Share

Bab 05

Takdir telah memainkan perannya dengan begitu kuat sehingga segala sesuatu yang pernah ia harapkan dan impikan tampaknya telah berubah tak terelakkan.

Meski hatinya meronta dan perasaannya berkecamuk, Prilly terpaksa menghadapi kenyataan bahwa ia harus mematuhi janji yang telah ia buat kepada Tuan Omar.

***

Kabar tentang pernikahan Tuan Omar dan Prilly meluas dengan cepat seperti api yang menjalar di seluruh penjuru kota.

Seperti isu yang sulit ditahan, cerita ini menjadi perbincangan hangat di setiap sudut, mengundang perhatian dan kontroversi sekaligus. Tidak dapat dihindari, berbagai sudut pandang muncul di tengah masyarakat yang mendengar kabar tersebut.

Semua orang memiliki pendapat masing-masing tentang pernikahan ini. Ada beberapa pihak yang mengucapkan selamat dengan tulus untuk pernikahan itu. Namun, di sisi lain, ada juga yang merasa skeptis dan mencurigai motif di balik pernikahan itu.

Beberapa pihak, termasuk pihak asing yang tidak terkait langsung, memandang Prilly dengan pandangan tajam yang penuh keraguan. Mereka menuduhnya berbagai hal tanpa memiliki bukti jelas, menciptakan narasi negatif yang dapat merusak reputasinya.

Tak hanya itu, bahkan rekan-rekan kerja Prilly pun juga terlibat dalam drama itu.

Beberapa rekan kerja yang sebelumnya dekat dengannya, kini tampak berpaling dan menghindari interaksi dengannya.

Mereka terlibat dalam perbincangan di belakang Prilly, membicarakan tentang isu-isu yang sebagian besar tak berdasar. Mulai dari konspirasi tentang bagaimana Prilly berhasil 'menggoda' Tuan Omar hingga cerita-cerita tak benar yang mengarah pada fitnah dan pencemaran nama baik.

Prilly merasa tertekan dan terkepung oleh lingkungan yang semakin membingungkan. Ia harus menghadapi pernikahan yang sebenarnya tidak sesuai dengan keinginannya, sambil berusaha menjaga integritas dan martabatnya di tengah serbuan tuduhan dan fitnah.

Namun, dalam kegelapan yang mengelilinginya, Prilly berusaha mencari kekuatan dalam dirinya sendiri. Ia mengumpulkan keberanian untuk menghadapi tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar dan menghadapinya dengan kepala tegak.

"Apapun itu, akan aku tegaskan kepada kalian— aku tidak seburuk cerita-cerita yang sedang marak beredar luas saat ini. Sungguh, aku tidak seburuk itu!" tegas Prilly kepada rekan-rekan kerjanya sebelum akhirnya ia pun terpaksa mengundurkan diri dari pekerjaan itu.

Tuan Omar telah meminta kepadanya agar melepaskan semua pekerjaan yang selama ini ia lakoni. Hal itu Tuan Omar lakukan karena ia tidak ingin Prilly melakukan pekerjaan rendahan, terlebih lagi ketika sebentar lagi Prilly akan segera menyandang status istri dari Tuan Omar Malik.

***

Pernikahan yang tidak terelakkan antara Tuan Omar dan Prilly akhirnya tiba. Dalam suasana yang campur aduk antara keterpaksaan dan harap-harap cemas, kedua belah pihak mempersiapkan pernikahan ini dengan penuh ketegangan dan harapan yang berbeda.

Meskipun Prilly merasa terjebak dalam situasi ini, takdir telah memutuskan jalannya dan pernikahan ini harus berlangsung.

Hari pernikahan datang dengan meriahnya, dan suasana riang pun mengisi udara. Acara ini dihadiri oleh banyak tamu undangan, termasuk orang-orang penting dari berbagai lapisan masyarakat.

Meskipun kebanyakan dari mereka tidak benar-benar mengenal Prilly secara mendalam, namun sebagai bagian dari acara penting ini, mereka memberikan ucapan selamat dengan tulus.

Terlepas dari perasaan terjebak yang menghantuinya, Prilly mencoba menjalani pernikahan itu dengan anggun.

Mengenakan gaun pengantin yang indah, ia berjalan di lorong menuju altar dengan perasaan campur aduk di dalam hatinya. Ia merasa seperti boneka dalam permainan besar yang diatur oleh takdir dan kewajiban yang harus diemban.

