Share

Kecurigaan Sofia

Penulis: Zinnia Azalea
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-02 16:24:15

Sofia menatap hamparan sawah yang menguning. Rasanya sangat damai setiap kali ia berkunjung ke desa orang tuanya. Sofia saat ini memilih untuk pergi ke rumah kedua orang tuanya untuk mencari penghiburan dari hatinya yang tengah gundah. Wanita itu berjalan menuju kumpulan para petani yang sedang sibuk di pagi hari ini. Matanya menyipit mencari keberadaan orang tuanya di antara para petani yang sedang membersihkan tanggul. Senyuman merekah dari bibir Sofia tatkala ia menemukan orang tuanya yang sedang bahu membahu membersihkan tanggul dan jerami yang terinfeksi oleh hama.

"Ibu, Bapak?" Seru Sofia sembari berjalan dengan langkah-langkah kecil.

"Sofia?" Seru kedua orang tuanya sembari membetulkan caping atau topi petani yang berbentuk kerucut di kepala mereka.

"Kamu datang sama siapa, Fia?" Tanya ayahnya yang bernama Rahman sembari naik ke atas pematang sawah dengan diikuti oleh istrinya.

"Fia sendirian, Pak," jawab Sofia masih dengan senyuman yang terulas di wajahnya. Kedua orang tuanya tidak boleh tahu jika dirinya sedang ada masalah dengan Eril dan keluarganya.

"Ayo kita ke rumah!" Ajak ibunya yang bernama Sri.

Mereka berjalan beriringan menuju rumah sederhana yang tepat berada tepat di depan sawah. Sesekali tawa mereka terdengar kala sang ayah bernostalgia mengenai masa kecil Sofia.

"Bapak jadi ingat kamu main sepeda terus jatuh ke sawah, Nak," cetus Rahman dengan berbinar. Mengingat hari di mana Sofia masih kecil.

"Iya, waktu itu tangan Sofia keseleo," timpal Sofia dengan senyum tipis.

Kilas balik membawa Sofia pada kenangan indah kala hidup bersama kedua orang tuanya. Walau mereka hidup dalam keterbatasan, tapi Sofia belum pernah merasa tertekan dan menderita seperti saat ini. Selama pernikahan, Sofia lebih banyak menangis dari pada tertawa.

Mata Sri yang berjalan di belakang Sofia terlihat berembun kala melihat baju yang Sofia kenakan. Baju itu adalah gamis saat Sofia masih gadis dulu. Terlihat baju itu sudah usang dan ada bolongan kecil di tengahnya. Sri menatap sedih keadaan putrinya. Matanya kemudian menilik sandal yang Sofia kenakan. Sandal jepit yang sudah usang dan terdapat paku kecil sebagai tanda jika Sofia menyambungkan sandal yang telah putus itu. Mengapa penampilan putrinya selalu terlihat menyedihkan? Padahal Sri tahu pasti jika Eril adalah seorang pegawai kantoran.

"Apa yang kamu alami, Nak?" Batin Sri sedih kala ia juga melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Sofia diabaikan di acara pernikahan Mega. Sri dan Rahman memang datang ke pernikahan Mega demi memenuhi undangan dari Bu Laksmi.

"Fia, Eril engga pernah beliin kamu baju?" Tanya Bu Sri saat mereka kini mendudukan dirinya di teras rumah yang terbuat dari bambu. Rumah Sofia memang masih tradisional

"Se-sering kok, Bu. Sofia engga pake karena udah kekecilan bajunya. Maklum, Sofia naik 10 kilo saat hamil. Kebetulan baju Sofia saat gadis ini masih muat," Sofia berusaha menyembunyikan masalah rumah tangganya.

Memang Eril terlihat tidak peduli terhadap kebutuhan Sofia. Dia hanya akan memberikan jatah uang bulanan yang pas-pasan. Jangankan untuk baju, kadang untuk kehidupan sehari-hari pun Sofia harus utang ke warung. Mengeluh sudah pernah pastinya. Akan tetapi, lagi-lagi Eril memberi tahu jika gajinya dipakai untuk biaya kuliah Mega. Saat Mega berhasil lulus dari program S1 nya, Sofia merasa senang karena penghasilan Eril pasti akan di alokasikan untuk hidup mereka berdua. Tapi kenyataan pahit harus Sofia terima kala Eril tidak pernah memberikan gajinya secara full padanya. Bahkan Sofia tidak tahu pasti berapa jumlah nominal gaji suaminya. Sofia pernah menggeledah tasnya untuk mencari slip gaji Eril, tapi nihil. Secarcik kertas yang dicari Sofia tidak pernah ia temukan.

