Share

BAB 4 Membuat Tombak

Author: Summer Rain
last update Last Updated: 2023-02-27 08:53:47

"Hmm ... saat terbangun tadi, tiba-tiba aku bisa mengingat beberapa jenis tanaman herbal," jawab Li Mei berbohong. 

Ya. Li Mei jelas sedang berbohong. Kakeknya adalah seorang dokter pengobatan tradisional Tiongkok. Jadi, meskipun dia dulu memilih menjadi seorang pengusaha, tapi dia sangat mengerti tentang tanaman herbal karena sudah berkutat dengan berbagai jenis tanaman herbal semenjak dia kecil.

Setelah menimbang-nimbang beberapa saat, akhirnya Bai Changyi menyetujui permintaan Li Mei.

"Bahan apa yang kita punya untuk makan malam?" tanya Li Mei.

"Ah, itu ...." Bai Changyi terlihat malu ketika mendengar pertanyaan Li Mei. Dia lalu mendesah pelan, "maaf, aku tidak pergi berburu selama beberapa hari, jadi ...."

"Apakah kita memiliki kebun?" tanya Li Mei.

"Ya, kita memiliki sepetak kecil kebun di halaman belakang," jawab Bai Changyi.

"Tapi hanya ada beberapa tanaman kubis dan lobak di sana."

"Apa ada sungai di dekat sini?" tanya Li Mei lagi.

"Ada, tapi cuaca terlalu dingin untuk pergi ke sana," jawab Bai Changyi. 

"Tidak apa-apa, kita pergi sebentar saja," jawab Li Mei. Dia lalu berpikir sebentar, "bisa tolong bawakan aku kayu yang panjang dan pisau?"

"Ya, tunggu sebentar." Meskipun bingung dengan apa yang ingin dilakukan istrinya, Bai Changyi tetap menuruti permintaan istrinya dan pergi ke belakang rumah. 

Tidak lama kemudian, dia sudah kembali dengan kayu yang panjang dan sebilah pisau.

Li Mei menerima kayu dan pisau itu. Ia hendak meruncingkan salah satu ujungnya ketika Bai Changyi tiba-tiba menghentikan gerakannya.

"Biar aku saja," kata Bai Changyi, "hanya meruncingkannya saja bukan?"

"Ya, terima kasih," jawab Li Mei seraya tersenyum tulus.

Melihat senyuman di bibir Li Mei, Bai Changyi langsung bersumpah di dalam hatinya. Dia akan melakukan apa saja demi bisa melihat senyum bahagia Li Mei setiap hari. 

Beberapa saat kemudian, kayu runcing yang diinginkan Li Mei sudah jadi.

"Apa kamu hendak menombak ikan dengan ini?" tebak Bai Changyi.

"Suamiku memang pintar!" puji Li Mei.

Wajah Bai Changyi kembali merona ketika mendengar pujian dari Li Mei. Dia sedikit menunduk untuk menghindari tatapan Li Mei.

"Tunggu sebentar. Aku akan membuat satu lagi untukku," kata Bai Changyi seraya berjalan keluar kamar.

Setelah beberapa saat, Bai Changyi kembali masuk dengan dua buah tombak kayu di tangannya.

"Ayo! Lebih baik kita pergi sekarang. Kalau kita menundanya lagi, aku takut kita akan pulang terlalu malam nanti," kata Bai Changyi.

Mereka berdua berjalan menuju belakang rumah. Dengan melalui halaman belakang rumah mereka, mereka dapat menemukan jalan setapak menuju ke gunung dan juga sungai. Jalan ini bukan jalan utama, jadi jarang ada yang melaluinya, orang-orang di desa mereka lebih suka melalui jalan utama yang lebih besar. Meskipun begitu, mereka juga beberapa kali berpapasan dengan beberapa orang yang berasal dari desa mereka.

Mereka semua terlihat sangat terkejut ketika melihat sosok Li Mei yang berjalan dan mengobrol ringan dengan Bai Changyi. 

Sejak kapan mereka berdua jadi begitu mesra? Bagaimanapun, sudah bukan rahasia umum kalau Li Mei sangat membenci Bai Changyi dan ingin bercerai darinya sampai hampir bunuh diri. Jadi pemandangan ini tentu saja membuat mereka hampir tidak mempercayai mata mereka sendiri.

Beberapa bahkan berhenti sejenak untuk sekedar berbasa-basi menanyakan kondisi Li Mei. Setelah itu mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka. Tidak lama kemudian mereka melihat sesosok wanita tua yang berjalan sendirian menuju ke desa seraya membawa kayu bakar di punggungnya.

