Tidak terasa tiga bulan pun berlalu. Siang itu Cloud menitipkan Gaza ke Bianca karena harus menghadiri pesta pernikahan Thea dan Aditya.“Misal nanti Gaza rewel atau kenapa-napa, Mama langsung kabari aku saja,” ucap Cloud saat menitipkan putra ke duanya.“Kamu itu kayak baru kali ini nitipin anakmu ke Mama,” ucap Bianca. “Kayak masih setengah ga percaya.”Cloud pun tersenyum lebar mendengar protes Bianca kemudian membalas, “Bukan begitu, Ma. Siapa tahu Mama tidak bisa mengatasi kalau Gaza sedang rewel.”“Sudah kamu tenang saja. Nikmati pesta Thea dan jangan mikir yang aneh-aneh. Mama akan menjaga Gaza dengan baik,” ujar Bianca.Cloud pun melebarkan senyum mendengar ucapan Bianca. Dia lantas berpamitan dan pergi bersama Nic juga Kala. Dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya itu terlihat mengenakan setelan jas yang sama, Kala bahkan memperlihatkan aura seperti anak bangsawan.“Ayo!” Nic mengulurkan tangan ke Cloud agar istrinya itu bisa menuruni anak tangga dengan nyaman. Mereka te
Cloud meraba dada Nic, mengusap lembut sambil merapatkan tubuhnya dan menciumi punggung pria itu. Cloud tahu Nic mengizinkannya melakukan itu saat tak mendapatkan penolakan sama sekali, bahkan saat dia mulai menempelkan lalu menggesekkan dadanya yang memang lebih padat karena berisi ASI putra kedua mereka. Nic diam-diam tersenyum, menikmati sentuhan Cloud. Tak lama tanpa ragu Nic akhirnya meraih tangan Cloud yang sejak tadi mengusap dada untuk mulai mengusap miliknya yang berada di antara paha.Cloud tersenyum penuh arti, dia mengangkat kepala untuk menjangkau tengkuk Nic dan memberi kecupan di sana, tak puas Cloud menggigit kecil cuping telinga suaminya bahkan menggelitik beberapa detik menggunakan ujung lidah.Nic pun tak sanggup lagi, dia bergerak dan Cloud pun bergeser, secepat kilat Nic mengurung tubuh Cloud, mencekal ke dua tangan istrinya di sisi kepala."Apa kamu tahu hukuman apa yang pantas diberikan ke wanita yang membuat prianya cemburu?" Tanya Nic."Aku tidak tahu, tapi k
Satu bulan kemudian Hari itu awan mendung menyelimuti hati Cloud. Sejak Nic berangkat kerja dan Kala sekolah, Cloud terus menangis karena merasa sangat bersalah ke baby Gaza juga Kala. Bukan tanpa alasan Cloud bersikap seperti ini. Beberapa hari ini dia sering merasa mual dan lemas. Bahkan setelah makan banyak dan mengonsumsi vitamin kondisinya juga masih sama. Hingga, Cloud yang memang sejak melahirkan baby Gaza belum mendapat tamu bulanan memilih untuk mencoba melakukan uji kehamilan. Cloud awalnya hanya iseng dan berpikir untuk tidak berpikir yang macam-macam, tapi dia berakhir lemas saat melihat dua garis merah tertera jelas pada alat uji kehamilan yang dia gunakan. Hati Cloud sedih, merasa sangat bersalah pada dua anaknya terutama ke baby Gaza yang baru saja berumur empat bulan. Karena hal itu, Cloud tidak bisa fokus bekerja dengan tenang meskipun masih bekerja dari rumah. Dia juga takut memberitahu Nic dan sekarang hanya Bianca yang menjadi tumpuannya. Setelah mengetahui diri
"Kamu tahu sejak awal aku tidak pernah setuju dengan pernikahan ini." Ansara Cloudia Natania. Gadis itu masih mengenakan gaun belahan tinggi selepas acara resepsi pernikahannya. Cloud bicara ke Nic—pria yang pagi tadi baru saja resmi menjadikannya istri. Nic bergeming mendengar ucapan Cloud, dia yang berdiri memunggungi wanita itu sibuk melepas kancing kemeja, kemudian menggulung lengannya sampai siku. Cloud mengingat alasan di balik pernikahannya dengan Nic yang terkesan tergesa-gesa. Hanya karena fotonya dan pria itu yang sedang tidur bersama tersebar di dunia maya, dia harus menjalani pernikahan tanpa cinta. Ya, mereka hanya tidur bersama, tanpa melakukan hubungan badan seperti yang dipikirkan orang-orang dan bahkan keluarga mereka sendiri. "Semua keturunan Prawira memang sangat sombong." Nic menjawab sambil memutar tumit menoleh ke Cloud. Satu tangan pria itu masuk ke kantong celana, tatapan matanya dingin terkesan mencibir. Nic memandang kertas yang ada di tangan sang istri.
