Share

4. Berbagi Takdir

Sienna mengernyit. "Kalau begitu, bisakah aku kembali ke duniaku sendiri?"

"Ya."

"Benarkah?" Mendengar jawaban yang dia harapkan, Sienna segera menjadi bersemangat.

"Tentu! Tapi, kau sudah terkena serangan jantung, dan semua organ vital di tubuhmu tidak berfungsi lagi," jawab pihak lain datar.

Sienna terdiam. Artinya, meskipun dia kembali, dia tetap akan mati.

Bukankah itu berarti dia tidak bisa kembali ke tubuh aslinya?

Menyadari bahwa dia sedang dipermainkan, Sienna berusaha keras menahan diri untuk tidak mengumpat makhluk kecil berbulu itu secara langsung.

Biar bagaimanapun, hanya dia yang mengerti kondisi Sienna.

Sienna menarik napas dalam sebelum tersenyum tidak tulus. "Jadi maksudmu aku harus tetap menjadi istri Luke jika aku ingin terus hidup, begitu?" tanyanya dengan lembut.

"Hm. Kau tidak terlalu bodoh." Mulut kecil makhluk itu menjawab ala kadarnya.

Keempat kakinya bergerak fleksibel mencari posisi yang nyaman untuk berbaring dengan mata yang menyipit malas.

Sienna lalu mengabaikan ejekan terang-terangan dari makhluk itu.

Sienna terus mengingatkan dirinya bahwa dia adalah manusia berakal dan baik hati, jadi dia tidak boleh berdebat dengan makhluk jelek berkapasitas otak kecil di depannya.

"Apa artinya nasibku terhubung dengan nasib Luke?" Fokus pada masalah utama, Sienna kembali bertanya.

Namun, makhluk itu langsung bergulung menjadi bola bulu oranye dan menatap Sienna jijik, seolah menyesal telah memuji Sienna tidak terlalu bodoh tadi.

"Bukankah sudah jelas? Nasib kalian terhubung! Selama dia beruntung, kau juga akan mendapatkan keberuntungan. Begitu pula ketika dia mengalami nasib buruk, kau akan merasakan hal yang sama."

"Jika dia mati, aku juga akan mati?" Sienna mengerutkan kening, mengkhawatirkan kehidupan kecilnya yang malang.

"Tidak pasti."

‘Oh, jawaban ini agak tidak terduga!’ Sienna menjadi tertarik untuk mendengarkan.

Perempuan itu lalu mencondongkan tubuh ke depan, memberi isyarat untuk terus melanjutkan.

"Selama kau berhasil membantunya menghindari musibah yang tertulis dalam novel, semuanya bisa dinegosiasikan."

"Musibah?"

"Ya," jawab Makhluk ajaib itu cepat. Dia tiba-tiba melirik ke arah pintu. Suaranya menjadi sedikit lebih rendah saat berkata, "Waktunya hampir habis, lakukan saja seperti yang kujelaskan! Aku akan menemuimu lagi nanti."

"Tunggu! Aku masih punya satu pertanyaan lagi."

Takut makhluk ajaib itu akan menghilang tanpa aba-aba, Sienna langsung mengutarakan pertanyaannya, "Apa yang terjadi pada jiwa Sienna yang asli?"

"Tidak ada yang asli atau palsu." Makhluk itu terdiam beberapa saat sebelum menegaskan, "kau adalah dia dan dia adalah kau."

Sienna terkejut.

Dia tidak mengharapkan jawaban seperti itu sama sekali.

Namun, belum sempat bertanya, makhluk kecil ajaib itu sudah menghilang!

Sienna berkedip beberapa kali. Dia mencari ke seluruh ruangan dengan matanya, tetapi tidak menemukan jejak apa pun.

Mengingat bahwa makhluk ajaib itu melihat ke arah pintu kamar sebelumnya, Sienna ikut waspada.

Benar saja, saat berikutnya dia mendengar suara ketukan di pintunya.

Sienna tiba-tiba tidak ingin bergerak.

Entah kenapa, dia sangat yakin bahwa orang di balik pintu adalah orang yang paling tidak ingin dia temui saat ini.

"Haruskah aku pura-pura pingsan lagi?"

Tok! Tok! Tok!

Ketukan di pintu kembali terdengar. Kali ini, lebih cepat dan kencang seakan tidak tidak sabar.

"Aku tahu kau sudah bangun." Suara berat seorang pria tiba-tiba terdengar.

Sienna menelan ludah.

Dia tahu pintunya tidak terkunci. Jika dia tidak keluar lagi, pihak lain mungkin akan langsung masuk. Meski enggan, Sienna masih bergerak perlahan untuk turun dari tempat tidur.

Tidak peduli seberapa kecil langkah yang diambil dan seberapa lambat dia berjalan, Sienna masih sampai ke pintu tak sampai 2 menit.

Sienna membuka pintu dengan tangan bergetar. Karena rasa takut, dia tanpa sadar menunduk dan tidak menatap langsung ke depan.

Sienna bahkan menggenggam erat kenop pintu untuk bersandar.

"Keluarlah!"

Suara Luke yang dalam memasuki indra pendengaran Sienna, hingga membuatnya gemetar.

Tidak punya pilihan, Sienna mengangkat pandangan.

Kemudian, dia melihat iris biru abu-abu Luke menatapnya dengan raut gelap–seperti binatang buas yang mengunci mangsanya.

Sienna menahan napas. Tubuhnya terpaku di tempat dan tidak dapat bereaksi untuk sesaat.

"Cepat! Jangan menguji kesabaranku!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status