Share

Malam Pertama

Author: Kafkaika
last update Huling Na-update: 2023-11-11 19:16:52

“Nanti malam pernikahan akan segera dilaksanakan, saya harap anda mempersiapkan diri dengan baik,” ucap Rahman–menyadarkan Ayesha dari lamunan.

Dia kemudian pamit undur menyisakan Ayesha terduduk dan termenung.

Dia baru sadar  bahwa dalam hitungan jam nanti dia akan segera menjadi istri pria itu.

Hatinya menjadi resah dan gelisah.

Mengapa tiba-tiba perasaannya menjadi kacau begini dan merasa tidak sanggup melakukan apa yang sudah mereka sepakati semalam?

Apakah dia siap menanggung segala resikonya?

****

Tanpa disadari, akad selesai dengan lancar tanpa ada pengulangan.

Tiba-tiba saja, Hilbram meminta waktu sebentar untuk berbicara dengan pria yang sudah menjadi wali Ayesha.

Dia harus memastikan bahwa pria yang tidak berperasaan ini tidak lagi memanfaatkan keadaan gadis yang kini sudah sah menjadi istrinya itu.

“Kau sudah mendapatkan yang kau mau, jadi kalau sampai aku mengetahui kau masih mencoba menganggunya lagi, kupastikan hidupmu akan menderita!” ancam Hilbram pada paman Ayesha yang bernama David itu.

Pria tua itu terkekeh. “Oh, jangan kuatir keponakanku. Apa yang terjadi kemarin hanyalah kesalahan saja. Murni dulunya tetangga kami. Jadi ketika tidak mendapatiku, dia langsung membawa Ayesha sebagai jaminan hutang-hutangku.”

David tampak berbaik-baik pada pria kaya raya yang sekarang menjadi suami keponakannya itu.

Dia sungguh sangat senang. Nanti kalau dia butuh apapun, tidak akan kesulitan lagi ke mana mencari pinjaman uang, kan?

Namun, pemikirannya itu terpatahkan oleh ucapan Hilbram selanjutnya. “Aku sudah memberimu lebih dari yang kau butuhkan. Jadi jangan temui Ayesha lagi untuk alasan apapun.”

David jelas hendak protes, tetapi Hilbram sudah kembali bicara, “Jangan beralasan bahwa Ayesha  adalah keponakanmu, lalu kau bisa datang sesuka hati untuk memanfaatkannya lagi. Kau tidak pantas disebut seorang paman!”

“Haha, kau takut aku datang dan meminta uang?” tanya David yang sudah tersinggung. Dia pria yang temperamen dan mudah tersulut emosi.

“Jangan sombong! Tanpa aku, kau dan keponakanku itu tidak akan bisa menikah. Dan harus kau tahu, sejak dulu Ayesha sudah banyak yang mengincar. Kau tahu Gilga Andreas pengusaha yang memiliki banyak hotel megah itu? Dia tergila-gila pada Ayesha dan bersedia mengeluarkan banyak uang jika keponakanku itu mau menikah dengannya. Hanya saja aku tidak mau terlalu memaksa Ayesha.” ucapnya lagi dengan pongah.

Dia tak menyadari bahwa Hilbram sudah mengepalkan tangannya menahan emosi.

“Rahman!” Hilbram memanggil sang asisten, hingga pria itu pun muncul.

Dia tentu juga mendengar perbincangan antara tuannya dan paman sang nyonya.

“Baik, ada yang bisa saya bantu?” tukas Rahman.

“Kau dengar sendiri tadi? Pria ini sepertinya tidak mau menerima pemberian kita yang tidak seberapa baginya itu!”

Hilbram sedikit muak dengan sikap David, apalagi membandingkannya dengan Gilga Andreas.

Pria itu adalah teman sekampus dengannya di Oxford university. Namun sepertinya, aura persaingan diantara keduanya sangat ketara sejak jaman di perkuliahan hingga di dunia bisnis.

 Jika David tiba-tiba menyebutnya dan membandingkannya, Hilbram jelas tak nyaman.

“Baik, kalau begitu akan saya tarik ulang transferan ke rekening Anda!” ucap Rahman yang juga tidak suka basa-basi.

Toh, David mau menolak pemberian Hilbram juga tidak jadi soal.

Mendengar itu, David panik. “Eh, maksudku bukan begitu, keponakanku!” Tiba-tiba ia mengubah sikapnya. “Tadi, aku hanya tidak terima kau melarangku menemui keponakanku. Aku ini pamannya, lho! Bagaimana nanti kalau keponakanku itu merindukanku?” 

Hilbram mendengus kesal sambil tersenyum miring.

Tanpa melirik pria yang memuakkan itu, dia berlalu pergi kembali ke tempat acara.

Dibiarkannya Rahman yang mengurusnya.

Prosesi pernikahannya belum selesai.

Meski sudah sah secara agama, dia dan Ayesha belum menandatangani akta nikah.

Yang jelas, Hilbram tidak akan membiarkan Ayesha menemui pria yang sudah dengan kejam menjualnya ke tempat pelacuran itu.

Mana ada seorang paman yang tega menjual keponakannya demi hutang-hutangnya? Keparat sekali dia!

***

Di sisi lain, Ayesha menautkan jari-jemarinya erat.

Detak jantungnya pun memburu dengan cepat.

Ayesha tidak tahu apa yang terjadi di luar sana.

