Meskipun menolak, Philip tetap menyediakan kursi untuk Nathan. Sedangkan Alicia seolah tidak peduli jika suaminya tidak mendukung permainan catur dirinya melawan Zachary. "Jangan gunakan itu, Bodoh! Bagaimana kau akan menang melawan Kakek jika kau bodoh!" Kalimat hinaan itu berasal dari mulut Nathan yang pedas. Dia tidak sadar bahwa dirinya telah melanggar kesepakatan dengan Alicia. "Apa kau bilang?" tanya Alicia. Dia berdiri tanpa melepaskan tatapan matanya ke arah Nathan. Melihat hal demikian, Zachary dan Philip hanya bisa menatap mereka keheranan. Apakah keduanya tidak akan ikut campur urusan rumah tangga Nathan dan Alicia? "Kau bilang aku bodoh?! Hmm?!" Masih dengan gaya arogannya, Nathan menjawab, "Aku berbicara sesuai dengan data. Dan, di dataku kau termasuk wanita bodoh." Alicia membuka matanya semakin lebar. Dia membalas ucapan Nathan dengan berbisik, "Tidak sadarkah kau kita sedang berada di hadapan Kakek dan Philip?" Nathan segera sadar. Dia diam seribu bahasa. "Oh
Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu ruang tidur menyelamatkan Nathan dari situasi. Sedangkan Alicia mengatupkan mulut rapat-rapat. Nathan menghela napas panjang. 'Syukurlah Bella datang tepat waktu. Aku enggan menjawab pertanyaan Alicia dan aku menghindari adu argumentasi dengannya karena emosi yang meluap,' pikirnya. "Masuk saja, Bella!"Nathan berteriak dari tempatnya. Pintu pun terbuka. Nathan dan Alicia melihat Bella datang bersama satu pelayan wanita yang mendorong sebuah meja segi empat dengan roda pada kakinya. "Selamat malam, Tuan dan Nona Muda," sapa Bella riang. "Saya membawakan makan malam untuk Nona Alicia sesuai dengan permintaan Anda, Tuan Muda.""Ya. Susun dengan rapi di atas meja di sudut sana!" perintah Nathan seraya menunjuk sudut ruang tidur. "Kemudian, temani Istri saya sampai dia selesai memakan semua menu yang kalian bawa! Pastikan tidak ada yang tersisa dan laporkan kepada saya beserta bukti fotonya!"Semua orang terkejut. Kedua mata Alicia hampir saja terlep
"Nath, kau yang benar saja!" Zachary mencoba protes atas sikap Nathan kepadanya. Pria tua itu tersinggung. Sedangkan Philip hanya terdiam memperhatikan sikap Nathan kepada sang tuan besar keluarga Czarford. "Ada apa ini?!" tanya Thomas penasaran. Dia menatap Nathan. "Sebenarnya, apa yang terjadi diantara kau dan Kakek?" Rupanya Thomas bertanya kepada anaknya. Dia menatap Nathan dengan kedua mata birunya yang memerah. "Anda bertanya, ada apa? Dan, apa yang terjadi?!" Aura tegang langsung terasa begitu Nathan mengulangi kalimat tanya sang ayah. "Bukankah sebelumnya sudah saya katakan untuk bertanya kepada Kakek?" Nathan menjawab sambil melirik Zachary yang sedang sibuk memotong steak daging sapi miliknya. Zachary terlihat tidak merasa bersalah. Nathan berdiri. Dia pergi meninggalkan ruang makan masion utama bersama Gavin tanpa mengatakan apapun. Brak! Thomas membanting alat makan. Semua orang terkejut. Namun, tak ada yang berani menegurnya. "Kau lihat dia, Ainsley?! Lih
Para pelayan yang mendengar pertengkaran diantara Ainsley dan Thomas sengaja menulikan pendengaran mereka. Sudah bukan rahasia umum lagi di keluarga Czarford bahwa rumah tangga Ainsley dan Thomas tidaklah harmonis. "Nyonya, apakah Anda ingin melanjutkan makan malam?" Ainsley mendongakkan wajahnya. Dia menatap Emily Bluntーsang pelayan setia. Dia tersenyum hambar. "Kau dengar itu, Emily? Kau dengar semua itu, kan?" Terdengar nada putus asa di setiap kalimat yang terucap dari mulut Ainsley. Emily menunduk sedikit, lalu berbisik, "Nyonya, Anda adalah wanita terhormat. Sebaiknya, tidak membicarakan masalah rumah tangga Anda di depan umum!" Ainsley mengangguk. "Kau benar, Emily," katanya. "Wanita terhormat ini disia-siakan sejak mengandung dan melahirkan bahkan sampai sekarang ... tidak ada cinta di dalam pernikahan kami." Emily tidak berani membalas kalimat Ainsley barusan. Dia berdiri tegak menatap para pelayan yang masih berdiri di tempat mereka. "Kalian semua, pergilah!" Seba