Meskipun pernikahan ini adalah pernikahan kedua bagi Tuan Omar, tetap saja ia mendapatkan dukungan dan ucapan selamat dari semua pihak.

Selama acara berlangsung, Prilly merasa seperti menjadi penonton dalam kehidupannya sendiri. Ia dikelilingi oleh orang-orang yang bahagia, berbicara, tertawa, dan bersorak. Namun, di dalam hatinya, ia merasakan kekosongan yang mendalam. Ia merasa telah kehilangan kendali atas masa depannya, terjebak dalam pilihan-pilihan yang diambil oleh orang lain.

***

Pernikahan Prilly dan Tuan Omar adalah sebuah peristiwa yang penuh dengan gemerlap, kebahagiaan palsu, dan harap-harap cemas yang mendalam.

Meskipun acara pernikahan itu disajikan dengan segala kemegahannya, ada satu hal yang tak bisa disembunyikan: Prilly, sang pengantin perempuan, tak bisa merasakan bahagia sejati yang seharusnya dirasakan di hari yang begitu istimewa itu.

Di balik senyumnya yang manis dan pandangan matanya yang dipenuhi dengan kilauan permata, hati Prilly sebenarnya terasa hampa. Dia merasa seperti terjebak dalam pernikahan ini, di dalam situasi yang mungkin diharapkan oleh banyak orang, namun tak sesuai dengan apa yang benar-benar diinginkannya.

Prilly memandang sekeliling, melihat para tamu yang menikmati hidangan dan berbincang riang, sementara dirinya merasa terasingkan di tengah keramaian.

Setelah akhirnya acara pesta selesai digelar, Prilly ternyata tak memiliki sedikitpun waktu untuk beristirahat sejenak, memberikan ketenangan kepada jiwanya yang merasa lelah seharian ini.

Tuan Omar tergesa-gesa untuk membawa Prilly ke istana megah yang selanjutnya akan menjadi tempat tinggal mereka. Namun, bagi Prilly, istana yang megah tersebut terasa seperti penjara yang makin mengikat dan membebaninya.

Di tempat yang asing itu, Tuan Omar mengumpulkan semua orang yang bekerja di istana megahnya, kemudian dengan tegas dia memperkenalkan Prilly yang kini telah sah menjadi istri keduanya. Dan tak lupa juga Tuan Omar menjelaskan jika kedudukan Prilly setara dengan istri pertamanya, dan karena hal itu para pelayan di istananya harus berlaku sopan dan hormat kepada Prilly.

"Kalian semua mungkin sudah tahu mengenai hal ini, tetapi sekali lagi saya akan tegaskan kembali kepada kalian! Untuk selanjutnya, Prilly adalah istri saya dan secara otomatis dia adalah Nyonya di rumah ini. Jadi, untuk kedepannya, akan jauh lebih baik jika kalian semua berlaku sopan kepadanya!" tegas Tuan Omar.

"Kedudukan Prilly di rumah ini sama dengan Sarah, jadi untuk kedepannya, jangan ada yang berani untuk membedakan mereka berdua! Baik Sarah, maupun Prilly ... mereka berdua adalah istriku, jadi kalian semua wajib untuk memberikan hormat kepadanya!"

Senang rasanya mendapatkan perlakuan yang baik dari Tuan Omar, tetapi tetap saja, hati Prilly tetap tak bisa merasa bahagia dengan pernikahan itu. Entah kenapa, tetapi hati Prilly merasa jika masalah akan mulai datang saat itu.

Dan benar saja. Firasat buruk itu tidak pernah salah! Masalah yang sebenarnya akan dimulai sekarang!

"Bisa-bisanya kamu samakan kedudukan diriku dengan wanita murahan itu. Bukankah itu sedikit keterlaluan, Mas? Aku tidak sudi jika harus disamakan dengan wanita murahan yang kau punggut dari tempat kotor!" Datang dengan penuh amarah, Sarah— istri pertama Tuan Omar, terang-terangan menunjukkan bahwa dirinya tidak menyukai Prilly.

"Dasar wanita murahan! Berani-beraninya kau menginjakkan kaki di rumah ini! Apakah kau tidak memiliki sedikit saja rasa malu dalam diriku?!" Sarah menatap dengan sinis.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status