Pesawat yang mereka tumpangi mendarat di bandara JFK dengan mulus. Mereka berjalan beriringan menuju lobi tempat sopir Nicholas menunggu. Mereka belum berbicara sama sekali sejak percakapan terakhir mereka di pesawat."Aku mau ke apartemenku," kata Rachel saat mereka sudah berada di dalam mobil. Nicholas menoleh padanya, "Lebih mudah jika kau ikut denganku ke penthouse," jawabnya datar. Rachel berdeham, "Jangan khawatir aku tidak akan lari darimu, aku hanya, aku hanya perlu memperbaiki keadaan..." dia tergagap. Nicholas mengangkat bahu, "Oke," jawabnya singkat, dia tidak bisa menahan Rachel karena mereka belum menikah.Mobil bergerak dengan kecepatan sedang menuju apartemen Rachel. Rachel menggigit bibirnya, menatap jendela dengan pandangan kosong. Bagaimana jika dia hamil? Bagaimana dia bisa menjadi orang yang begitu bodoh!"Kau tidak akan hamil, percayalah," kata Nichola seolah bisa membaca pikiran Rachel. Rachel menoleh ke arahnya, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa. Mereka tetap
"Kemana kau pergi?" tanya Lucy saat melihat Rachel keluar dari kamarnya membawa tas tangan. "Um, aku akan menemui seseorang," jawabnya dengan santai."Seseorang?" Lucy mengernyit curiga. Rachel meringis, dia melompat ke atas sofa dan duduk di samping Lucy, "Apakah kau ingat Trey Cole dari Michigan?" dia bertanya.Lucy mengangguk, “Ya, seniormu di perguruan tinggi, kenapa? Kau mau bertemu dengannya?” dia tidak terdengar senang sama sekali. "Ada apa dengan wajah itu?" tanya Rachel, memiringkan kepalanya.Lucy menghela napas, melipat tangannya di depan dada.“Dengar, pernikahanmu hanya tinggal menghitung hari! Kau tidak bisa menemui siapapun pada saat seperti ini! Nicholas sangat terkenal di kalangan warga New York! Orang-orang akan bergosip tentangmu!”Rachel menggigit bibirnya sambil menggaruk bagian belakang lehernya, bingung. “Kami hanya berteman, aku dan Trey Cole! Orang-orang akan mengerti!” katanya, mencoba membuat alasan.“Tidak, mereka tidak akan melihat kalian dengan tatapan s
Sebelum Lucy sempat menjawab, ponsel Rachel tiba-tiba berdering. Panggilan dari Nicholas. Dia mengambil napas dalam-dalam, tidak bisakah dia punya waktu sendiri? Mengapa Nicholas selalu menghantuinya?"Apa?" sapanya singkat."Kau harus ikut denganku, kita harus bertemu dengan wedding organizer yang akan mengurus pernikahan kita," kata Nicholas datar."Untuk apa? Lagipula pendapatku tidak penting? Kau yang mengatur semuanya, aku tidak peduli dekorasi apa yang akan dipasang olehmu," kata Rachel acuh tak acuh."Oke, aku akan memberitahu mereka bahwa kita akan menggunakan tema Disney seperti yang kau mau.""Tunggu! Apa? Tema Disney? Kau, kau tidak sedang bercanda, kan?" Rachel menjadi sangat bersemangat."Katakan kapan aku pernah bercanda? Keluar sekarang, aku di lobi,""Bagaimana kau tahu aku ada di sini?!" Rachel benar-benar terkejut, seingatnya tidak ada yang tahu ia berada disana."Kau lupa siapa aku? Aku Nicholas Anthony!" katanya dengan bangga.Rachel memutar matanya, "Oke, aku akan
Rachel berdeham,"Apa pun yang ada di kepalaku saat itu bukan urusanmu! Aku ingin tahu apa yang benar-benar membuatmu kesal? Apakah karena aku ingin membatalkan perjanjian hubungan seksual yang konyol itu, atau karena aku bilang aku mencintai Trey Cole? Kau tahu? Kau selalu menuduhku memiliki perasaan lain terhadapmu, tetapi apakah kau menyadari bahwa di antara kita kaulah yang selalu terlihat cemburu!" bentaknya, tidak ingin terpojok. Ia harus membalikkan serangan agar Nicholas tidak semena-mena terhadapnya, mengapa seolah-olah semua masalah selalu datang karena salahnya?!Nicholas tampak terkejut melihat ocehan Rachel yang berani, dia segera menegakkan punggungnya seolah-olah dia telah ditampar oleh kata-kata Rachel yang terasa begitu benar."Aku bilang aku tidak menyukai pria itu! Dan kau! Selama kau berada di bawah kontrak pernikahan denganku, kau tidak dapat melakukan apa pun dengan siapa pun! Apakah kau mengerti?! Bukan karena aku menyukaimu atau apa, tapi karena aku Nicholas An
