Share

Istri Penebus Dosa
Istri Penebus Dosa
Penulis: Young Lady

Niat Baik Membawa Petaka

“Dia yang membunuh putriku!”

Seruan itu membuat Syera yang berdiri di ujung lorong rumah sakit tersentak. Kepalanya sontak terangkat dan menatap ke arah wanita paruh baya yang menatapnya dengan sorot bengis penuh kebencian.

Dalam sekejap, atensi semua orang yang berada di sekitar sana langsung beralih pada Syera. Melayangkan tatapan penuh permusuhan dan cemooh pada wanita itu. Di tempatnya berdiri, tubuh Syera gemetar hebat, bahkan keringat dingin mulai bercucuran dari pelipisnya.

“Mereka salah paham! Yang terjadi sebenarnya tidak seperti itu!” jerit Syera dalam hati.

Syera memaksakan kakinya bergerak mendekati beberapa orang yang berdiri di depan ruang IGD. Tanpa memedulikan tatapan tak bersahabat yang tertuju padanya. Wanita itu menghentikan langkah tepat di hadapan wanita paruh baya yang baru saja melontarkan kalimat mengerikan itu.

“Nyonya, tolong jangan sembarangan menuduh. Aku hanya menolong putri Anda. Aku tidak melakukan apa-apa. Bahkan, aku tidak tahu apa yang terjadi pada putri Anda sebelum aku datang,” jelas Syera pada wanita paruh baya yang merupakan ibu kandung dari wanita hamil yang ia tolong.

Syera tidak menyangka niat baiknya menolong seorang wanita hamil yang sekarat di pinggir jalan malah berakhir seperti ini. Alih-alih mendapat ucapan terima kasih atas pertolongan yang ia berikan, dirinya malah dituduh sebagai pembunuh.

Sekitar dua jam lalu, Syera yang baru pulang bekerja tak sengaja melihat seorang wanita bersimbah darah di pinggir jalan. Hati nuraninya terketuk dan langsung membawa wanita itu ke rumah sakit agar segera mendapat penanganan. Bahkan, Syera juga yang menghubungi pihak keluarga wanita sekarat itu melalui ponsel yang ia temukan dari tas milik wanita itu.

“Jangan menipu kami! Kamu pasti orang yang menabrak putri saya dan berpura-pura menjadi penolongnya supaya tidak disalahkan! Atau Jangan-jangan kamu mengharapkan imbalan juga?” tuduh wanita paruh baya itu tajam.

Manik mata Syera terbelalak. Wanita itu menggeleng tak percaya. “Aku tidak serendah itu! Aku tulus membantu putrimu, Nyonya. Setidaknya berteri—”

PLAK!

Tamparan sangat keras mendarat tepat di wajah Syera, berhasil membuat bibirnya mengatup rapat. Perih dan panas bercampur menjadi satu. Matanya yang berkaca-kaca menatap nanar ke arah sosok yang begitu tega memaki dan memperlakukan dirinya sangat kasar.

Tidak pernah ada yang memperlakukan Syera seperti ini sebelumnya. Bahkan, semarah apa pun kedua orang tuanya, mereka tidak pernah memaki apalagi sampai menamparnya. Dan sekarang dirinya malah diperlakukan sangat buruk oleh orang yang tak pernah ia kenal sama sekali.

“Aku tidak akan membiarkan kamu hidup tenang setelah apa yang kamu lakukan pada putriku! Kamu harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu! Kamu harus membusuk di penjara!” bentak wanita paruh baya itu. “Cepat bawa dia!” perintahnya pada bodyguard yang berdiri tak jauh dari sana.

Syera langsung meronta saat kedua lengannya dicekal oleh dua pria bertubuh kekar yang merupakan bodyguard keluarga kaya ini. “Lepaskan aku! Aku tidak bersalah!” seru wanita itu tanpa menghentikan gerakannya.

Begitu cekalan itu terlepas, Syera bergegas berlari menghampiri seorang lelaki yang sedari tadi hanya menatap kosong ke arah ruang IGD yang setengah terbuka. Kalau tidak salah, lelaki ini adalah suami dari wanita yang ia tolong.

“Tuan, tolong percaya padaku. Aku tidak menabrak istrimu. Niatku tulus hanya ingin menolongnya. Aku bisa menjelaskan—”

“Tutup mulutmu!” sahut lelaki bernama Aditama Ravindra itu dingin. Lelaki itu melirik Syera sekilas dengan sorot penuh kebencian, kemudian melengos dan menatap bodyguardnya. “Bawa perempuan ini pergi dari hadapanku sekarang juga!”

