Share

9. Makan malam

Sore kelabu dengan awan berarak hitam menggumpal pekat. Angin bertiup agak kencang, petir menyambar terdengar dari kejauhan.

Lena terpekur di atas sofa kamar memandang rintik hujan yang mulai turun di luar sana. Kamar yang mewah ini baginya bagai sebuah ruangan kosong tanpa ruh. Semuanya hampa.

Apa yang akan dilakukannya saat suami Kakaknya nanti datang? Bagaimana jika laki-laki yang dipanggil 'Kai' itu meminta kewajibannya sebagai seorang istri?

Arghhh ... rasanya kepala Lena ingin pecah. Seumur hidupnya ia belum pernah berpacaran. Lalu sekarang ia harus dihadapkan pada kenyataan berpura-pura harus menjadi Avena. Dan bodohnya lagi, ia mau dan tidak bisa menolak. 

Tapi, ia tidak punya pilihan, karena nasib keluarganya ada di tangan Om Seno. Berkali laki-laki paruh baya berkepala setengah botak itu mengancam akan membuat keluarganya menderita jika tidak mau menuruti keinginannya.

Gadis itu mengusap air matanya saat ada yang mengetuk pintu kamar.

"Masuk," serunya dengan suara parau.

"Makan malam sudah siap, Nyonya. Anda sudah ditunggu keluarga yang lain." Seorang wanita pelayan paruh baya menatapnya tajam dan mempersilakan Lena untuk turun.

Di antara para pelayan yang sudah ia temui, hanya pelayan ini yang berani menatapnya tajam. Mungkin ini kepala pelayan yang bernama Reta. Wanita ini salah satu penghuni di rumah ini yang juga ikut membenci Avena, meski ia hanya seorang pelayan.

Ia merapikan sedikit riasan wajah dan pakaiannya, kemudian  melenggang berjalan melewati Reta dengan angkuh. 

Reta hanya meliriknya sinis dan terlihat sekali kebencian dari wajahnya.

Di meja makan, seluruh keluarga telah berkumpul. Mereka bersenda gurau dengan riang  dan sesaat langsung terdiam ketika melihat Alena datang.

Gadis itu gugup dan gemetar, tapi, ia tetap berusaha bersikap tak peduli dan angkuh di depan semua orang.

"Vena ... kamu sudah pulang, Nak? Kenapa tidak menemui papi lebih dulu?" sapa Tuan Dhanu tersenyum ramah.

Seperti perintah dari Davin saat bertemu dengan Tuan Dhanu, Lena menghampiri lelaki paruh baya itu lalu memeluknya hangat.

"Maafkan Vena, Pi. Pergi tanpa pamit. Itu karena Vena bosan, Kai  tidak pernah mengajakku ke Perancis," ujar Lena manja. 

Tuan Mahendra tertawa dan mengusap sayang pipi Lena. Sedangkan Nyonya Mery, ibu mertua Vena juga Electra berdecih sinis dan menatapnya muak.

"Kenapa kamu tidak bilang sama papi jika ingin berlibur? Pasti papi akan menyuruh Kai untuk berlibur denganmu."

"Sudah, Pi, tidak perlu. Vena sudah puas di sana," ujar Lena sambil duduk disamping Ayah mertua Vena.

Tuan Dhanu tertawa kecil dan mengusap lembut tangan Lena dengan sayang. Terlihat sekali ia sangat menyayangi Vena. Beruntung sekali kamu mempunyai Ayah mertua seperti ini, Ven …lirih batin Lena dengan menatap hangat Tuan Dhanu. 

Beberapa pelayan datang menghidangkan makanan mewah di atas meja. Lena mengedarkan pandangan ke seluruh meja makan yang besar dan memanjang. Tuan Mahendra yang duduk disampingnya sebelah kiri, Nyonya Merry disamping sebelah kanan Tuan Mahendra, lalu sebelahnya lagi Electra dan disamping gadis itu seorang laki-laki tampan yang dari tadi tak acuh dan makan dengan tenang tanpa bersuara.

Itu pasti Elmer, putera ketiga Tuan Mahendra, yang berarti adik bungsu Kaindra.

 Menurut Davin, kedua putra Tuan Mahendra ini semuanya laki-laki yang dingin dan jarang bicara atau pun tersenyum.

Sedangkan bangku di samping kanan Lena kosong dan mungkin ini adalah bangku untuk Kaindra.

Suasana meja makan didominasi suara denting sendok yang beradu dengan pelan dan lembut, juga percakapan riang antara  Nyonya Merry dan Electra. Sedang Tuan Dhanu sesekali menimpali dengan tawa. Elmer hanya diam tak acuh dan tetap menyantap makanannya. Sedangkan Alena juga diam karena tidak tahu harus bicara apa.

Saat Lena ingin mengambil sayuran di piring, Elmer juga memajukan tangannya untuk mengambil sayur itu. Alhasil sendok mereka beradu tanpa sengaja.

Alena dan Elmer saling menatap. Sedetik kemudian, Elmer mengalihkan pandangannya dan urung mengambil sayuran. Begitupun dengan Lena. Tatapan dingin Elmer seperti menusuk dalam hatinya, yang membuat ia sedikit takut. Tidak ada senyum sama sekali dari lelaki muda itu. Ini baru Adiknya. Bagaimana dengan Kakaknya Kaindra? Lena tidak bisa membayangkan sosok Kakak iparnya meski sudah melihat fotonya.

"Selamat malam semuanya." Suara bariton seorang laki-laki terdengar dari arah belakang Lena membuatnya tersentak kaget.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Machel Malayeka
Bikin penasaran kelanjutannya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status