"Apakah kau bercanda? Untuk apa kau ikut dengan kami?" oceh Rachel yang akhirnya membatalkan rencananya untuk pergi makan malam dengan Danny. Nicholas mengangkat bahu, "Aku hanya ingin bergabung, apa salahnya?" katanya ringan. "Haha, kau pikir aku percaya? Kau hanya senang merusak kesenanganku!" Rachel memutar matanya, lalu memalingkan wajahnya ke jendela lagi. Saat itu mereka sedang berada di dalam mobil, baru sajakeluar dari kawasan The Plaza. "Kemana kita akan pergi?" Rachel bertanya dengan acuh tak acuh. "Pulang," kata Nicholas singkat. "Oke, antarkan aku ke apartemenku," kata Rachel dengan tegas. "Tidak, kita akan kembali ke penthouseku," sahut Nicholas sama tegasnya, ia tidak menerima penolakan. "Oh ayolah! Kita belum menikah! Kita tidak harus hidup bersama! Aku ingin kembali ke apartemenku!" Nicholas menepikan mobilnya, "Dengar, aku tidak punya waktu untuk menjemputmu! Pernikahan tinggal beberapa hari lagi! Kau pikir mudah mengatur pernikahan mendadak?!" katanya dengan
"Mom?" suara Rachel begitu serak, tertahan di tenggorokan.Terjadi keheningan panjang di antara mereka."Apakah itu benar? Apakah semua yang mereka bilang itu benar?”Rachel bisa mendengar sedikit kekecewaan dalam suara ibunya, ia tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis. "Tapi aku sudah mendapatkan sertifikat rumah kita di tanganku sekarang Mom, kau tidak perlu khawatir tentang itu, okay?""Bukan itu intinya Rach, kau melakukan semua itu tanpa sepengetahuan kami! Bagaimana kau bisa! Kau menusuk kami dari belakang, apakah itu pantas? " suara Mom bergetar seolah hampir menangis.Rachel tahu seharusnya dia meminta maaf tetapi entah mengapa ia malah merasa sangat marah,"Aku tidak pernah berpikir kau akan mengatakan itu kepadaku Mom,, terutama setelah apa yang dilakukan Nicholas untukmu dan Dad! Aku benar-benar kecewa dengan kalian berdua, aku tidak bisa bicara sekarang, aku harus pergi!" ia bergegas menekan tombol merah dan mengembalikan ponsel Nicholas kepadanya."Bisakah kau ting
Lucy berdeham pelan,"Um, aku mendapat nomor telepon Nicholas dari kantornya, aku mengatakan pada sekretarisnya bahwa ini adalah urusan hidup dan matimu, dan untungnya Nicholas mengangkat teleponku jadi di sinilah aku!" kata Lucy sambil meringis. Rachel hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, sebenarnya dia sedikit curiga tapi dia memilih untuk percaya pada ucapan sahabatnya itu."Jadi, apakah kau akan pergi ke suatu tempat?" tanya Lucy, mengamati Rachel dari ujung kepala sampai ujung kaki."Yeah, kami berencana untuk melakukan fitting gaun pengantin, kau mau ikut dengan kami? Pasti seru!" ujar Rachel dengan senyum lebar di wajahnya."Oh Wow! Kedengarannya sangat menyenangkan! Tapi karena kau sudah baik-baik saja dan ada Nicholas yang akan menjagamu, aku akan pergi saja, ada urusan yang harus kuselesaikan. Ingat Rach, jangan dengarkan apa pun yang orang katakan tentangmu! Hubungi aku jika kau membutuhkan bantuan apapun! Kau tau aku pasti akan membantumu kan?" kicau Lucy dengan sungguh-s
Dari sudut matanya, Rachel dapat melihat mobil yang dikendarai oleh orang yang mengikuti mereka meninggalkan area parkir, setelah memastikan mobil itu menghilang, dia segera melepaskan bibirnya dari Nicholas yang sepertinya mulai terangsang oleh ciumannya."Apakah kau akan meninggalkanku seperti ini?" kata Nicholas sambil menatap sesuatu yang mengeras di antara kedua pahanya. Rachel menarik napas dalam-dalam, "Oh, ayolah, itu hanya akting! Cepat buka mobilnya!" Rachel berkata berusaha menyembunyikan kegugupannya. Dia harus menahan diri, dia tidak akan membiarkan lagi pria mana pun menyentuhnya tanpa cinta!Rachel duduk tegak, memalingkan wajahnya ke jendela, detak jantungnya begitu cepat sehingga memekakkan telinganya. Tadi mereka sudah sangat dekat, Rachel memang tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh Nicholas. Diikuti oleh media hanyalah sebuah alasan karena sebenarnya dialah yang sangat menginginkan 'ciuman' itu terjadi lagi.Ada apa dengan dia? Mengapa ia begitu dungu akhir