Pagi itu, Cloud berjalan menuruni anak tangga sedikit tergesa. Kemarin, dia janji akan menjemput Kala sekaligus sarapan di rumah orangtuanya. Namun, karena terlalu lelah dia sampai kesiangan seperti ini. Bianca bahkan menghubungi Cloud beberapa kali tapi tidak dia jawab, dan ternyata tak hanya mengirim dan menelepon ke nomor putrinya, Bianca ternyata juga menghubungi Nic, hingga saat Cloud sampai di bawah dia kaget mendapati suaminya sudah duduk di ruang tamu.Nic menyilangkan kaki memandang ke arah Cloud dengan tatapan meremehkan. Tanpa bicara dia mendekat dan merampas kunci mobil di tangan wanita itu."Bisa tidak kalau membuat janji dengan keluargamu beri tahu aku? Aku tidak ingin terlihat seperti suami yang tak tahu apa-apa," kata Nic."Sejak kapan kamu peduli? Aku hanya ingin menjemput Kala dan sarapan di rumah mama, lagi pula bukannya setiap hari minggu kamu akan pergi bermain golf atau tenis bersama temanmu," balas Cloud. "Aku pikir hari ini pun sama," imbuhnya.Nic tak menjawab
"Kala, Papa lupa kalau siang ini ada janji bertemu teman Papa. Bagaimana kalau Kala ke mallnya bersama Mama saja?"Nic baru memberitahu Kala saat mobil yang dikendarainya sudah berjalan sekitar lima menit. Cloud yang duduk di sampingnya langsung melirik tajam, setelah itu memandang ekspresi putranya dari spion tengah. Kala jelas kecewa, anak itu seketika memasang muka masam. "Nanti kalau aku dicubiti ibu-ibu gimana?" Tanya Kala. Mulai mencari alasan yang masuk akal untuk mencegah Nic membiarkannya pergi ke mall hanya berdua bersama sang mama.Nic tertampar. Bukankah memang dia sendiri yang melarang Kala untuk pergi bermain di mall.Tadi dia mengiyakan karena lupa memiliki janji ke Amara. "Papa mau pergi sama siapa? Om Rio? Atau tante yang kemarin datang sama papa di acara om Aryan?"DEGTak hanya Nic, Cloud juga tertampar dengan ucapan Kala. Wanita itu menoleh dan menggeleng pelan menolak ucapan sang putra barusan. "Kala, tidak baik mencampuri urusan orangtua. Kelak ada waktunya sen
Cloud menutup panggilan dan mendekat ke pria yang sedang mengajak Kala bicara. Ia menyapa dengan ramah, meski yakin pria itu belum pernah dia temui sebelumnya. Cloud masuk ke dalam tempat mandi bola di mana Kala berada. Ia tersenyum lalu menarik pelan lengan anak itu. Naluri Cloud sebagai ibu berkata bahwa pria ini memiliki niat jahat ke sang putra."Maaf! Tap .... " Benar saja, belum juga Cloud selesai bicara, pria itu sudah menarik tangan Kala dan membuat Cloud berteriak histeris. Semua orang yang ada di arena bermain itu bahkan sampai mengamankan anak mereka masing-masing."Pak, apa yang Anda lakukan?" Tanya Cloud panik. Satu petugas yang berjaga di sana bergerak cepat berlari mencari bantuan satpam, sedangkan yang lain mendekat untuk membantu Cloud."Mama!" Kala menangis ketakutan. Pria itu melingkarkan tangan ke dada anak itu. Menahan agar Kala tidak bisa lari ke mana-mana."Pak, apa yang Anda lakukan? Anda membuat anak kecil takut." Cloud mencoba membuat pria itu sadar deng
Beberapa saat yang lalu, Nic baru saja sampai di apartemen. Dia mencium aroma wangi masakan, sehingga yakin kalau Amara pasti sudah ada di dalam sana.Meski makanan yang Amara bawa selalu diklaim sebagai masakan sendiri, tapi Nic tahu wanita itu berbohong. Amara membeli makanan-makanan itu di salah satu restoran yang sama setiap kali bertemu dengannya.“Nic, apa kamu mau makan?” Tanya Amara dengan wajah semringah. Ia agaknya kecewa saat Nic menggeleng lalu duduk di sofa.“Aku baru saja makan di rumah mertuaku.”“Menjemput Kala? Bersama Cloud?” Amara mengedikkan bahu saat Nic hanya menatapnya datar tanpa menjawab. Pria itu pasti berpikir untuk apa dirinya bertanya jika sudah tahu jawabannya.Amara mengambil bantal sofa dan memeluknya, dia kadang merasa Nic tidak benar-benar mencintainya padahal mereka sudah berselingkuh selama tiga tahun. Nic tidak pernah mengajak bercinta lebih dulu selayaknya pria yang menggilai seorang wanita. Kadang Amara merasa hanya dimanfaatkan Nic sebagai alat