"Itu adalah Nenek Yu," jelas Bai Changyi seraya berbisik. 

"Dia hidup sebatang kara. Dulu, suaminya meninggal saat berburu. Tiga tahun yang lalu, anak laki-laki satu-satunya juga mengalami nasib yang sama," desah Bai Changyi penuh iba. 

"Tapi dia merupakan satu-satunya warga desa yang sangat tulus kepada kita, selain keluarga pamanku. Rumahnya tidak jauh dari rumah kita, jadi dia sering datang berkunjung dan memberi telur ayam untuk kita."

Bai Changyi menoleh kepada Li Mei dan menatapnya dengan lembut, "dia hanya punya dua ekor ayam, tapi hampir setiap hari memberikan telur ayamnya kepada kita. Dulu kamu selalu ketus dan sering mengusirnya, tapi aku harap sekarang kamu bisa bersikap lebih baik kepadanya. Dia selalu menganggap kita sebagai keluarganya."

Li Mei merasa hatinya sangat sakit saat mendengar perkataan Bai Changyi. 

Li Mei!

Dia benar-benar merasa sangat kesal dengan pemilik asli tubuh ini karena hanya selalu mengikuti emosinya sendiri.

Yu Jie, wanita tua yang berwajah penuh keriput itu tiba-tiba mempercepat langkahnya dan mendekati mereka ketika melihat keduanya.

"Li Mei! Li Mei! Kamu sudah sadar?" tanya Yu Jie cemas. Dia melihat Li Mei dari atas hingga ke bawah dengan tatapan khawatir. 

Li Mei tersenyum ketika melihatnya. Namun Yu Jie sama sekali tidak melihatnya.

"Aih, kenapa kamu sudah keluar rumah?" tanyanya cemas. Dia lalu menoleh dan menatap Bai Changyi dengan tatapan menyalahkan, "Changyi, kenapa kamu membawa Li Mei keluar? Biarkanlah dia beristirahat lebih banyak."

"Nenek Yu, jangan salahkan suamiku. Aku yang memaksanya untuk membawaku ke sungai," jelas Li Mei seraya tersenyum lembut kepada Yu Jie.

Yu Jie tertegun saat mendengar Li Mei membela Bai Changyi, dan bahkan saat ini Li Mei sedang tersenyum kepadanya? Apa dia sedang bermimpi?

"Nenek Yu, biarkan suamiku membawakan kayu bakarmu kembali ke rumah," kata Li Mei lagi.

"Ah, tidak, tidak!" Yu Jie menolak seraya mendorong Bai Changyi menjauh. 

"Aku masih kuat, masih bisa sendiri. Kalian mau ke sungai? Cepatlah pergi. Takutnya keburu gelap."

"Ah ... tapi … sungai .…" Yu Jie kembali menatap Bai Changyi dengan ragu.

"Tenang saja Nek, aku akan membawanya ke daerah yang dangkal," kata Bai Changyi. Dia tahu kekhawatiran apa yang sedang dipikirkan Yu Jie saat ini.

"Baiklah, baiklah. Kalian memang keras kepala. Berangkatlah sekarang, sebelum hari keburu gelap. Aku akan pulang sekarang," katanya seraya berlalu. Setelah melangkah cukup jauh dia menoleh dan menatap sepasang suami istri yang berjalan semakin menjauh itu. Hatinya dipenuhi dengan perasaan bahagia. Ternyata masih ada hal baik yang terjadi setelah kejadian buruk itu.

Dari percakapannya dengan Bai Changyi, Li Mei dapat menyimpulkan beberapa hal. 

Pertama, penduduk desa rata-rata mencari nafkah sebagai petani dan juga pemburu. Sangat jarang warga dari desa mereka pergi untuk bekerja ke kota.

Kedua, Bai Changyi adalah anak semata wayang kedua orang tuanya. Ibunya meninggal karena sakit saat dia berusia delapan tahun. Sedangkan ayahnya meninggal setelah pergi berburu saat dia berusia sepuluh tahun. Waktu itu ayahnya diserang dua ekor harimau dan terluka saat mempertahankan diri, lukanya sangat parah dan meninggal tidak lama setelah dia dibawa pulang ke rumah oleh para warga desa yang menemukannya. 

Semenjak itu, Bai Changyi hidup sendirian di dalam rumah reyot itu sampai akhirnya bertemu dengan Li Mei. Saat ini dia sudah berusia sembilan belas tahun.

