Home / Romansa / Istri Kedua dr.Darish / Bab 8: Aku Milikmu dan Kamu Milikku

Share

Bab 8: Aku Milikmu dan Kamu Milikku

Author: Lia Mauliza
last update Last Updated: 2022-09-25 23:16:55

Darish keluar dari kamar setelah mengganti pakaian tidurnya dan beranjak menuju ke kamar Azka. Ia membuka pintu perlahan-lahan dan berjalan menghampiri sang anak di ranjang yang sudah tertidur lelap. Posisi tidur Azka dalam keadaan terlentang sambil memeluk bantal ikan hiu tanpa berselimut.

Darish duduk di sisi ranjang Azka. Ia tersenyum sambil mengelus kepala Azka dengan penuh kasih sayang. Ia tak menyangka Azka semakin hari, semakin berani dan mandiri. Terkadang ia berpikir, ada baiknya juga ia menikah dengan Larissa. Karena sekarang ia tak perlu mengkhawatirkan Azka yang kesepian dan merindukan sang ibu.

Di dapur Larissa sedang sibuk mengambil piring dan gelas untuk dibawa ke meja makan. Di atas meja makan sudah tersedia makan malam enak untuk sang suami dan anak. Saat hendak menuju meja makan, Larissa tak melihat mesin pembuang sampah di depannya, lalu ia tersandung dan piringnya terjatuh ke lantai.

‘Priiing ....!' Bunyi piring pecah yang tak sengaja dijatuhkan Larissa lantai.

Darish yang masih berada di kamar Azka mendengar pecahan piring dari dalam. Ia pun langsung keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi.

Larissa sontak kaget dan hampir terjatuh ke pecahan piring tersebut. Lalu, Larissa mengambil plastik kosong di atas pantri dan memungut pecahan kaca itu agar yang lain tidak terluka.

“Aakh!" Jari telunjuk Larissa tergores akan pecahan piring itu.

“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Darish yang berdiri tepat di belakangnya.

Larissa mengangkat kepalanya menatap Darish. “Piringnya pecah."

Saat Darish melihat tangan Larissa terluka dan mengeluarkan darah, ia langsung mengambil kotak P3K di lemari dapur. Ia kembali menghampiri Larissa dan menarik tangannya berjalan ke arah meja makan. Langkahnya terhenti saat melihat meja makan yang penuh dengan makanan dan kejutan-kejutan kecil dari Larissa.

Ia mendekor meja itu dengan tema romantis. Seperti yang terlihat, mejanya di alasi kain putih, beberapa lilin yang menyala di atas besi mahkota, bunga mawar merah di dalam pot kaca dan keik cokelat yang diberi topping terlukis wajah Darish yang sangat tampan. Larissa juga menyiapkan hadiah untuk Azka, tapi sayang sudah tertidur.

"Apa ini?" tanya Darish bingung melihat banyak hidangan makanan dan minuman enak.

“Kejutan untuk, Abang. Romantis ‘kan?” tanya Larissa tersenyum manis ke arah .

“Hhmm," kata Darish terlihat gugup. "Duduk dulu. Aku obati dulu tanganmu,” suruh Darish hanya menatap Larissa tanpa senyuman.

Larissa melihat tangannya yang terus mengeluarkan darah. Tapi, ia tidak merasa sakit karena terlalu senang Darish terlihat khawatir padanya.

***

Jeremi mondar-mandir di samping kolam berenang rumahnya sambil menekan sebuah nomor tanpa nama di chat W******p. Dengan perasaan gugup, Jeremi mulai mengetik pesannya.

‘Hai, Ulfa. Salam kenal' Pesan pertama yang dikirim oleh Jeremi kepada Ulfa.

‘Greet, Greet!'

Bunyi getar pesan masuk dari ponsel Ulfa di atas lemari kaca hias kamarnya. Sedangkan Ulfa sudaj tertidur lelap membalut seluruh tubuhnya dengan selimut.

‘Saya Jeremi, teman Dokter Darish Iskandar. Saya minta maaf karena sudah menghalangi motor kamu saat mau keluar dari toko Honey Cake, tadi sore'

Jeremi kembali menuliskan pesan untuk Ulfa dan meminta maaf padamya. Beberapa saat, Jeremi menunggu balasan dari Ulfa, tapi sepertinya tidak ada jawaban.