"Syukurlah, Nak," jawab Bu Sri walau hatinya terasa gamang pada jawaban putri semata wayangnya. Wanita paruh baya itu kemudian masuk ke dalam rumah dan keluar kembali dengan membawa singkong rebus dan tiga gelas teh hangat yang masih mengepul.

Rahman melepas topi capling dan mengibas-ngibaskan pada wajahnya. Matanya menerawang jauh. Entah apa yang dipikirkannya. Sesekali matanya menyorot pada wajah polos Sofia yang tidak pernah memakai make up. Bahkan olesan bedak tidak pernah terlihat di sana.

"Eril engga anterin kamu ke sini?" Tanya Rahman seraya menerima segelas teh dari Bu Sri dan meminumnya dengan pelan.

"Engga, Pak. Mas Eril kerja," Sofia mengambil singkong rebus yang ibunya bawa. Kemudian wanita itu melahapnya dengan senang.

"Kamu engga ada masalah kan sama Eril, Nak?" Rahman memastikan. Ia sangat hapal gelagat putrinya.

"Engga, Pak. Sofia ke sini karena bosan di rumah terus. Pengen ada temen," Sofia tersenyum menyembunyikan duka yang selalu ia telan sendiri.

"Ibu bukan ngelarang kamu ke sini. Tapi kandungan kamu makin besar, Nak. Kalau mau ke sini, minta anterin sama suami mu ya? Atau kamu bisa telfon. Nanti Bapak yang jemput," Bu Sri memegang tangan Sofia yang hangat. Putrinya hanya mengangguk mendengar ucapan Sri.

"Besok kita mau ke ibu kota, Nak. Mau jengukin kakek kamu. Katanya sakit," Sri memberitahu.

"Emang ibu engga apa-apa ke sana? Mereka bakal terima ibu?" Sofia mengernyitkan dahi.

Pasalnya Sofia tahu jika kakek dan neneknya dari pihak Rahman begitu tidak menyukai Sri. Mereka menikah tanpa restu dari orang tua Rahman karena Sri berasal dari keluarga miskin. Keluarga Rahman adalah keluarga konglomerat di kota. Akan tetapi, mereka merahasiakan hal itu dari Sofia. Mereka hanya mengatakan jika orang tua Rahman tidak menyetujui pernikahan Sri dan Rahman karena akibat menikahi Sri, Rahman harus meninggalkan bangku kuliahnya.

*****

"Ini jam berapa, Bu?" Sofia mengucek-ngucek matanya. Rupanya ia ketiduran setelah melaksanakan shalat ashar tadi.

"Jam setengah lima sore, Nak. Kamu mau menginap?" Tawar Pak Rahman.

"Engga. Sofia mau pulang. Mas Eril pasti nyari," kilah Sofia. Padahal ia tidak tahu apakah suaminya akan pulang atau tidak.

Sofia segera merapikan bajunya dan mengambil tas selempang kecil yang ia bawa.

"Sofia pamit ya, Bu, Pak?" Sofia mencium tangan kedua orang tuanya bergantian saat kini dirinya berpamitan di ambang pintu.

"Iya, hati-hati, Nak. Ini ada sedikit uang untuk beli susu hamil, Nak," Bu Sri memberikan beberapa lembar uang pada putri semata wayangnya itu.

"Ibu, Sofia masih ada uang," Sofia menolak dengan cepat.

"Ambil, Nak! Rejeki tidak boleh ditolak. Ibu dan bapak baru saja dapat rejeki. Tolong terima ya, Nak!" Harap Sri sembari memegang tangan Sofia.

"Bu, Pak!" Air mata meleleh di pipi wanita berparas ayu itu. Baru saja dirinya kebingungan mengenai bagaimana caranya dirinya pulang. Pasalnya Sofia tidak memegang uang lagi.

"Tolong jaga kesehatan ya, Nak! Kalau perlu apa-apa hubungi kami!" Rahman menatap Sofia dengan berkaca-kaca.