"Sayang sekali kita tidak tahu usiamu," desah Bai Changyi.

"Tujuh belas tahun," jawab Li Mei santai.

"Bagaimana kamu tahu?" tanya Bai Changyi terkejut.

"Entahlah, hanya tiba-tiba tahu saja," jawab Li Mei lagi.

Ketiga, keluarga Bai Changyi hanya tersisa pamannya yang bernama Bai Chengxi. Dia tidak ikut direkrut kerajaan sebagai prajurit untuk berperang karena tubuhnya yang lemah. 

Bai Chengxi menikah dengan Xia Jianli dan memiliki dua orang anak laki-laki bernama Bai Mulin yang baru saja berusia dua belas tahun, dan juga Bai Fengan yang baru berusia enam tahun. Paman dan bibinya ikut merawat Bai Changyi semenjak dia kecil. Namun sayang, mereka tidak begitu menyukai Li Mei karena sikapnya yang kasar dan selalu menyakiti Bai Changyi selama ini.

"Sepertinya aku memiliki hutang maaf kepada banyak orang," desah Li Mei. Dia merasa kesal karena masuk ke dalam tubuh seseorang seangkuh Li Mei.

"Tenanglah, selama mereka melihatmu dan menyadari bahwa kamu ternyata seorang wanita yang sangat baik, semua akan ikut baik-baik saja seiring berjalannya waktu," kata Bai Changyi mencoba menenangkan istrinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Masa Depan Pembawa Keberuntungan   Extra Part 6 - End

    "Apa yang kamu maksud dengan 'ini'?" tanya Fu Lian santai."Lian'er, kamu tahu apa maksudku," jawab Wang Gongfai kesal. "Kabar sebesar ini, bagaimana aku tidak bisa mengetahuinya?"Fu Lian akhirnya berhenti berpura-pura. Dia menatap Wang Gongfai dengan wajah cemberut, "kamu sudah tahu aku menginginkan ini sejak lama, mengapa kamu tidak bisa mendukungku?"Wang Gongfai terpana dengan perkataan Fu Lian. Calon istrinya akan pergi untuk berperang, bagaimana dia akan mendukungnya?"Apa kamu bodoh? Bagaimana aku bisa melepaskanmu untuk pergi berperang?" tanya Wang Gongfai dengan 2 alis terangkat."Apa yang kamu khawatirkan? Semuanya akan baik-baik saja," kata Fu Lian mencoba menenangkannya."Lian'er." Wang Gongfai menarik tangan Fu Lian dan menariknya menjauh. Dia tidak ingin mereka menjadi pusat perhatian para pengawal yang ada di sekitar.Dun Ming berlari mengikuti di belakang mereka. Dia tidak menyangka Wang Gongfai akan berhenti tiba-tiba hingga membuatnya menabraknya."Yang Mulia, maafka

  • Istri Masa Depan Pembawa Keberuntungan   Extra Part 5

    "Apa benar kamu Pangeran Pertama?" tanya Fu Lian ragu."Tentu saja! Untuk apa aku berbohong?" celetuk Wang Gongfai kesal.Fu Lian menatap Wang Gongfai selama beberapa saat lalu menganggukkan kepalanya, "baiklah. Aku akan mengantarmu.""Bagus, bagus," kata Wang Gongfai senang. Dia lalu berjalan di samping Fu Lian dan mengikuti langkahnya. Dia berkali-kali mencuri pandang ke arah Fu Lian."Berhenti menatapku," kata Fu Lian kesal.Wang Gongfai hanya menggaruk pelan kepalanya yang tidak terasa gatal. Dia hanya mengagumi kecantikan Fu Lian, mengapa dia harus merasa terganggu?Sesosok tubuh besar berwarna putih tiba-tiba mendarat di depan keduanya. Senyuman mengembang di wajah Fu Lian sedangkan Wang Gongfai tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya."Xiao Lang!" Fu Lian bergegas menubruk tubuh besar Xiao Lang."Wow! Apakah dia benar-benar Xiao Lang?" Wang Gongfai merasa sangat k

