Share

Bertanggung Jawab

Author: Queen Moon
last update Last Updated: 2024-01-15 13:28:15

Dia yang seharusnya memimpin Djaka Group karena dia lebih tua. Tapi ayahnya tidak berguna karena tidak memiliki suara di dewan direksi dan hanya tahu berfoya-foya hingga kepemimpinan perusahaan utama jatuh di tangan Baskara setelah orang tuanya meninggal kecelakaan.

“Kenapa datang ke kantorku?” Gading bertanya sambil tersenyum menahan rasa kesal di hatinya.

Baskara berdeham dan memasukkan tangannya di saku berpura-pura acuh tak acuh. “Aku datang untuk melihat kinerjamu.”

Baskara tidak bisa mengatakan bahwa dia datang karena mendengar Dhara dipanggil oleh Gading dan rumor yang beredar di antara para karyawan.

“Apa kinerjaku jelek?” Gading menggertak gigi.

Baskara duduk di sofa yang disediakan di ruang kantor Gading. Gading menyusul dan duduk di sofa lain.

“Hotel Alam Garden nggak mengalami peningkatan pesat sejak setelah tiga tahun kamu mengambil ahli. Bahkan cenderung menurun dibandingkan tahun-tahun sebelum kamu mengambil ahli. Jika kamu nggak mengelola dengan baik, Hotel Alam Garden akan merosot dan disaingin hotel-hotel lain.”

Gading tertawa kaku dan mengibaskan tangannya. “Lagi pula ini hotel kecil dan tidak sebanding dengan yang di Jakarta. Mana mungkin bisa berkembang. Aku masih kesal dewan direksi itu mengirimku untuk mengurus hotel kecil dan nggak berkembang ini,” ujar Gading.

Dia benci tinggal jauh dari Jakarta dan harus mengurus hotel kecil ini. Jika Baskara bukan CEO Djaka Group, dia ingin melempar stik golf ini ke kepalanya.

Beraninya bajingan itu sombong di depannya dan mengkritik!

“Karena itu aku akan melimpahkan Hotel Alam Garden pada seseorang  yang lebih kompeten,” balas Baskara.

Mata Gading menyipit. “Kamu berkata seolah-olah aku nggak kompeten. Kamu ingin menggantikan aku dengan orang lain?”

“Benar.”

“Baskara, kamu sungguh meremehkan aku ya? Setelah menjadi CEO Djaka Group kamu sudah terang-terangan eremehkan aku? Apa kamu pikir Djaka Group milikmu sendiri?” Gading memelototinya. Tangannya mengepal.

Baskara tersenyum tipis. “Aku nggak meremehkan kamu. Kamu bilang hotel ini kecil dan kamu nggak bisa mengembangkannya. Jadi aku menyarankan untuk diserahkan pada orang lain dan kamu bisa beristirahat dari pekerjaanmu.”

Gading mendengus kesal. “Jangan main-main. Aku nggak mau meninggalkan jabatanku kecuali aku kembali ke Jakarta dan menjadi salah satu direktur Djaka Group.”

Baskara menghela napas dan berdiri. “Maaf ini sudah jadi keputusan Dewan Direksi. Kamu harus meninggalkan jabatanmu di Hotel JAlam Gardendan beristirahat. Keputusannya akan tiba minggu depan. Kamu sebaiknya bersiap.”

Baskara berhenti sejenak lalu berkata. “Kamu sebaiknya bersihkan rumor sedang menyebar di hotel agar nggak merusak nama baikmu dan menjaga kinerja karyawa agar nggak turun karena gosip.”

Setelah mengatakan itu Baskara berbalik pergi.

“Omong-omong Baskara ....” kata Gading menghentikan langkah kaki Baskara.

“Apa kamu beristirahat dengan nyaman tadi malam?” Gading menatap punggung  Baskaratajam dan menyeringai.

Baskara berbalik dan tersenyum tipis. “Ya, aku beristirahat dengan baik. Kenapa?”

“Tidak, hanya saja, kamu nggak ada di kamarmu, di kamar 1990.”

Gading sangat kecewa rencananya gagal semalam mengirim seorang pelacur dengan penyakit AIDS pada Baskara karena pria itu tidak ada di kamarnya.

“Soal itu aku ada pertemuan dengan teman-temanku dan meninggalkan hotel,” kata Baskara datar.

