengan tema romantis. Seperti yang terlihat, mejanya di alasi kain putih, beberapa lilin yang menyala di atas besi mahkota, bunga mawar merah di dalam pot kaca dan keik cokelat yang diberi topping terlukis wajah Darish yang sangat tampan. Larissa juga menyiapkan hadiah untuk Azka, tapi sayang sudah tertidur.

"Apa ini?" tanya Darish bingung melihat banyak hidangan makanan dan minuman enak.

“Kejutan untuk, Abang. Romantis ‘kan?” tanya Larissa tersenyum manis ke arah .

“Hhmm," kata Darish terlihat gugup. "Duduk dulu. Aku obati dulu tanganmu,” suruh Darish hanya menatap Larissa tanpa senyuman.

Larissa melihat tangannya yang terus mengeluarkan darah. Tapi, ia tidak merasa sakit karena terlalu senang Darish terlihat khawatir padanya.

***

Jeremi mondar-mandir di samping kolam berenang rumahnya sambil menekan sebuah nomor tanpa nama di chat W******p. Dengan perasaan gugup, Jeremi mulai mengetik pesannya.

‘Hai, Ulfa. Salam kenal' Pesan pertama yang dikirim oleh Jeremi kepada Ulfa.

‘Greet, Greet!'

Bunyi getar pesan masuk dari ponsel Ulfa di atas lemari kaca hias kamarnya. Sedangkan Ulfa sudaj tertidur lelap membalut seluruh tubuhnya dengan selimut.

‘Saya Jeremi, teman Dokter Darish Iskandar. Saya minta maaf karena sudah menghalangi motor kamu saat mau keluar dari toko Honey Cake, tadi sore'

Jeremi kembali menuliskan pesan untuk Ulfa dan meminta maaf padamya. Beberapa saat, Jeremi menunggu balasan dari Ulfa, tapi sepertinya tidak ada jawaban.

***

Setelah menyelesaikan makan malam romantis, Larissa duduk santai di kursi meja makan sambil menatap sang suami yang sedang mencuci piring. Darish membantu Larissa mencuci piring karena tangannya terluka. Sudah pasti, Larissa sangat senang melihat suaminya itu sangat perhatian, walaupun masih bersikap dingin padanya.

Ia berdiri dari tempat duduknya dan mendekati Darish. Ia ingin membantu Darish membilas piring. “Aku bantu, ya," kata Larissa hendak memegang piring.

Sontak Darish langsung memegang kedua lengan Larissa dan menjauhkan tangan sang istri, agar tidak terkena busa sabun pencuci piring.

“Kamu mau tanganmu terluka lagi, hah?” tanya Darish. Ia menggerakkan tangan Larissa yang terbalut Hansaplast dan berkata, "Lihat tanganmu."

Jauh dari lubuk hatinya, Darish tidak ingin Larissa terluka lagi. Tanpa disadari, ia sudah menatap Larissa dalam waktu yang lama. Ia luluh saat memandangi mata Larissa yang menatapnya halus dan dalam.

Darish justru ikut terbawa suasana romantis akan sikap sang istri yang berusaha membuatnya jatuh hati. Ia mulai gugup dan takut akan tergoda dengan suasana ini. Tubuhnya keringat dingin. Ia mengeluarkan keringat dari kening dan mengalir lurus ke bawah batang hidungnya.

'Dug, dug, dug!' Jantung Larissa berdegup kencang. Ia gugup sekaligus takut melanjutkan apa yang ada di pikirannya itu.

Larissa mulai menyentuh batang hidung Darish dari atas ke bawah dengan jari tengah kanannya, mengikuti keringat yang mengalir ke ujung hidung.

“Hmmm. Kamu ...,” Darish mencoba menghentikan Larissa, tapi, ia sama sekali tidak bergerak atau pun menghindar.

Larissa menyetuh bibir Darish dengan ibu jarinya. “Shhhttt!" kata Larissa. Ia juga mulai menggerakkan kedua tangannya dan merangkul bahu Darish. "I love you,” ucap Larissa sangat dalam dan mereka saling bertatap.

Suami mana yang bisa tahan memiliki seorang istri yang begitu cantik dan seksi seperti Larissa. Darish menarik napasnya dalam-dalam, menahannya sebentar, lalu menghela berat dan ia mendekatkan wajahnya hingga kedua batang hidung mereka saling bersentuhan.

"Jangan salahkan aku," kata Darish dengan suara rendah. Darish menyerah pada perasaannya sendiri. Ia pun langsung mengangkat Larissa dan membawanya memasuki kamar.

***

Keesokan paginya. Saat langit begitu cerah dan membiru, Larissa tengah menyiapkan pakaian untuk Darish. Ia menaruh setelan jas berwarna hitam di atas lemari jam. Setelah meletakkannya di sana, Larissa keluar dari ruang pakaian dan beranjak kembali ke kamar.

Saat hendak keluar kamar, Larissa tersenyum menatap Darish yang masih tertidur lelap di atas ranjang. Darish menutup dadanya tanpa baju menggunakan selimut. Larissa tersenyum malu melihat ke dada Darish yang kekar.

Setelah Larissa keluar dari kamar, Darish membuka kedua matanya dengan ekspresi wajah menahan malu sambil mengigit bibir bawahnya. Ia merasa bersalah dan menyesal atas apa yang dilakukannya pada Larissa.

“Darish, Darish. Ada apa denganmu semalam, hah? Ya Allah, aku belum siap, tapi aku ... Aaakk!” teriaknya kesal seraya menarik selimut hingga menutupi wajahnya karena tidak ingin hal ini terjadi.

Di sisi lainnya, Larissa bersikap tenang sambil mengolesi selai blueberry pada roti. Ia terus tersenyum membayangkan keromantisan Darish yang membuat jantung berdegup kencang.

‘Dug, dug, dug!'

Larissa menaruh pisau di atas pantry dan ia menempelkan telapak tangan kanannya ke dada untuk merasakan degupan jantungnya yang berdetak kuat untuk Darish. Ia sangat bahagia karena ia sudah menjadi milik Darish sepenuhnya, begitu juga sebaliknya.

“Aku yakin kamu pasti jatuh cinta padaku, setelah kita berdua melakukannya semalam,” gumam Larissa.

Azka yang menghampirinya di dapur yang sudah siap mengenakan seragam sekolahnya. “Bunda!” kejut Azka dengan suara tinggi berdiri tepat di samping Larissa.

“Eh!” ucap Larissa kaget sambil berpaling ke arah Azka di sisi kiri. Ia menghela napas sambil tersenyum gugup.

“Kenapa Bunda senyum-senyum sendiri?” tanya Azka.

“Aaa-Bunda ...,” Larissa mengambil roti di atas piring dan memberikannya pada Azka sambil tertawa kecil. “Untuk Azka.”

Azka mengambil rotinya dan tersenyum. “Makasih, Bunda.”

“Sama-sama, Sayang. Ayo duduk di kursi dulu. Bunda temani kamu sarapan.” Larissa menarik kursi salah satu kursi di meja makan dan mengangkat Azka duduk ke atas kursi tersebut.

'Kreek!" Suara pintu yang dibuka Darish.

Darish menghampiri Larissa dan Azka di meja makan. "Hmm ... Larissa," panggil Darish gugup.

BERSAMBUNG🍁

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status