"Papamu meninggal karena kecelakaan, bagaimana bisa kamu terus memfitnah papaku?"Nic mendorong tubuh Cloud sampai tersudut ke tembok kamar. Matanya menatap penuh kebencian ke Cloud yang berani melawan. Bukan tanpa alasan Nic marah, istrinya itu lagi-lagi ketahuan menemui pengacara untuk menanyakan prosedur pengajuan gugatan cerai."Aku sudah bilang punya bukti kuat!""Lalu tuntut saja papaku, biarkan dia masuk penjara jika memang terbukti bersalah sudah membunuh!" balas Cloud dengan mata merambang."Aku bisa saja melakukan itu, tapi bukan itu yang aku mau. Uang bisa dengan mudah membuat Papamu bebas dari segala tuntutan, yang aku inginkan adalah membuat keluargamu hancur dan menderita secara perlahan," jawab Nic dengan tatapan dingin.Mata pria itu memindai wajah Cloud. Tak bisa Nic pungkiri, paras istrinya itu begitu elok dan rupawan. Namun, Cloud bukan tipenya, wanita mandiri dan pembantah adalah tipe wanita yang paling dia benci."Papa dan mamamu sangat sayang padaku, menantu yang
Nic berubah menjadi sosok yang sedikit lebih perhatian, setelah dokter memastikan Cloud benar-benar sedang mengandung, tapi bukannya merasa bahagia, ini malah membuat Cloud merasa semakin tidak nyaman. Wanita itu tahu kalau Nic hanya takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan ke bayi di dalam kandungannya dan bukan dirinya.“Nyonya sedang hamil, jadi pastikan setiap pagi, siang, dan malam dia meminum vitaminnya.”Nic memberikan obat dari dokter kandungan ke Mbok Cicih yang membukakan pintu. Pembantu paruh baya yang sudah lama mengabdi di keluarganya itu pun mengangguk paham, lantas memandang Cloud yang terlihat lemas dan langsung naik ke lantai atas.Di rumah mewah itu Nic menyiapkan kamar lain untuk Cloud. Selama tiga bulan ini keduanya tidur terpisah. Nic juga memiliki kamar pribadi sendiri. Kamar utama hanya mereka gunakan untuk berjaga-jaga jika ada keluarga yang menginap di sana. Dan sial bagi Cloud karena Nic tidak mengizinkannya mengunci pintu kamar. Pernah sekali dia melakuka
Lima tahun kemudian suara musik riang gembira terdengar memenuhi aula sebuah sekolah internasional. Cloud sesekali melempar senyuman ke orangtua murid yang juga hadir untuk menyaksikan pentas seni anak mereka.[Kala, sebentar lagi tampil. Jangan kecewakan dia seperti yang kamu lakukan kemarin]Cloud duduk sambil menggenggam ponsel di tangan, dia baru saja mengirim pesan ke Nic, mengingatkan pria itu yang sudah berjanji untuk datang ke acara sekolah putra mereka.Cloud bertepuk tangan saat kelas putranya disebut oleh MC. Lagi dan lagi, sepertinya Cloud harus berbohong ke Kala, jika sampai Nic tidak datang ke acara sekolahnya."Kala! Hai!"Cloud tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah sang putra. Dia pikir bisa dengan mudah lepas dari Nic setelah Kala lahir. Namun, setiap kali Cloud ingin mengajukan perceraian, hal-hal tak terduga selalu terjadi dan selalu berakhir membuatnya mengurungkan niat.Kala terlihat paling tampan di antara teman-temannya. Bocah berumur empat tahun itu memil
Nic melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, pria itu bahkan tak peduli menerobos lampu merah untuk segera membawa Kala yang sudah tak sadarkan diri ke rumah sakit. Sementara di sampingnya, Cloud terus memeluk bocah malang itu, pipinya sudah basah akan air mata melihat Kala terkulai tak berdaya.“Mama mohon, Kala! Maafkan Mama!”Cloud benar-benar kacau, di dalam pikirannya dia takut hal yang buruk terjadi ke sang putra. Meski Kala terlahir bukan dari rasa cinta yang dia miliki ke sang suami, tetap saja dia adalah seorang ibu yang mengandung dan melahirkan anak itu.Beberapa menit kemudian mobil Nic berhenti tepat di depan IGD rumah sakit, pria itu mamarkirkan mobil serampangan, melepas sabuk pengaman dengan kasar lantas membuka pintu penumpang dan meraih Kala dari gendongan sang istri.Cloud sendiri bergegas mengejar masuk. Baru kali ini semenjak lima tahun yang lalu mereka terlihat kompak menjadi pasangan suami istri.“Dia baru saja makan pasta kacang merah, tiba-tiba sesak napas lal