“Oh begitu. Kamu harus telepon istrimu . Semalam dia meneleponku bertanya tentang kamukarena dia nggak bisa hubungi kamu.”

Baskara mengangguk dan berbalik pergi. Wajah Baskara langsung berubah dingin dan sorot matanya menjadi tajam.

Jadi benar Gading yang meracuni minumannya semalam.

Baskara mendengus dingin masuk ke lift dan turun ke lantai satu. Dia membuka ponselnya dan melihat ada sejumlah panggilan tak terjawab dari istrinya, Veera.

Lift berhenti di lantai 5 dan pintu lift terbuka. Namun tidak ada yang masuk.

Baskara mendongak memandang ke depan. Raut wajah berubah melihat Dhara mematung di depan lift. Dia sudah mengganti seragam karyawan hotel dengan pakaian biasa.

Baskara berdeham dan menyimpan ponselnya. Dia menahan pintu lift yang hendak tertutup.

“Kenapa nggak masuk?”

Dhara juga tersadar dari keterkejutannya. “Nggak usah Pak. Bapak aja yang duluan. Saya akan naik lift berikutnya,” balas Dhara sopan dan acuh tak acuh.

“Lift ini kosong dan luas. Masuklah.”

“Saya akan naik lift berikutnya aja, Pak.”

“Masuklah, aku nggak menggigit.”

Dhara diam-diam menatapnya sambil menggertakkan gigi. Dia tidak lupa perlakuan pria itu di kamar hotel.

“Saya takut sama Bapak.”

“Kenapa? Aku bukan monster.”

Dhara tersenyum. “Bapak lupa bapak sudah melecehkan saya semalam. Saya masih takut sama Bapak.”

Baskara berkedip dan menatap ke sekitar. Untung hanya ada mereka berdua di sekitar situ.

“Masuklah,” perintahnya.

Dhara menggeleng dan berbalik hendak pergi.

Baskara tiba-tiba mendekat dan meraih lengan Dhara sebelum menariknya masuk ke dalam lift.

Dhara menjerit dan meronta.

“Shuttt tenanglah.” Baskara mendekap tubuh mungilnya dan menutup mulut gadis itu.

Dhara justru menjerit semakin keras dan menggigit telapak tangan Baskara.

Baskara meringis dan mendorong gadis itu ke sudut lift. Dia menekan tombol tutup di lift dan membekap mulut Dhara.

“Diamlah Dhara!” desisnya menatap gadis itu tajam.

Dhara berhenti berteriak mendengar pria itu menyebutkan namanya dengan akrab. Dia menatap Baskara dengan mata memerah dan berhenti berteriak.

“Bapak terlalu dekat, tolong menjauh dari saya,” ujarnya mendorong dada Baskara.

Baskara menjauh sedikit dan berdeham. “Aku minta maaf atas sikapmu semalam. Semalam aku mabuk dan berperilaku kurang ajar. Aku akan bertanggung jawab, berapa uang kamu inginkan.”

Dhara menatapnya sambil menggertakkan gigi. “Bapak pikir semua bisa dibeli uang? Apa aku terlihat perempuan murahan yang menginginkan uang?”

Baskara tanpa ekspresi. “Lalu apa yang kamu mau? Kamu ingin aku nikahi kamu? Maaf, aku sudah menikah.”

Dhara tahu itu, tapi mendengar dari pria itu secara langsung sangat menyakitkan.

Dia mengedipkan matanya berusaha agar air matanya tidak mengalir. “Aku nggak butuh apa-apa dari Bapak. Bapak nggak usah khawatir. Lagian nggak terjadi apa-apa semalam. Kita nggak pernah tidur bersama.”

Mata Baskara berkedip mendengar ucapannya. “Kamu … kamu nggak ingat?”

“Ingat apa?”

Baskara terdiam sesaat.

“Lupakan. Aku akan tetap harus bertanggung jawab. Apa kamu ingin pekerjaan lain atau mengalami kesulitan? Aku akan berusaha membantu.”

Dhara menatap Baskara. “Aku cuma mau Bapak nggak muncul di depan saya. Hanya itu saja.”

Setelah pria itu menghancurkan hatinya, Dhara mati-matian belajar dan bekerja seperti orang gila selama empat tahun agar bisa melupakannya.

Baskara tidak tahu betapa hancur dan gilanya dia setelah diputuskan begitu saja demi menikah dengan wanita lain. Tapi dia muncul di depannya dan merendahkannya seperti semalam.