“Kala baru saja tidur, tidak usah mengganggunya!”Cloud baru saja menutup pintu kamar Kala saat Nic mendekat. Ia tidak ingin ketenangan Kala terganggu karena kehadiran pria itu.“Aku hanya ingin melihatnya sebentar.”“Sampai kapan kamu akan terus bersikap egois seperti ini?” Tanya Cloud sambil menahan pergelangan tangan sang suami. “Besok pagi baru bicara ke Kala kalau kamu memang menyesal,”imbuhnya.Nic menatap tangan Cloud, hingga wanita itu buru-buru melepaskan. Cloud kembali mengingatkan agar Nic tidak masuk sebelum berlalu dari sana.Namun, tak Cloud duga Nic mendahului langkah dan menyambar tangannya. Pria itu menggelandangnya masuk ke dalam kamar yang biasa mereka tempati saat tidur bersama Kala.“Katakan! Kenapa kamu menghubungi Arkan dan bukan aku?”Cloud tersenyum miring karena sudah bisa menebak apa yang ingin Nic katakan. Sebenarnya dia ingin membicarakan hal ini besok, tapi berhubung Nic membahasnya lebih dulu, maka Cloud pun menjawab dengan berani. Ibunda Kala itu melepa
Sejak bangun, Kala tampak bersemangat. Anak itu bahkan menyiapkan sendiri baju yang ingin dia bawa bermain ke pantai. Cloud sendiri memutuskan untuk tidak berangkat kerja. Ia ingin menemani Kala seharian ini. Setidaknya sebelum meninggalkan Kala kembali bersama Nina dan sekolah. “Ada kapal tidak, Ma? Apa aku boleh naik kapal?” Tanya Kala antusias. “Tidak ada, kalau mau naik kapal besok minta sama Opa,” jawab Cloud. Ia sejak tadi juga tak bisa menyembunyikan rasa bahagia karena Kala sangat ceria. Cloud menggiring Kala masuk ke kamar mandi lalu menutup pintunya, dia meminta anak itu buru-buru membersihkan diri. “Jangan lama-lama mandinya, nanti om Arkan keburu datang.” Cloud putar badan setelah bicara, dia tak sadar Nic sudah berdiri di belakang hingga kepalanya menubruk dada bidang pria itu. “Kenapa berdiri di sini?” “Kenapa lagi-lagi tidak meminta izin dulu? Apa kamu pikir aku akan membiarkan kalian pergi?” Nic bicara dengan pelan, tapi terlihat kesal karena giginya saling berad
"Bagaimana bisa kamu ada di sini?"Cloud yang tak percaya sampai memindai dari atas ke bawah seolah ingin memastikan pria di sebelahnya benar-benar Nic. "Jangan harap aku akan membiarkan rencana busukmu berjalan dengan mulus!"Kening Cloud terlipat halus, dia heran kenapa Nic bisa terus-terusan memiliki pikiran buruk kepadanya. Cloud seolah lupa kalau sang suami memang tidak pernah berpikiran positif atas semua hal yang dia lakukan. Padahal sudah sangat jelas, tujuannya ke pantai adalah untuk membuat Kala senang. "Apapun yang aku lakukan selalu salah di matamu. Bahkan kasih sayangku sebagai ibu ke Kala kamu sebut sebagai rencana busuk." Cloud dan Nic saling melempar tatapan dingin, hingga Kala tanpa sengaja menoleh. Anak itu tersenyum lebar melihat sang papa ada di sana. Selayaknya bocah seusianya, Kala sudah melupakan rasa kesal yang kemarin sempat membelenggu hatinya. "Papa! Papa!" Panggil Kala sambil melompat-lompat kegirangan.Anak itu bahagia melihat Nic, tapi tidak dengan Ar
"Apa kamu tidak berencana menjadikannya janda?"Seketika darah Nic seperti naik sampai ke ubun mendengar Arkan berani bicara seperti itu kepadanya. Ia mendekat hampir meraih kerah baju sang sepupu, tapi Kala lebih dulu keluar dari kamar bilas dengan berceloteh riang."Jaga mulutmu itu! Sejak dulu kamu memang tidak pernah berubah, selalu ingin memiliki apapun yang aku punya." Nic menarik sudut bibir. Ia benar-benar ingin memukul Arkan jika saja tidak berada di tempat umum.Nic terpaksa mengendorkan urat di wajah karena Kala memanggil namanya dan Arkan. Ia memalingkan muka dan tersenyum manis ke putranya itu."Nic, apa kamu tidak sadar? Tingkahmu selalu berlebihan di depanku saat Kala dan Cloud bersamaku. Ini menunjukkan kalau kamu lah yang sebenarnya takut kepadaku," ujar Arkan. Sama seperti Nic tadi, dia juga memulas senyuman mencibir. Arkan melangkah menjauh untuk menghampiri Cloud dan Kala, tapi sebelum itu dia berkata lagi," Meski Cloud tidak cerita, tapi aku tahu hubungan kalian