"Iya, Maaf Sofia merepotkan!' Sofia menangis sesenggukan. Kemudian setelah tangisnya mereda, wanita itu segera pergi karena hari sudah semakin senja.

Sofia berjalan kecil menuju angkot yang sedang mengetem. Saat ia berjalan, Sofia melihat suaminya sedang membonceng seorang wanita yang amat Sofia kenali.

"Mas Eril bonceng Lily?" Sofia membulatkan matanya dengan sempurna saat mengetahui jika sang suami tengah membonceng mantan kekasihnya.

Bahkan Lily terlihat memeluk Eril dengan erat. Dagu wanita itu pun terlihat menempel pada bahu pria yang Sofia cintai. Dadanya terasa sesak. Sejak kapan suaminya kembali dekat dengan Lily? Dan mengapa mereka bisa berboncengan seperti itu?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Lusuhku Ternyata Sang Pewaris   Tingkah Lily

    Lily masuk ke kamarnya dengan wajah yang lelah. Wanita itu kemudian mendudukan dirinya di kursi rias. Lily menatap wajahnya sendiri dari pantulan cermin. Saat ini tubuhnya masih terlihat gemuk karena efek melahirkan. Lily menghembuskan nafasnya kasar. Ia merasa melahirkan telah merusak tubuh rampingnya. Lily bertekad akan menjalani program diet guna mengembalikan tubuhnya yang ideal."Untung saja ASI ku sudah berhenti!" Gumam Lily dengan wajah tak bersahabat. Ia memang mengkonsumsi obat penghenti ASI agar lebih percaya diri. Selain itu, Lily sering kali kesakitan karena ASI itu menumpuk dan tidak dikeluarkan.Pintu kamarnya dibuka dengan kasar. Jamal masuk ke dalam kamar Lily yang kini sudah tinggal bersamanya lagi. Mantan kepala desa itu berkacak pinggang dengan wajahnya yang sudah dipenuhi emosi."Bagus ya kamu, Ly. Kerjaan tiap hari sekarang ketemuan sama laki-laki engga jelas. Engga cukup kamu membunuh karakter dan karier Bapak, Hah?" Jamal berteriak lantang, membuat Lily hanya me

  • Istri Lusuhku Ternyata Sang Pewaris   Mengetahui Jati Diri

    Hubungan Nareswari dan Rizal semakin akrab. Mereka tak segan untuk saling menyapa jika berpapasan di area kos. Rizal juga sering sarapan bersama penghuni kost yang lain, menjadikan hubungan kekeluargaan mereka kian erat. Ada kekaguman yang Nareswari simpan pada dokter gigi itu. Apalagi rupa Rizal yang menawan, membuat wanita yang melihat mudah untuk jatuh hati. Belum lagi sikap Rizal yang dingin dan sedikit misterius membuat Nareswari seolah penasaran dengan pria itu. Pasalnya Rizal tampak menjaga jarak dengan lawan jenis. Entah apa yang salah, tapi Nareswari melihat Rizal seolah menghindari berduaan dengan lawan jenis, kecuali dengan dirinya. Mungkin hanya Nareswari yang bisa berbicara dan mengobrol dengan pria itu. Mungkin Nareswari pernah menjadi pasien dokter gigi itu kala di pulau Jawa hingga membuat Rizal tak sungkan untuk mengobrol."Bentar lagi siap nih!" Ucap Rima yang sedang berjibaku dengan kompor mini yang ada di dalam kamar.Nareswari dan Rima sedang bersiap menikmati s

  • Istri Lusuhku Ternyata Sang Pewaris   Melihat Aurora

    Empat hari Sofia dan Reynard menghabiskan waktunya di Negara Swiss. Kini mereka meneruskan honeymoon mereka ke negara Finlandia. Sofia ingin sekali melihat aurora, pun dengan Reynard yang belum pernah melihat aurora secara langsung. Udara di Levi, Finlandia minus tujuh belas derajat menyambut kedatangan mereka. Tubuh Sofia terasa sangat dingin, namun Sofia tetap senang karena impiannya melihat Aurora di Finlandia segera terwujud. Mereka sampai di lokasi jam delapan malam. Beruntung staff masih ready dan belum pulang, karena biasanya staff di sana akan berjaga sampai jam sembilan malam. Para staff hotel segera menyambut kedatangan Reynard dan Sofia dengan membawa koper-koper mereka dengan kereta salju. Begitu pun Reynard dan Sofia yang menaiki kereta itu karena jarak hotel lumayan jauh dari titik mereka berada. "Sayang, lihat! Bulu mataku membeku!" Seru Reynard, Sofia pun memperhatikan bulu mata suaminya itu. Benar saja, bulu mata Reynard membeku. "Iya, sayang! Lihat bulu mataku jug