  • Istri Masa Depan Pembawa Keberuntungan   Extra Part 4

    Kediaman Adipati Qiang terlihat begitu meriah hari ini. Beberapa tamu undangan berjalan memasuki kediaman Adipati Qiang dengan pakaian terbaiknya.Li Mei terlihat cantik dengan balutan hanfu berwarna biru tua. Tidak jauh darinya, terlihat Fu Changyi yang menggunakan baju dengan warna senada. Fu Xingshen yang berada di sebelah Fu Changyi juga terlihat menggunakan baju berwarna biru gelap. Ketiganya terlihat sibuk menyambut para tamu.Hari ini mereka sedang merayakan hari ulang tahun Fu Lian dan Fu Huanran yang ke-10. Tidak ada seorangpun tamu yang tidak datang. Mereka semua ingin menjalin hubungan yang baik dengan keluarga Adipati Qiang.Tiba-tiba, Li Mei melihat Nuannuan berjalan dengan panik ke arahnya. Dia segera menoleh ke beberapa orang tamu wanita yang sedang mengelilinginya, "Nyonya-nyonya, maafkan aku. Aku harus pergi untuk melihat persiapan Putriku.""Tidak apa-apa, kamu tidak perlu tergesa-gesa," kata Nyonya Lin, istri Perdana Menteri Yan."Kami tahu betapa repotnya mempersia

  • Istri Masa Depan Pembawa Keberuntungan   Extra Part 3

    8 orang preman mengelilingi 3 orang anak kecil. Fu Huanran merasa sangat ketakutan, dia hampir menangis.Fu Lian menggertakkan giginya, "minggir! Apa kalian tidak takut seseorang akan datang dan menghukum kalian?"Kedelapan preman itu saling memandang ketika mendengar perkataan Fu Lian lalu tertawa terbahak-bahak. Setelah beberapa saat, Erzhu berkata pada mereka, "siapa yang akan menemukan kami? Tidak akan ada yang tahu!"Tiba-tiba Fu Lian menerjang ke arah Erzhu. Dia mengangkat kakinya tinggi lalu menendang tepat di titik vital Erzhu.Kedua mata Erzhu membola sempurna saat suara lengkingan terdengar dari mulutnya, "ah!"Ketujuh orang lainnya langsung memegangi alat vital mereka masing-masing dan menatap Erzhu dengan ngeri. Mereka yakin itu pasti sangat menyakitkan. Atau bahkan mungkin, hancur? Baiklah, sepertinya mereka harus membuat acara perpisahan yang layak untuk masa depan Erzhu yang baru saja hilang."Anak kecil brengsek!" Dafu, yang sebelumnya dipanggil dengan sebutan kakak ke

  • Istri Masa Depan Pembawa Keberuntungan   Extra Part 2

    "Aku sudah kenyang!" kata Fu Lian. Dia mendorong mangkuknya yang sudah kosong menjauh."Aku juga sudah selesai," kata Fu Huanran. "Kalau begitu ayo kita pulang."Ketiganya meninggalkan meja dan pergi menghampiri Ming Feng, "Paman Ming, kami sudah selesai." Setelah itu, Fu Lian mengeluarkan. 1 tael perak lalu memberikannya kepada Ming Feng."Sudah selesai? Apa kalian akan langsung pulang?" tanya Ming Feng khawatir. Dia melihat ke arah jalanan tapi tidak bisa menemukan Ming Shao."Ya, Paman. Kamu tidak perlu khawatir," kata Fu Lian seraya tersenyum manis."Tunggu sebentar, biar aku memberimu kembaliannya," kata Ming Feng. Dia berencana mengulur-ngulur waktu hingga seseorang dari kediaman Adipati Qiang datang."Tidak perlu. Paman bisa menyimpannya," kata Fu Lian. Dia segera berbalik lalu menyeret kedua saudaranya pergi."Ah, ah, bagaimana bisa seperti itu?" tanya Ming Feng panik. Dia hendak mengejar ketiga anak itu, namun sayangnya mereka terlalu gesit. "Celaka! Celaka! Mereka tidak perg

  • Istri Masa Depan Pembawa Keberuntungan   Extra Part 1

    "Haohao! Haohao!" Suara bisikan dari balik bebatuan taman mengusik Fu Hao. Anak laki-laki berusia 3 tahun itu menoleh dan melihat kedua kakak kembarnya sedang bersembunyi di antara bebatuan. Setelah beberapa saat, Fu Hao berjalan menghampiri keduanya."Ada apa?" tanya Fu Hao datar.Fu Lian segera menariknya untuk bersembunyi di balik bebatuan. Dia menatap buku-buku yang ada di tangan Fu Hao, "apa yang akan kamu lakukan dengan buku-buku membosankan itu?"Tentu saja pergi belajar. Bukankan Guru Jiang akan segera datang?" tanya Fu Hao tanpa berekpresi.Fu Lian menghela nafas panjang, "untuk apa kita pergi belajar? Aku sangat bosan. Lebih baik kita pergi berjalan-jalan!"Fu Huanran terlihat gelisah ketika mendengar perkataan Fu Lian. Ini bukan pertama kalinya saudara kembarnya mengajaknya untuk bolos belajar. Fu Lian selalu suka menyeret Fu Huanran dan Fu Hao pergi bermain di area perkotaan atau pegunungan untuk mencari buah-buahan liar."Lian'er, kalau Ibu mengetahuinya, dia akan memukul

