Kediaman keluarga Verlice berada di kawasan perumahan elite kelas satu itu yang terletak di pinggiran kota. Areanya sangat luas. Jarak dari gerbang ke bangunan utama saja lebih dari seratus meter. "Mama, selamat pagi!" Sienna menyapa Helen dengan hangat saat melihat ibu mertuanya itu di ruang makan. "Oh, Sienna di sini. Apa kau sudah sarapan?" Helen juga menyambut Sienna dengan antusias. "Belum," jujur Sienna. Helen tersenyum lembut. "Kalau begitu cepat duduk, sudah lama kita tidak makan bersama." "Ya." Sienna mengangguk dan duduk di kursi samping Helen. "Selamat pagi, Nyonya Muda. Tolong tunggu sebentar, saya akan mengambil peralatan makan untuk Anda." Carla—pengurus rumah tangga yang sudah bekerja bersama Helen selama dua puluh tahun—juga menyapa Sienna dengan hormat. Dia lalu bergegas ke dapur, mengambilkan Sienna piring dan teman-temannya. "Terima kasih, Carla," ucap Sienna dengan senyum manis. Dia merasa sangat mudah akrab dengan orang-orang di rumah ini. "Sama-sama," ja
"Aku tidak melihat dengan hati-hati kemarin, ternyata aku sangat cantik!" Sienna dengan serius memandangi pantulan rupa barunya di cermin. Faktanya, wajah itu hampir 70% sama dengan wajah Sienna sebelumnya. Namun, jauh lebih cantik. Bisa dikatakan itu adalah versi wajah Sienna yang disempurnakan. Melalui sentuhan, Sienna dapat merasakan bahwa kulitnya saat ini jauh lebih halus dan terawat. Juga tidak ada kantung mata hitam yang mengganggu, bibirnya lembut dan berwarna merah muda alami, bulu matanya tebal dan lentik, sepasang alis kecokelatan bahkan lebih indah. Selain itu, ada tambahan tahi lalat merah di bawah mata kanan—yang terlihat sangat memesona. "Apa Luke buta? Punya istri secantik ini, tapi bersikeras ingin bercerai," keluh Sienna. Perempuan itu terus mengagumi kecantikannya sendiri selama beberapa menit sebelum mengingat kembali tujuannya datang ke ruang ganti. "Oh, aku harus berkemas!" Ruang gantinya sangat luas. Sienna mengambil koper putih ukuran sedang yang tidak
"Apa maksudmu?" Sienna menatap kosong pada pria muda di depannya. "Maaf, Nyonya. Karena kedatangan Anda di luar rencana, kamar di lantai lain sudah penuh," jawab Adrian dengan suara pelan. "Lalu di mana aku harus tidur?" Sienna hampir berteriak. Setelah menempuh 2 jam penerbangan dan menunggu di bandara selama hampir 1 jam, Sienna sudah sangat lelah. Namun, setelah sampai di hotel dia justru diberi tahu bahwa tidak ada kamar tersisa! "Saya dapat mencarikan Anda hotel lain di dekat sini, atau Anda bisa tinggal di kamar president suite milik Tuan Luke." Adrian menjelaskan. Sienna meliriknya curiga. 'Pasti ada konspirasi. Aku tidak percaya hotel sebesar ini tidak memiliki kamar kosong satu pun!' batin Sienna. Pergi ke hotel lain tidak mungkin. Sienna perlu mencari tahu tentang penyusup itu, jadi dia harus tinggal di hotel ini. 'Tapi aku juga tidak ingin sekamar dengan Luke!' Sienna menatap Adrian menyelidik. "Apa bosmu setuju aku tinggal di kamar yang sama dengannya?" "Ya, ini
"Hattchiii ...." Sienna kembali bersin untuk yang ke sekian kali sejak dia bangun pagi ini. Hidungnya sudah merah seperti tomat. "Ehem!" Luke yang baru saja keluar dari kamar mengepalkan tangan dan berpura-pura batuk—menutupi senyum kemenangannya. Tentu saja gerakan itu tidak lepas dari pandangan Sienna. Dia menggertakkan gigi dan bergumam marah, "Aku pasti akan menyiksanya lebih parah di masa depan." Luke berhenti di depan Sienna. "Apa yang kau katakan?" "Ada apa? Aku tidak mengatakah apa-apa. Kau pasti salah dengar." Sienna berpura-pura polos. Dia tersenyum manis pada Luke. Luke menaikkan alisnya. "Oh, tapi aku sepertinya mendengarmu mengatakan sesuatu yang buruk tentangku." "Bagaimana mungkin!" sangkal Sienna cepat. Dia menunjukkan ekspresi serius dan melanjutkan, "Aku hanya memiliki hal-hal baik tentangmu dalam hatiku." "Huh! Siapa yang percaya omong kosongmu!" Luke mendengus dan berbalik pergi. Sienna buru-buru bangun dari sofa. Lalu berlari kecil untuk mengikuti langka