Baskara menatapnya muram dan mendengus. Dia meraih tangan Dhara, “Mari kita ke rumah sakit.”

“Buat apa Bapak membawa saya ke rumah sakit?”

“Ada yang harus aku periksa padamu,” balas Baskara menatap tubuh Dhara.

Dhara menutup dadanya dan melotot melihat mata Baskara tertuju pada tubuhnya.

“Apa yang harus diperiksa pada saya? Nggak ada yang perlu diperiksa. Bapak orang aneh!” Setelah mengatakan itu, Dhara tidak ingin berlama-lama berduaan dengan Baskara. Jika tidak, tangan gatalnya untuk menampar pria itu.

Begitu lift sampai di lantai satu, Dhara berlari pergi.

Baskara memandang punggungnya dan mendesah muram.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kedua yang Dirahasiakan   Diseret Pergi

    Dhara memandang barang-barang yang sudah dikemas. Setelah pertemuannya dengan Baskara tadi malam, dia jadi ragu-ragu harus pergi atau tidak. Baskara bersedia melepaskannya dan tidak mengambil anaknya serta mendukung finansialnya sampai anak mereka lahir.Jika Dhara pergi begitu saja tanpa memberitahu Baskara, dia pasti marah dan berubah pikiran mengambil anaknya.Tapi jika Dhara tetap di Jakarta, dia akan menghadapi kecemburuan Veera serta ancamannya. Hidupnya tidak akan tenang.“Apa aku bicara saja dulu dengan Baskara biar dia tahu aku pergi dari Jakarta?” “Dhara! Cepat keluar kamu anak nggak tau untung!”Saat Dhara sedang berpikir dia dikagetkan dengan suara pintu yang digedor-gedor. Dia menegang mendengar suara Mayang, mama tirinya di luar pintu.Kenapa Mayang ada di sini? pikirnya bingung.Setelah Joni memblokir nomornya dan memutuskan hubungan mereka, Dhara juga memblokir semua nomor keluarganya.“Dhara! Keluar sekarang!”Selain Mayang, Joni ikut-ikutan memanggilnya dan memukul-

  • Istri Kedua yang Dirahasiakan   Dukungan Finansial

    “Kamu ngapain sih.” Wajah Dhara memerah dan buru-buru mendorong dada Baskara. Dia tidak terbiasa dipeluk oleh pria selama ini. Tapi sejak bertemu dengan Baskara sudah beberapa kali pria itu berbuat intim padanya.Jantung Dhara berdegup kencang. Dia takut Baskara akan merasakan detak jantung yang berdebar.“Baskara lepasin, nanti ada yang liat ....” Dhara mendorong cemas karena Baskara tidak melepaskan pelukannya.Baskara mengeratkan pelukannya enggan melepaskan Dhara. Tubuh Dhara sangat mungil dan lembut di pelukannya.“Baskara ....”“Hanya sebentar saja,” bisik Baskara menyandarkan kepalanya di pundak Dhara.Dhara mengepalkan tangannya dan menyerah membiarkan Baskara memeluknya. Dia merasa geli di lehernya karena napas pria itu. Tubuh Baskara keras dan berbau maskulin yang menyegarkan. “Dhara ....” Baskara menarik napas dalam-dalam berbicara di pundak Dhara tanpa melepaskan pelukannya.“Aku akan menuruti keinginanmu. Kamu nggak perlu menikah denganku jika kamu nggak mau. Aku hanya

  • Istri Kedua yang Dirahasiakan   Jatuh di Pelukan

    Dia bahagia memikirkan kemungkinan itu. Gading ingin balas dendam pada Baskara yang selalu meremehkan dan merendahkannya. Dia puas balas dendam dengan berselingkuh dengan istri Baskara, dan jika Veera mengandung anaknya ... Baskara pasti merasa sangat terhina jika mengetahui kebenaran itu. Gading bahagia membayangkan hal itu.Veera mendengus jijik tapi pura-pura mengeluh dengan manja. “Aku juga mau itu, tapi kamu terlalu sering bermain-main dengan wanita dan para PSK. Bagaimana jika salah dari mereka menularkan penyakit padamu? Aku juga kena dong.” “ Jika aku sampai kena penyakit manular, Baskara bakal curiga dan menyelidiki hubungan kita. Semua rencanakan kita selama ini akan hancur. Kamu dan aku nggak akan dapat apa-apa dari Djaka Group.”Gading juga gagal membuatnya hamil. Veera juga takut Gading memiliki penyakit kelamin karena terlalu sering bermain-main dengan wanita.“Apa maksudmu aku mengidap penyakit begitu?!” Gading marah mendengar kata-kata Veera.“Kamu sudah sering berm

