Dua bulan telah berlalu, Merry sudah dinyatakan sembuh dari penyakitnya. Merry sangat senang mendengar penuturan dari Dokter Elias, setidaknya dia terbebas dari penyakitnya. Merry bahkan tanpa ragu bertanya soal kegiatan ranjang, karena dia sudah tidak sabar ingin segera menunaikan kewajibannya sebagai seorang istri. Sudah cukup untuknya menjadi seorang istri yang tidak berguna, sudah cukup untuknya menjadi seorang istri yang tidak pernah bisa melayani suaminya di atas tempat tidur. Dokter Elias bahkan sampai tertawa mendengar pertanyaan Merry. "Jadi... bagaimana, Dok? Apakah aku sudah boleh berhubungan intim dengan suamiku?" tanya Merry dengan sopan. Dia sudah tidak sabar untuk memberikan kepuasan pada suaminya, dia sudah tidak sabar bermain di atas ranjang dengan lelaki yang sangat dia puja. "Tentu saja, Nyonya Law. Keadaan anda sudah sangat sehat, anda bisa melakukan hubungan intim bersama dengan suami anda. Kalau misalkan ada keluhan, anda bisa langsung berkonsultasi dengan sa
Setelah Edbert dan Indira pergi bekerja,Merry segera bersiap untuk pergi ke Rumah Sakit. Dia sudah tidak sabar untuk segera bertemu dengan dokter Elias, dia bahkan bersiap dengan begitu cepat. Dia ingin segera menanyakan kepada dokter Elias tentang kondisi kesehatannya. Dia ingin bertanya kepada dokter pribadinya tentang masalah ranjang.Dia masih penasaran, kenapa area intinya begitu sakit saat melakukannya lagi bersama dengan suaminya? Bahkan sampai saat ini, area intinya masih sangat terasa sangat sakit. Tentunya hal itu bisa terjadi karena Edbert melakukannya sampai 2 kali. Merry sebenarnya ingin sekali menghentikan kegiatan suaminya malam tadi. Akan tetapi, dia merasa tidak tega. Apa lagi saat Edbert berkata sangat rindu dengan kegiatan panas yang biasa mereka lalui. Pada akhirnya, selama mereka melakukan itu. Merry harus menahan rasa sakit yang luar biasa di area intinya. Merry harus rela area intinya terasa dikoyak dan dihujam tanpa henti. Bahkan, sampai pagi ini pun area in
Merry mengerjapkan matanya. Rasanya dia sudah terlalu lama tidur. Setelah matanya terbuka dengan sempurna, Merry pun mengedarkan pandangannya.Matanya langsung menyipit saat dia sadar kalau dia sekarang tengah tertidur di kamar utama.Bahkan, saat melihat ke arah luar. Langit sudah berubah gelap, berganti dengan cahaya bulan yang temaram. Aneh sekali pikirnya, kenapa bisa demikian.Seingatnya, siang tadi dia sedang menenangkan diri di pantai. Duduk sambil menangis, mencurahkan semua isi hatinya. Mengeluarkan semua kegelisahannya.Lalu, kenapa dia bisa berada di dalam kamar? Siapa yang sudah membawanya ke dalam kamar? Kenapa Merry tidak ingat sama sekali?Merry melirik jam yang bertengger cantik di dinding, matanya membulat saat melihat waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. "Ya Tuhan! Sudah berapa lama aku tidur? Aku ini sebenarnya tidur atau pingsan?" tanya Merry bermonolog. Perlahan-lahan Merry menggerakkan tubuhnya, lalu Merry pun turun dari tempat tidurnya. Kemudian, Merry
Merry mulai membuka matanya. Dia ingin segera bangun dan membersihkan tubuhnya, tetapi saat dia akan bangun tubuhnya seakan sulit untuk bergerak. Saat itu barulah Merry tersadar, jika Edbert sedang memeluknya dengan sangat erat. Seingatnya tadi malam Edbert terdengar begitu intim dengan Indira. Merry bahkan sempat menduga jika Edbert akan tidur bersama madunya itu.Wanita cantik yang dia bawa ke dalam rumah tangganya, wanita muda yang dengan mudahnya bisa dengan cepat mengambil hati Edbert, suaminya.Ya! Dia akui jika Indira memang masih muda, cantik, masih polos dan tentunya mampu membuat Edbert merasa begitu membutuhkan dirinya.Walaupun Merry merasakan sakit yang luar biasa, Merry tidak dapat berkata apa pun. Karena apa pun yang terjadi terhadap Edbert dan Indira adalah murni karena keinginannya."Ternyata kamu tidur di sini, Honey. Kapan kamu masuk?" tanya Merry lirih.Merry menatap wajah suaminya, dia terlihat sangat kelelahan. Bahkan, dari bibirnya masih terdengar dengkuran halu