***

Setelah menyelesaikan makan malam romantis, Larissa duduk santai di kursi meja makan sambil menatap sang suami yang sedang mencuci piring. Darish membantu Larissa mencuci piring karena tangannya terluka. Sudah pasti, Larissa sangat senang melihat suaminya itu sangat perhatian, walaupun masih bersikap dingin padanya.

Ia berdiri dari tempat duduknya dan mendekati Darish. Ia ingin membantu Darish membilas piring. “Aku bantu, ya," kata Larissa hendak memegang piring.

Sontak Darish langsung memegang kedua lengan Larissa dan menjauhkan tangan sang istri, agar tidak terkena busa sabun pencuci piring.

“Kamu mau tanganmu terluka lagi, hah?” tanya Darish. Ia menggerakkan tangan Larissa yang terbalut Hansaplast dan berkata, "Lihat tanganmu."

Jauh dari lubuk hatinya, Darish tidak ingin Larissa terluka lagi. Tanpa disadari, ia sudah menatap Larissa dalam waktu yang lama. Ia luluh saat memandangi mata Larissa yang menatapnya halus dan dalam.

Darish justru ikut terbawa suasana romantis akan sikap sang istri yang berusaha membuatnya jatuh hati. Ia mulai gugup dan takut akan tergoda dengan suasana ini. Tubuhnya keringat dingin. Ia mengeluarkan keringat dari kening dan mengalir lurus ke bawah batang hidungnya.

'Dug, dug, dug!' Jantung Larissa berdegup kencang. Ia gugup sekaligus takut melanjutkan apa yang ada di pikirannya itu.

Larissa mulai menyentuh batang hidung Darish dari atas ke bawah dengan jari tengah kanannya, mengikuti keringat yang mengalir ke ujung hidung.

“Hmmm. Kamu ...,” Darish mencoba menghentikan Larissa, tapi, ia sama sekali tidak bergerak atau pun menghindar.

Larissa menyetuh bibir Darish dengan ibu jarinya. “Shhhttt!" kata Larissa. Ia juga mulai menggerakkan kedua tangannya dan merangkul bahu Darish. "I love you,” ucap Larissa sangat dalam dan mereka saling bertatap.

Suami mana yang bisa tahan memiliki seorang istri yang begitu cantik dan seksi seperti Larissa. Darish menarik napasnya dalam-dalam, menahannya sebentar, lalu menghela berat dan ia mendekatkan wajahnya hingga kedua batang hidung mereka saling bersentuhan.

"Jangan salahkan aku," kata Darish dengan suara rendah. Darish menyerah pada perasaannya sendiri. Ia pun langsung mengangkat Larissa dan membawanya memasuki kamar.

***

Keesokan paginya. Saat langit begitu cerah dan membiru, Larissa tengah menyiapkan pakaian untuk Darish. Ia menaruh setelan jas berwarna hitam di atas lemari jam. Setelah meletakkannya di sana, Larissa keluar dari ruang pakaian dan beranjak kembali ke kamar.

Saat hendak keluar kamar, Larissa tersenyum menatap Darish yang masih tertidur lelap di atas ranjang. Darish menutup dadanya tanpa baju menggunakan selimut. Larissa tersenyum malu melihat ke dada Darish yang kekar.

Setelah Larissa keluar dari kamar, Darish membuka kedua matanya dengan ekspresi wajah menahan malu sambil mengigit bibir bawahnya. Ia merasa bersalah dan menyesal atas apa yang dilakukannya pada Larissa.

“Darish, Darish. Ada apa denganmu semalam, hah? Ya Allah, aku belum siap, tapi aku ... Aaakk!” teriaknya kesal seraya menarik selimut hingga menutupi wajahnya karena tidak ingin hal ini terjadi.

Di sisi lainnya, Larissa bersikap tenang sambil mengolesi selai blueberry pada roti. Ia terus tersenyum membayangkan keromantisan Darish yang membuat jantung berdegup kencang.

‘Dug, dug, dug!'

Larissa menaruh pisau di atas pantry dan ia menempelkan telapak tangan kanannya ke dada untuk merasakan degupan jantungnya yang berdetak kuat untuk Darish. Ia sangat bahagia karena ia sudah menjadi milik Darish sepenuhnya, begitu juga sebaliknya.

“Aku yakin kamu pasti jatuh cinta padaku, setelah kita berdua melakukannya semalam,” gumam Larissa.