  • Istri Kedua yang Dirahasiakan   Apa yang terjadi di Masa Lalu

    “Bukan itu maksud aku Gading. Teman-temanku mulai curiga kita ada hubungan karena Lina pernah melihat kita bersama. Aku nggak mau kita sampe ketahuan lagi,” Veera mencoba bersabar meladeni Gading.Dia muak dan jengkel pada Gading. Gading dulu adalah pacarnya sebelum menikah dengan Baskara. Veera bahkan berselingkuh dengannya bukan karena Gading lebih tampan dari Baskara. Tapi karena Gading memegang kelemahan Veera yang membuat hubungannya dengan Baskara bakal terancam.Gading semakin keterlaluan menuntutnya untuk memenuhi semua keinginannya dan mengancam Veera membeberkan hubungan mereka.Veera sangat ingin menyingkirkan Gading agar dia tidak terus mengganggunya. Membunuhnya lebih baik. Dengan begitu kebenaran di ‘masa lalu’ terkubur dan Veera akan terus hidup sebagai istri Baskara.Memikirkan Dhara sedang mengandung anak dari suaminya membuat amarah Veera mendidih. Setelah menyingkirkan Gading, dia juga akan menyingkir cewek murahan itu! Tidak ada yang boleh menganggangu hubungannya

  • Istri Kedua yang Dirahasiakan   Dasar Orang-Orang kaya

    Sudut bibir Veera melengkung dengan ekspresi mencibir melihat ekspresi tenang Dhara. “Sudah berapa lama kamu hamil? Bagaimana kamu bisa dekat dengan suami aku?” Veera langsung menanyainya tanpa basa-basi. “Kami nggak dekat tapi suamimu yang mengambil kesempatan saat aku nggak sadar hingga aku hamil,” balas Dhara tenang. Veera tertawa dingin. “Maksudmu suamiku memperkosamu saat kamu nggak sadar? Kamu pikir Baskara orang macam apa? Bercermin dong! Wajahmu itu udah murahan banget, kamu jelas-jelas dekatin suami aku karena dia kaya dan membiusnya agar kamu bisa tidur dengannya kan? Orang macam kamu tuh banyak di sekitar. Murahan dan menjijikkan!” desisnya. Untungnya kafe itu cukup sepi dan mereka berada di lantai dua yang dikhususkan untuk VIP hingga tidak ada mendengar percakapan mereka. “Pada kenyataannya seperti itu. Kenapa nggak tanya sendiri ke suamimu,” balas Dhara datar, tidak mau bertengkar dengan Veera. Veera menggertak gigi. Dia tidak berani menanyakan hal itu pada Baskara

  • Istri Kedua yang Dirahasiakan   Hampir di Tabrak

    Baskara dibuat terdiam melihat tatapan Dhara padanya seolah dia adalah pelaku pelecehan seksual. Dia batuh kecil dan berdeham.“Dhara, jangan membuatku habis kesabaran. Aku hanya ingin anakku dilahirkan dengan sehat dan selamat. Kamu nggak bisa menggugurkan kandungan di negara ini secara ilegal. Dan kamu juga nggak mau kan anak kita dilahirkan tanpa status? Jika begitu berat bagimu menjadi istri kedua, kamu bisa meminta cerai setelah melahirkan anak itu dan anak kita pun tetap mendapat status. Pikirkan tawaran aku baik-baik,” ujar Baskara dan menyerahkan kembali surat pengunduran Dhara ke wanita itu.Wajah Dhara cemberut sedih. Dia menghentak kaki kesal. “Kamu nggak bisa memaksaku menuruti semua yang kamu mau. Selama kamu menceraikan istrimu, aku akan melahirkan anak ini. Jika tidak, aku akan menggugurkan anak ini!” ancam Dhara berani.Salah Baskara karena mencampakkannya demi Veera dan tidak percaya bahwa istrinya berselingkuh. Salah Baskara juga karena membuatnya hamil dan mengambil

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status