  • Istri Masa Depan Pembawa Keberuntungan   BAB 130 Finale

    Fu Xingshen menghentikan langkahnya ketika dia sudah berada di dekat Wang Minghao. Saat ini, para pejabat menutup mulut mereka. Tidak ada seorangpun yang berani berbicara. Siapa yang berani mengatakan sesuatu ketika lawan mereka sudah dipastikan unggul?Wang Minghao terjatuh duduk di singgasananya. Tubuhnya bergetar hebat karena kemarahan dan juga ketakutan.Wan Rong menoleh dan menatap Wang Shimin dengan penuh kebencian, "Shimin, kenapa kamu melakukan hal ini?""Ha! Ha! Ha! Permaisuri Wan, apakah kamu bertanya karena tidak tahu, atau kamu berpura-pura tidak tahu?" tanya Wang Shimin dingin. Dia berjalan pelan ke arah Wang Minghao dan bertanya dengan wajah datar, "Ayah, apakah kamu juga tidak mengetahuinya?"Wang Minghao tidak menjawab, dia hanya menyipitkannya matanya saat menatap Wang Shimin."Baiklah, baiklah. Aku tidak akan bermain tebak-tebakan lagi. Aku akan menjelaskan semuanya," kata Wang Shimin. Dia lalu menambahkan, "setidaknya kalian bisa mengetahui alasan kalian mati."Wajah

  • Istri Masa Depan Pembawa Keberuntungan   BAB 129 Pemberontakan

    Fu Xingshen melihat kembang api yang meledak di udara. Tangannya tanpa sadar menggenggam erat pedang yang ada di pinggangnya. Setelah itu Fu Xingshen dan Fu Yi menaiki kuda mereka masing-masing. Melihat pemimpin mereka sudah bersiap, para tentara memegang senjata mereka, bersiap untuk menyerbu masuk ke dalam Ibukota Kekaisaran."Maju!" perintah Fu Xingshen dingin.Fu Yi mengangkat sebuah kembang api dan menembakkannya ke udara. Fu Xingshen membagi tentara menjadi 4 kelompok. Masing-masing kelompok menunggu di kegelapan hutan di 4 penjuru mata angin. Begitu melihat sinyal kedua ditembakkan, para tentara merangsek masuk ke dalam Ibukota Kekaisaran. Suasana Ibukota tiba-tiba menjadi gempar. Melihat banyaknya tentara yang membawa senjata masuk ke dalam kota, para penduduk berhamburan masuk ke dalam rumah mereka dengan panik. Mereka semua ketakutan dan mengunci rumah mereka dari dalam. Beberapa bahkan bersembunyi di kolong-kolong tempat tidur, berharap nyawa mereka akan selamat.Tidak ber

  • Istri Masa Depan Pembawa Keberuntungan   BAB 128 Menunggu Sinyal

    "Benar-benar tidak bisa dimaafkan!" Suara marah Wang Minghao menggelegar di dalam aula.Aula seketika dipenuhi dengan suara orang-orang yang berlutut beserta teriakan. "Yang Mulia, tolong jaga kesehatan Anda!"Wang Minghao tidak marah karena seseorang ingin mencelakai Li Mei, dia marah karena orang-orang itu telah merusak rencananya. Setelah beberapa saat, dia akhirnya berhasil mengendalikan emosinya."Kembali duduk."Setelah semua orang kembali duduk, Wang Minghao menoleh kepada Li Xue dan berkata, "Tabib Li, ada sesuatu yang ingin aku katakan kepadamu malam ini." "Yang Mulia, Hamba siap mendengarkan, " jawab Li Xue."Aku telah menurunkan Dekrit Pernikahan sebelumnya untuk Li Mei dan Putra Mahkota. Namun hal itu gagal karena Nona Li menghilang. Oleh karena itu posisi Putri Mahkota aku serahkan kepada Xiang Qian," kata Wang Minghao.Wajah Xiang Qian berubah suram. Perkataan Kaisar Xing

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status