"Sayang, kau di sini!" Sienna berseru senang begitu melihat Luke.Dia langsung terbang ke sisi pria itu dan memeluk lengannya dengan terampil.Ekspresi berwibawa Luke hampir runtuh oleh "sambutan mesra" Sienna."Jangan membuat masalah!" bisiknya memperingatkan."Oh, baiklah." Sienna cukup puas setelah mengambil kesempatan dalam kesempitan, jadi dia mendengarkan Luke dengan patuh.Luke menarik napas dalam, menahan keinginan untuk melempar wanita yang menempel di sampingnya."Apa yang terjadi?""Mereka bergosip di jam kerja. Menggosipkan kita!" Sienna menjawab dengan penuh semangat, seperti anak kecil yang mengadu pada orang dewasa.Ekspresi Luke langsung menjadi dingin. Dia menatap tajam pada dua perempuan yang berdiri gemetar sejak kemunculannya."Ulangi apa yang kalian bicarakan!"Kedua karyawan perempuan itu saling melirik, tetapi tidak ada yang berani membuka mulut.Sienna mencibir. Dia memperbaiki posturnya dan berdiri di samping Luke dengan anggun."Aku bisa mengulanginya untuk k
"Bagaimana? Apa kau menemukannya?" Sienna bertanya dengan penuh antisipasi.Namun, harapan di mata indah perempuan itu langsung pupus begitu Manajer personalia menggelengkan kepalanya."Orang yang Anda sebutkan tidak ada dalam daftar kami."Sienna mengerutkan kening. "Apakah kau yakin sudah memeriksanya dengan teliti?""Saya sangat yakin, Nyonya. Tidak ada orang seperti itu dalam data karyawan hotel ini." Manajer personalia menjelaskan dengan serius. Melihat ekspresi tidak senang Sienna, dia juga menawarkan solusi lain, "Jika Nyonya mengizinkan, kami dapat membuat pengumuman tentang kalung Anda yang hilang dan memeriksa para karyawan.""Tidak perlu. Lupakan saja, mungkin memang sudah ditakdirkan untuk hilang."Kehilangan kalung adalah kebohongan yang Sienna buat sebagai alasan untuk mencari Mike, tetapi Sienna tidak bermaksud membuat keributan besar karenanya. Selain akan membuat Luke curiga, musuh mungkin juga akan mengetahui gerakannya.Sienna meninggalkan ruang manajer personalia d
"Astaga … apa yang terjadi?" Sienna bertanya dalam hati sambil memperhatikan tempat tidurnya saat ini yang berukuran king size dengan selimut tebal dan lembut. Tempat tidur Sienna harusnya berukuran single! Panik, diperhatikan sekelilingnya saat ini dan menemukan tempatnya tidur. Sungguh, ruangan ini jauh berbeda dengan kamar apartemennya yang sempit. Tempatnya saat ini begitu luas dengan jendela besar ditutupi tirai merah muda. Mewah, seperti milik orang kaya raya. Hanya saja jelas bukan seleranya. Tunggu, bahkan, dia menggunakan piyama satin merah muda yang bukan miliknya. Kepala Sienna tiba-tiba dipenuhi tanda tanya besar. Dia teringat tadi malam dia masih berada di kamarnya. Saat dia sedang membaca novel dari aplikasi misterius yang tiba-tiba muncul di ponselnya, anehnya kepala Sienna tiba-tiba terasa pusing. Tak hanya itu, dadanya pun sesak. Sienna hanya berpikir dia kelelahan karena bekerja lembur selama setengah bulan ini. Jadi, perempuan itu memutuskan untuk tidur lebi
Sienna mengikuti Danna dengan ekspresi setenang mungkin meski kini jantungnya berdebar tidak beraturan.Tuan Hubner yang Danna sebutkan kemungkinan adalah Jase Hubner, pengacara pribadi Luke. Nama pria itu telah muncul beberapa kali dalam novel, sebagai orang kepercayaan Luke. Hanya saja, Sienna masih tidak dapat menemukan ingatan yang terkait dengan Jase dari tubuh ini. Jadi, dia tidak tahu alasan pengacara Luke ini mencari “Sienna”. Sienna sibuk dengan pikirannya sendiri sepanjang jalan. Saat dia sadar, mereka sudah tiba di lantai pertama. Danna, pelayan yang menemaninya, tampak mengangguk sopan pada Jase Hubner sebelum meninggalkan mereka berdua begitu saja. Sienna pun memperhatikan sosok Jase Hubner yang dalam novel dideskripsikan sebagai pengacara muda dan tampan. Mata hijau, rambut coklat gelap, dan lesung pipi dangkal–semua persis seperti yang dia lihat saat ini! "Selamat sore, Nyonya." Jase langsung menyapa dengan senyum lembut. Harus Sienna akui bahwa penampilan ters