  • Istri Lusuhku Ternyata Sang Pewaris   Jalan-jalan Ke Blausee

    Perjalanan bulan madu Sofia dan Reynard di mulai. Setelah hari pertama dan kedua Reynard mengunci Sofia di dalam kamar hotel saja. Pria itu selalu meminta haknya pada sang istri hingga mereka lupa untuk sekedar pergi berjalan-jalan. Mungkin udara yang sangat dingin, menjadi alasan Reynard menahan Sofia di dalam kamar yang bernuansa krem itu. "Sayang, hari ini kita harus jalan-jalan. Aku bosan di kamar terus!" Rengek Sofia bak anak kecil. "Iya, sayang. Ayo kita ke Blausee!" Reynard mengiyakan, spontan wajah Sofia yang ditekuk mendadak riang."Kenapa tidak dari kemarin sih?" Bibir wanita cantik itu mencucu. "Aku hanya sedang mengabulkan keinginan keluarga kita," seloroh Reynard blak-blakan. "Keinginan apa?" Sofia belum ngeuh dengan maksud sang suami. "Keinginan agar kita pulang membawa cucu," "Ish, alasan!" Sofia segera memakai mantel dan syalnya yang sangat hangat.Wanita itu kemudian menunggu sang suami di dekat pintu. Takut-takut jika Reynard akan kembali mengurungnya di kamar

  • Istri Lusuhku Ternyata Sang Pewaris   Saling Sindir

    Lily yang sudah pergi dari kontrakan Eril kini pulang ke rumah kediaman orang tuanya. Walau sempat menolak, tapi nyatanya Tika dan Jamal pun iba melihat kondisi Lily yang sudah tak terurus dan sebatang kara.Terlebih Lily bercerita jika dirinya diusir oleh Eril karena ia tak mau mengurus dan menyusui anak mereka."Lagian kenapa engga kamu bawa anakmu ke sini, Ly?" Tanya Tika, sang ibu."Bu, memangnya kalau si Lily bawa anaknya, ibu mau ngurus tuh bayi?" Tanya Jamal dengan wajah senewen."Ya enggalah, Pak. Ibu kan kerja di desa. Mana bisa ngurus bayi," Tika menjawab dengan gugup."Nah, kenapa ibu sok-sok an suruh si Lily bawa bayinya ke sini?" Tanya Jamal lagi yang tak mengerti dengan jalan pikiran Tika."Ya, kan biar di urus sama ibunya. Lily ada kan di sini dan gak kerja," Tika menatap Lily yang tengah duduk bersandar di atas sofa."Bu, aku engga mau ngurus anak itu. Aku udah ngandung dia selama sembilan bulan. Sekarang giliran bapaknya yang ngurus itu bayi. Aku cape, Bu. Aku lelah. A

  • Istri Lusuhku Ternyata Sang Pewaris   Berbulan Madu

    Sofia dan Reynard kini berada di bandara internasional. Mereka akan berangkat bulan madu ke beberapa negara Eropa. Tentu sofia sangat senang, karena ini adalah pertama kalinya ia pergi ke luar negeri. Semua keluarga Reynard dan Sofia mengantarkan mereka ke bandara. "Pulangnya bawa bayi untuk kakek, Fia!" Goda Hartanto, membuat pipi Sofia bersemu merah. "Ya ampun, Kek! Kami hanya ingin jalan-jalan," Sofia mengerucutkan bibirnya, merajuk pada sang kakek. Sedangkan Reynard, ia hanya tersenyum mendengar perdebatan kecil antara kakek dan cucu itu."Hamil itu bonus, Fia! Ayah sama ibu pun ingin segera menimang cucu," Rahman terkekeh melihat ekspresi sang putri yang malu-malu. 'benar itu," Sri mengamini. "Sudah-sudah, jangan di godain terus! Kasihan pipi mereka. Sudah semerah tomat dari tadi," Dokter Ali menyahut yang diikuti gelak tawa oleh yang lainnya. Akhirnya keluarga Reynard dan Sofia melepas mereka untuk berbulan madu. Mereka berpamitan dan mendoakan pasangan pengantin itu segera