Setelah menyelesaikan tugasnya Edbert hanya diam terpaku sambil memikirkan tingkah dari Indira yang menurutnya terasa sangat aneh, istri keduanya bertingkah tidak seperti biasanya. Dia tidak pernah melihat Indira yang bersikap sangat manja, biasanya Indira terkesan sangat mandiri dan tidak membutuhkan bantuan orang lain. Dia terlihat sangat cekatan dalam mengerjakan semua pekerjaan, apa lagi masalah pekerjaan kantor. Akan tetapi, Edbert juga tidak memungkiri jika dia sangat menyukai Indira yang sekarang. Indira terlihat manja dan agresif, apalagi saat pertempuran mereka tadi malam. Edbert bisa merasakan jika Indira begitu menguasai permainan. Bahkan, dia tidak seperti biasanya, Indira terlihat sangat liar dan menggoda. Edbert bahkan sampai kewalahan dalam menyeimbangi permainan yang disuguhkan oleh istrinya itu. Saat Edbert sibuk dengan lamunannya. Tiba-tiba saja ponselnya berdering. Dengan cepat Edbert mengambil ponsel yang berada di atas mejanya. Senyumnya langsung mengembang,
Dokter Elmira langsung terkekeh mendengar pertanyaan dari Edbert, karena pria itu tidak sabar untuk melihat calon buah hatinya."Sebentar, Tuan," jawab Dokter Elmira seraya menggerakkan alat di atas perut Indira.Edbert terlihat harap-harap cemas ketika dokter Elmira melakukan USG. Begitupun dengan Indira, dia terlihat sangat tegang. Ini adalah hal pertama untuk mereka, antara senang, penasaran dan juga cemas. Mereka begitu menikmati peran mereka sebagai sepasang suami istri yang baru mengetahui tentang kehamilan Indira Apa lagi saat melihat dokter Elmira, sedang menatap layar di mana ada gambar hitam putih yang sama sekali Indira tidak mengerti. Hal itu membuat Edbert dan Indira menjadi penasaran dibuatnya. Setelah beberapa saat menatap layar, senyum di bibir dokter Elmira pun mengembang dengan sangat sempurna. "Wah! Anda beruntung sekali Tuan, Nyonya," ucap Dokter Elmira. Dokter Elmira terlihat begitu antusias saat menatap layar yang tak jauh darinya. Edbert dan Indira pun langs
Edbert benar-benar membuktikan ucapannya, seharian penuh pria itu memeluk Indira dengan penuh kasih sayang. Bahkan, Edbert pun tidak bosan-bosannya menciumi perut Indira. Seakan dia tak mau jauh dari kedua baby-nya dan juga Indira. Terlihat sekali jika Edbert begitu bahagia karena akhirnya dia akan segera menjadi ayah dari dua janin yang berkembang di dalam rahim Indira. Awalnya Edbert memang sangat menginginkan keturunan dari rahimnya Merry, tetapi karena kekurangan dari Merry yang ternyata tidak bisa mengandung Edbert pun pasrah.Tidak apa dia memiliki keturunan dari Indira. Toh, Edbert menyukai Indira. Edbert menyayangi Indira dan Edbert mencintai wanita sederhana yang telah mampu menggetarkan hatinya. "Terima kasih karena sudah memberikan aku kebahagiaan yang luar biasa ini," ucap Edbert haru dan juga bahagia."Sama-sama," ucap Indira dengan perasaan bahagia dan juga sedih.Bahagia karena akhirnya dia bisa mengandung, tetapi dia juga merasa sedih karena setelah melahirkan nanti
Merry mengerjapkan matanya, hari terasa masih gelap. Akan tetapi, entah kenapa telinganya menangkap jika di luar kamarnya terasa sangat ramai sekali. Seingatnya di Villa tidak ada banyak orang, hanya ada Indira, Merry, Edbert dan juga beberapa pelayan yang bertugas di sana. Namun, para pelayan dan penjaga tidak pernah seberisik itu, pikirnya. Mereka selalu melakukan pekerjaannya tanpa suara, mana berani mereka berisik di rumah Edbert Law. "Kenapa berisik sekali?" tanya Merry lirih.Merry melirik jam yang bertengger cantik di dinding, ternyata waktu masih menunjukkan pukul 4 pagi. "Masih pagi, lalu siapa yang datang? Tumben ngga ada yang ngasih tahu dulu," kata Merry lirih. Merry bahkan melihat ke arah Edbert yang terlihat masih terlena dalam buayan mimpinya. Dengkuran halus yang keluar dari bibir Edbert terdengar sangat merdu di telinga Merry. Dia terlihat sangat nyaman, mungkin karena kegiatan panas yang mereka lakukan sebelum tidur, pikir Merry. Edbert bahkan sampai mengulang