Masih di Birmingham, Inggris, tetapi di tempat berbeda. Alicia masih memejamkan matanya. Dia meraba-raba ranjang kosong di sampingnya dan tidak mendapatkan apapun. "Oh, dia sudah pergi?"Alicia terduduk di atas ranjang. Dia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. "Wangi parfum maskulin Nathan menyerbak memenuhi seisi ruangan. Oh, Nath ... apakah kau harus mengurungku di kamar ini?"Tiba-tiba saja, Alicia terkejut dengan suara ketukan pintu.Tok! Tok! Tok!"Nona Muda, apakah Anda sudah bangun?"Suara Bella terdengar jelas di telinga Alicia. Wanita itu pun menghela napas. "Ya, Bella. Masuklah!"Pintu pun terbuka. Bella berjalan menuju ranjang. Dia tersenyum sumringah ketika Alicia menatapnya. "Selamat pagi, Nona! Bagaimana tidur malam Anda? Apakah Anda memiliki kualitas tidur yang baik?"'Kualitas tidur apa? Seandainya aku bisa jujur, aku sangat risih berada satu ranjang dengan Nathan. Dia ... dia selalu menyentuh bagian-bagian sensitif tubuhku,' keluh Alicia di dalam hatin
"Gudang? Untuk apa Anda membawa saya ke gudang, Nona Bella?"Meskipun Zaline tidak suka dengan sikap Bella, dia tetap mengikuti ke manapun sang kepala pelayan itu melangkah. Mereka pun tiba di depan pintu gudang yang berada di halaman belakang mansion Nathan. "Halo, Nona Bella!"Seorang pelayan wanita keluar dari gudang dan menyapa Bella. Pelayan tersebut pun menundukkan kepala. "Ryuna, tolong berikan Zeline pekerjaan! Mulai sekarang, dia akan menemanimu melakukan pekerjaan di gudang."Perintah Bella barusan, sontak membuat Zeline terkejut. Dia lantas berseru, "Tidak! Saya tidak mau! Sejak 2 tahun terakhir, tugas saya di dapur dan melayani Tuan Muda ketika sedang berada di ruang makan."Zeline menolak dengan keras. Dia memicingkan kedua mata ketika menatap Bella. "Dan ternyata, selain melayani Tuan Muda Nathan, kau pun mencampuri urusan pribadi kedua majikan mu."Kali ini, Bella bersikap lebih berani dari sebelumnya. 'Sebagai kepala pelayan di mansion Tuan Muda Nathan, aku akan ber
Alicia tersenyum ketika Bella menatapnya dengan cemas. Dia menjawab, "Tidak, Bella. Saya baik-baik saja." Setelah itu, Alicia berjalan menuju tangga. Dia tidak lagi menahan air mata yang sejak tadi ingin keluar. "Oke, Cia. Kau bukan lagi seorang anak di bawah umur yang masih memerlukan orang tua sebagai wali. Kau bahkan sudah dewasa dan menikah." Alicia menghentikan langkah di anak tangga ke-4. Dia menghela napas panjang seraya mengusap air mata. "Yes, aku akan datang menghadapi Mom dan Dad Harry. Meskipun aku tidak pernah menyukai Dad Harry karena dia mengambil perusahaan Dad-ku ... namun, aku menghormatinya karena sekarang Beliau adalah Suami Mom." Ada perasaan menyesal juga geram yang dirasakan oleh Alicia. "Aku menyesal karena hingga kini tidak bisa menerima pernikahan Mom dan Dad Harry. Aku juga geram karena dia mengambil perusahaan Dad-ku dan membuatnya hampir bangkrut." Alicia kembali berjalan. Dia tidak tahu jika sepasang mata milik Gavin mengekorinya ke manapun. "B
Lindsay terdiam. Wajahnya merah padam. Entah apa yang sedang dipikirkan olehnya!Lindsay memaksakan diri untuk tetap tersenyum. Dia menatap Alicia. 'Sial! Bisa-bisanya aku lupa makanan favorit anak tidak tahu diri ini!' serunya kesal. "Uhm, jadi, ada apa Mom meminta saya datang ke sini?"Harry melirik Alicia. Dia menghela napas berat. "Katakan to the point, Lindsay!" perintahnya kepada Lindsay."Alicia, begini ... kau tahu bisnis Papamu sedang berada di ujung tanduk, kan?"'Papa? Apakah yang Mom maksud adalah Dad Harry?' tanya Alicia di dalam hatinya. Alicia mengerutkan kening. Lindsay melihatnya. Lindsay tersenyum. "Ya, perusahaan mendiang Papamu, Cia. Perusahaan tersebut sedang berada di ujung tanduk," ujar Lindsay menjelaskan. Lindsay menggeser posisi duduknya lebih mendekati Alicia. Dia tidak berhenti menatap putri kandung satu-satunya hasil pernikahan terdahulu."Kau tahu, Cia? Mom harus mengurus perusahaan mendingan Papamu dengan bantuan Harry. Dan, kami akan membayarkan gaj