  • Istri Lusuhku Ternyata Sang Pewaris   Pernikahan Angst

    Paula pulang ke kediaman barunya yang kini ia huni bersama Rangga. Mereka memang langsung tinggal di rumah baru pasca menikah agar kedua keluarganya tak melihat kehidupan pernikahan mereka yang dingin dan tak akur. Wanita itu melepas jas putih yang masih menempel pada tubuhnya. Paula amat letih. Bagaimana tidak, hari ini pasien begitu membeludak karena Reynard sudah mengambil cuti. Otomatis pasien Reynard pun memilih untuk berkonsultasi dengannya. Paula memejamkan matanya. Tak menyangka bila kini ia sudah berumah tangga dengan pria yang tak pernah ia bayangkan sama sekali. Terlebih Paula amat tidak menyukai Rangga, pria yang kini sudah resmi menjadi suaminya. Mata Paula memicing saat mendengar suara pintu dibuka. Rupanya sang suami pun sudah pulang ke rumah. Rangga melewati dirinya begitu saja, seolah tak melihat keberadaan dokter cantik itu di sana. Paula juga terlihat tak peduli dengan sikap ketus suaminya. Ia memejamkan matanya lagi, untuk sejenak melepas lelah dan penat. Akan te

  • Istri Lusuhku Ternyata Sang Pewaris   Tempat Tinggal Baru

    Rizal dan Nareswari berada dalam satu bangunan kost yang sama. Kebanyakan yang menghuni kost an itu adalah para perantau dari Jawa. Rizal sendiri belum akrab dengan penghuni kost lain. Akan tetapi berbeda dengan Rizal, Nareswari tampaknya sudah cukup berbaur dengan teman-teman penghuni kost yang lain. Rizal yang memang baru pindah ke kost an itu memang belum mempunyai waktu yang cukup untuk bersosialisasi. Hal itu karena waktunya lebih banyak habis di puskesmas akhir-akhir ini. Pagi ini Rizal keluar dari kamarnya. Ia melirik dapur umum yang digunakan untuk memasak. Memang jika mereka ingin memasak harus bergantian di dapur umum karena kost an per orangnya hanya menyediakan kamar dan kamar mandi saja. "Ramai sekali!" Gumam Rizal saat melihat dapur umum itu tampak penuh dengan orang. Rizal mencium aroma sambel terasi, ikan asin dan tumis kangkung yang mengingatkannya akan rumah. Perut pria itu berbunyi minta untuk di isi. Maklum Rizal memang belum sarapan. Rencananya ia akan membe

  • Istri Lusuhku Ternyata Sang Pewaris   Sikap Temperamental

    Mega menatap jendela di ruang tamu, hatinya begitu gelisah saat sang suami belum juga pulang. Malam telah larut, namun tak menyurutkan Mega untuk menunggu kepulangan Daffa. Mega tersenyum getir saat melihat foto pernikahannya terpajang di tembok ruang tamu. Nyatanya kehidupan rumah tangganya sangat berbeda dengan pose dirinya dan Daffa yang begitu mesra saat di foto itu. Kehidupan Mega seakan tak menemui titik terang, semakin hari ia semakin jauh dari Daffa. Apalagi kini Daffa memilih untuk resign dari maskapai yang telah memperkerjakannya selama lima tahun. Mega melarang keras Daffa untuk resign dari sana. Namun, Daffa tak mendengarkan saran dan penolakan dari istrinya. Pria itu mantap untuk resign dan memasukan lamaran ke maskapai yang lebih terkenal dan menjanjikan. Setelah resign Daffa sering menghabiskan waktunya di luar. Tak ada waktu untuk Mega kini. Pria yang sebentar lagi akan menjadi ayah itu seakan sibuk dengan dunia barunya. Tanpa Mega ketahui, Daffa kini sedang dimabuk

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status