Azka yang menghampirinya di dapur yang sudah siap mengenakan seragam sekolahnya. “Bunda!” kejut Azka dengan suara tinggi berdiri tepat di samping Larissa.

“Eh!” ucap Larissa kaget sambil berpaling ke arah Azka di sisi kiri. Ia menghela napas sambil tersenyum gugup.

“Kenapa Bunda senyum-senyum sendiri?” tanya Azka.

“Aaa-Bunda ...,” Larissa mengambil roti di atas piring dan memberikannya pada Azka sambil tertawa kecil. “Untuk Azka.”

Azka mengambil rotinya dan tersenyum. “Makasih, Bunda.”

“Sama-sama, Sayang. Ayo duduk di kursi dulu. Bunda temani kamu sarapan.” Larissa menarik kursi salah satu kursi di meja makan dan mengangkat Azka duduk ke atas kursi tersebut.

'Kreek!" Suara pintu yang dibuka Darish.

Darish menghampiri Larissa dan Azka di meja makan. "Hmm ... Larissa," panggil Darish gugup.

BERSAMBUNG🍁

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 26: Belum dimaafkan

    Keesokan paginya, Larissa yang baru saja selesai membersihkan diri, ia langsung keluar dari kamar mandi menuju meja rias. Raut wajahnya terlihat senang. Ia duduk di atas kursi sambil menatap wajahnya di cermin."Akhirnya, ia mengaku Ya Allah. Aku sangat senang suamiku mengatakan cintanya padaku," lirihnya dalam hati sambil menyisir rambut panjangnya itu sambil tersenyum.Di sisi lainnya, Darish yang sudah berangkat ke rumah sakit langsung disibukkan dengan pasien yang mengeluh akan giginya yang sakit. Satu persatu sesuai antrean pasien memasuki ruangan dr.Darish. Sebagai dokter spesialis gigi, Darish memberikan penanganan yang baik untuk pasiennya. Ia sangat profesional dan ramah. Apalagi dr. Darish sangat ahli dalam membujuk anak kecil. Tapi, ada seorang anak laki-laki berusia 10 tahun tidak mau mencabut giginya dengan alasan sakit. Ia memberontak hingga ibunya terjatuh dari kursi."Akh!" keluh wanita itu sudah terduduk di atas lantai karena anaknya mendorongnya. "Eh, ibu," kaget Da

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 25: Pelukan Hangat

    Malam pun tiba. Darish merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil memeluk guling dan mengeluh kesakitan di bagian perutnya. Keringatnya keluar di sekujur wajahnya karena ia tak sanggup menahan kram di perutnya itu. "Sakit perut karena minum teh?" Larissa agak terkejut dengan pengakuan sang mertua, Bu Fatimah, yang mengatakan kalau Darish tidak bisa minum teh.Ia sedang berbicara dengan Bu Fatimah lewat hp. Kata Bu Fatimah, "Darish tidak bisa minum teh karena menderita penyakit lambung yang parah. Saat Darish mencoba berkali-kali minum teh, Darish langsung sakit perut. Sejak SMP, Darish sudah tidak lagi minum teh. Dia memang tidak bisa minum teh. Sama seperti Almarhum Ayahnya.""Oh begitu. Maaf, Umi, Rissa nggak tahu kalau abang Darish nggak bisa minum teh," ucap Larissa merasa bersalah. Larissa melirik ke arah Darish yang menatapnya dari tempat tidur dengan raut wajah agak kesal. Larissa agak ketakutan jika Darish marah. "Baik Umi, Rissa akan memberikan obat untuk abang Darish. Sampai

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 24: Surat Resign

    Larissa dan Darish duduk berdampingan di sofa ruang tamu. Mereka duduk berhadapan dengan Megan dan kak Ratna. Sedangkan Bu Anita dan Pak Hasballah duduk di sofa lainnya berdekatan dengan sofa Larissa dan Darish. Bu Anita juga sudah menyiapkan beberapa teh hangat dan bolu lapis di atas meja. "Ratna, Megan, silahkan diminum tehnya. Nanti dingin," suruh Bu Anita. "Iya, terima kasih, Bu," kata Kak Ratna. Sedangkan Megan hanya tersenyum tipis ke arah Bu Anita.Kak Ratna dan Megan serentak mengambil minuman dan meneguknya seteguk saja. Lalu, menaruhnya kembali di atas meja. Megan bersikap cukup tenang di depan keluarga Larissa. Terutama sekali di depan Darish. Ia terus saja memandang Darish dan tersenyum ke arahnya. Larissa menatap Megan tanpa senyuman. Wajahnya cemberut bagai melihat musuh dan ia sangat tidak menyukainya. Begitu juga dengan Megan. Ia sengaja membuat Larissa kesal dengan tersenyum sinis. *** Ulfa berdiri di depan pagar rumahnya dengan penampilan yang sudah rapi. Ia meng