Lengan Syera kembali dicekal, kali ini jauh lebih kuat dibanding sebelumnya. Wanita itu terus berteriak, memohon untuk dilepaskan. Namun, dirinya malah diseret pergi dari sana tanpa belas kasihan sama sekali. Ada banyak orang yang ada di sana, tetapi tidak ada satu pun yang bersedia membantunya.

Syera dibawa ke sebuah ruangan yang terletak di ujung lorong rumah sakit. Kemudian, tubuhnya dihempaskan begitu saja di lantai yang dingin. Meskipun tubuhnya terasa remuk redam, wanita itu memaksakan diri kembali berdiri tegak.

Manik mata Syera berpendar menatap sekelilingnya. Ruangan tempatnya berada saat ini tidak terlalu besar dan tidak ada benda apa pun di sana selain sebuah meja di tengah-tengah ruangan. Entah ruangan apa ini dan untuk apa dirinya dibawa kemari.

Tak berselang lama, sosok Tama muncul dengan aura dingin yang menguat ke mana-mana. Dua pria bertubuh kekar yang tadi menyeret Syera menunduk hormat pada tuannya dan menyingkir di dekat pintu. Syera yang berdiri di sudut ruangan langsung menghampiri Tama tanpa memedulikan aura mengerikan yang terpancar dari lelaki itu.

“Tuan, aku benar-benar tidak tahu apa-apa tentang musibah yang menimpa istrimu. Tolong jangan asal menuduh atau aku akan melaporkan kalian semua ke polisi!” seru wanita itu dengan tatapan berkobar menahan amarah.

Syera tidak terima diperlakukan sangat buruk bahkan dituduh melakukan kejahatan yang tidak pernah dirinya lakukan. Ia tak ingin menyesali niat baiknya menolong istri dari lelaki di hadapannya ini. Bahkan, Syera juga rela menunggu berjam-jam karena iba. Namun, malah seperti ini balasan yang dirinya terima.

Ringisan pelan lolos dari bibir Syera saat Tama mencengkeram dagunya dan memaksanya mendongak. Wanita itu berusaha melepaskan cengkeraman di dagunya. Namun, Tama malah semakin mengeratkan cengkeraman itu. Tatapan keduanya saling beradu dengan tatapan yang menunjukkan amarah sangat kental.

Senyum senyum miring tersungging di bibir Tama. “Kamu pikir bisa melaporkan keluargaku ke kantor polisi?! Aku tidak akan pernah membiarkan kamu menyentuh apa lagi menyakiti keluargaku lagi!” bentak lelaki itu dengan suara menggelegar.

Tama melepaskan dagu Syera kasar, kemudian kembali melangkah mundur. Lelaki itu mendekati sebuah meja yang tersedia di tengah-tengah ruangan dan menyalakan sebuah laptop yang ada di atasnya. “Apa kamu masih bisa mengelak setelah melihat rekaman CCTV ini? Lihat sendiri! Sudah jelas kamu yang menabrak istriku!”

Syera terbelalak melihat rekaman CCTV yang Tama tunjukkan padanya. Wanita itu spontan melirik pakaian yang melekat di tubuhnya saat ini. Ekspresinya menjadi semakin tegang. Bagaimana bisa pakaian seseorang yang menabrak istri Tuan Aditama itu sama persis dengan pakaiannya. Bahkan, warna motor yang ada di dalam rekaman itu juga sama persis dengan miliknya.

Dalam rekaman CCTV tersebut terlihat seorang pengendara motor yang sangat mirip dengannya menabrak seorang wanita hamil yang sepertinya hendak menyebrang jalan. Setelah menabrak wanita hamil itu, sang pengendara motor langsung pergi begitu saja. Selang beberapa menit kemudian, Syera datang dan langsung membantu wanita itu.

Di tempatnya berdiri, Syera semakin memucat. Bukan dirinya yang menabrak istri Tuan Aditama itu. Namun, yang terlihat dari rekaman CCTV malah seolah-olah ia memang sang penabrak yang kembali dan berpura-pura menolong wanita itu.

“Tuan, ini pasti fitnah! Aku tidak menabrak istrimu. Aku tidak tahu kenapa orang yang menabrak istrimu sangat mirip denganku. Tolong percaya padaku, aku tidak berbohong!” Setelah rekaman CCTV tersebut berakhir, Syera langsung membela diri.

Tama mendengus sinis. Lelaki itu menutup kasar laptopnya, tanpa peduli jika perbuatannya dapat merusak benda itu. Ia kembali melangkah mendekati Syera hingga wanita itu terhimpit di antara dinding dan wajah sang lelaki yang hanya berjarak beberapa sentimeter darinya.

“Jika memang bukan kamu pelakunya, bagaimana kamu bisa menjelaskan kalung istriku di dalam tas milikmu?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status