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 23: Menjahilinya

    Kak Ratna merasa susah hati, jika Megan betul-betul serius akan perasaannya terhadap Darish. Tapi, ia berusaha tenang menanggapi sikap Megan yang sering kali memberontak. Kak Ratna mengambil lima piring dan membawanya ke meja makan.Megan mengikuti kakaknya dari belakang. "Tapi kak, aku mau dia yang jadi suami aku," keluh Megan berharap kakaknya membantunya."Dia suami orang, Megan. Kakak nggak mau kamu menjadi pengganggu rumah tangga orang lain. Apalagi Larissa," ucap Kak Ratna terdengar serius seraya menaruh piring di atas meja. Langkah Megan pun sontak terhenti saat mendengar kakaknya menyebut nama Larissa. "Memangnya kenapa kalau dia? Kenapa Kakak terlihat sangat menyukai wanita itu?" tanya Megan kesal. Kak Ratna menghela napas seraya membalikkan badannya ke arah Megan dan menatapnya tersenyum heran. "Bukan seperti itu. Cuma, orang tuanya itu pemilik rumah sewa ini, mengerti? Kamu mau Kakak diusir? Kakak sangat menyukai lingkungan ini, Megan. Tapi, bukan itu yang menjadi alasan t

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 22: Keras Kepala

    Enggan berbaikan dengan sang suami, Larissa malah semakin cemberut menatap sang suami saat Bu Anita, Bu Fatimah dan Azka datang menjenguknya. Ia mengabaikan Darish dengan memeluk Azka yang duduk di atas ranjangnya. Azka begitu dimanjakan oleh Larissa dan Azka sangat senang. Darish memilih untuk duduk di sofa dan memerhatikan sikap perhatian Larissa pada sang anak. Walaupun ia belum berhasil membujuknya, namun ia bahagia melihat Larissa begitu menyayangi Azka. Ia menghela napas lega. 'Untung ada Azka yang menjadi pelipur lara'Sedangkan, Bu Anita dan Bu Fatimah berdiri dari sisi yang berlawanan dan saling berhadapan. Mereka merasa lega karena Larissa baik-baik saja."Kamu makan mie instan lagi 'kan, 'kan, 'kan?" Bu Anita mencubit lengan Larissa karena geram akan perbuatannya."Aduh, ma! Sakit!" keluh Larissa mengusap-usap lengannya dengan tangan kiri. "Sudah, Nita. Rissa lagi sakit, loh. Kamu mau kesehatannya memburuk lagi? Dia sedang hamil," sahut Bu Fatimah membela menantu kesayang

  • Istri Kedua dr.Darish   Bab 21: Jangan Sentuh Aku

    Darish berlari dengan cepat memasuki Supermarket, saat ia melihat seorang pria mendekati Larissa di meja. Ia mendorong pintu dengan tenaga keras dan berdiri menatap pria itu dengan tatapan tajam. "Hei, dia istri saya!" teriak Darish. Sontak pria tersebut terkejut dan menoleh ke arah Darish. "Oh, maaf. Saya hanya ingin memeriksanya. Sepertinya, istri Anda pingsan," kata pria yang bertugas sebagai pekerja Supermarket tersebut. "Pingsan?" Darish sangat khawatir dan berjalan mendekati Larissa. "Rissa? Rissa?" panggil Darish beberapa kali sambil menepuk pundaknya. Tapi, Larissa tidak sadar. "Dari tadi istri Anda kerjaannya hanya makan. Saya khawatir istri Anda pingsan karena menghabiskan semua makanan berlemak ini," lanjut pekerja itu berprasangka seperti itu. Darish memerhatikan sebentar semua bekas plastik di depan Larissa yang sudah habis tanpa sisa. Ia menghela napas cemas dan menatap Larissa yang tak bergerak sedikit pun."Apa istri saya sudah membayar semua makanan ini?" tanya Da

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status