Barulah saat Momo bersama seseorang masuk menghampirinya, dia sedikit tenang.

“Nyonya, anda sudah dipersilahkan keluar!” tukas Momo menenangkan,“Selamat, Nyonya! Acara ijab qobulnya sudah terlaksana dengan lancar dan cepat.”

“Oh, sudah akad?” Ayesha terkejut. Dia mengira saat  pengucapan akad itu dirinya dihadirkan di sana. Ternyata tidak.

Walau begitu, dia tahu, dalam agama hal itu sudah dianggap sah.

“Benar, mari saya rapikan kerudungnya. Nyonya harus segera keluar untuk menanda tangani akta nikah!” ucap seorang wanita yang datang bersama Momo membantu Ayesha merapikan dirinya. Mereka kemudian mendampingi Ayesha keluar kamar.

Tatapannya mengedar ke seluruh ruangan mencari keberadaan biang keladi dia harus menghadapi pernikahan ini.

‘Tapi di mana dia?’ batin Ayesha yang masih sangat kesal.

Ingin sekali dia protes pada adik ayahnya itu. Mengapa sebegitu tega membuatnya mengalami hal ini?

“Duduklah! Pamanmu buru-buru ke bandara tadi,” ucap Hilbram sudah bisa menebak apa yang dipikirkan Ayesha.

Ketika tangan itu memegang pena untuk membubuhkan tanda tangannya di atas surat akta nikah, perasaannya kembali terbawa.

Tidak menyangka saja bahwa hari ini dia menyandingkan tanda tangannya dengan pria yang bahkan baru ditemuinya dalam beberapa hari ini. Hilbram Yusuf.

“Selamat, Tuan dan Nyonya Hilbram Yusuf! Semoga pernikahannya langgeng sakinah mawaddah warohmah!” ucap petugas pencatat nikah itu. Setelahnya masih memberikan beberapa petuah tentang sebuah komitmen pernikahan.

Hilbram memasangkan cincin nikah di jari Ayesha, lalu dengan canggung Ayesha mencium tangan Hilbram.

Setelahnya, Hilbram pun meletakan tangannya di kepala Ayesha dan berdoa seperti yang disampaikan seorang ustad yang mendampingi mereka.

Terakhir, dia mencium kening gadis itu dan memeluknya.

Semua berjalan dengan cepat, hingga tau-tau dia sudah kembali ke kamar!

Momo menyodorkan beberapa gaun malam pada Ayesha yang masih terbengong.

Cemas dan memikirkan hari-hari setelah menjadi istri pria itu.

Pintu terbuka dan Ayesha menjadi membeku.

Dia yang sedang duduk di atas tempat tidur sambil memikirkan banyak hal menjadi tegang melihat pria itu masuk lalu menutup pintunya.

Deg!

Apa malam ini mereka akan tidur bersama?

“Kau belum mengganti bajumu?” ucap pria itu dengan suara yang berat membuat Ayesha seketika meremang.

"Aku..."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nurisa Risa
bagaimana cara membuka bab slanjut a
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Hadiah Spesial

    “Selamat ulang tahun, Sayang!” bisik Hilbram di telinga Ayesha yang semalaman terlelap manja dalam dekapannya itu. Mata itu terbuka perlahan. Melihat suaminya sudah nampak berseri dia hanya menunduk malu. Rona pipinya jadi kemerahan. “Kenapa? Kau tidak suka hadiahku semalam?” Hilbram mengelus pipi yang kemerahan itu. “Hadiah yang mana?” Otak Ayesha sudah blank saja sepagi ini. “Hmm?” Hilbram menatapnya heran, apa sudah lupa hadiah yang diberikannya? Apa maksud Ayesha menanyakan hadiah yang mana? Hilbram jadi menahan senyumnya. “O-oh, suka, kok, Mas. Terima kasih!” dengan cepat Ayesha menjawab. Dia akan bertambah malu kalau saja sampai ketahuan memikirkan hadiah satunya lagi. Mudah-mudahan Hilbram tidak memahami maksudnya. “Terima kasihnya untuk hadiah yang mana?” Hilbram malah menggodanya. Ayesha mencebik sebal dan membuat Hilbram terkekeh. Apa pria ini benar-benar ingin membuatnya malu habis? “Benar ‘kan kata orang, setelah mengalami pertengkaran dan masalah, membuat hubung

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Memohon Pengertian

    Saat Hilbram meraih jemari itu dan menciuminya, Ayesha baru tersadar seharusnya menarik tangannya dari suaminya itu. Dia masih bingung dengan dirinya sendiri, sementara Hilbram terus berusaha memepetnya.“Sebelum meninggal, Kakek benar-benar memohon padaku agar menjaga dan menyelamatkan anak-anaknya. Aku terlibat janji yang tidak bisa aku ingkari—pada pria yang sudah memberikan hidup dan segalanya padaku. Aku harap kau bisa memakluminya, Sha. Setelah ini aku janji hidup dan matiku hanya tentangmu dan anak-anak kita,” ucap Hilbram berharap Ayesha memberinya sedikit pengertiannya.Kata-kata yang ditandaskan Hilbram semakin membuat Ayesha merasa begitu egois. Dia gelisah namun tidak lagi bisa berkutik dengan banyak alasan lagi untuk menghindar.“Kau sudah berjanji untuk tidak meninggalkanku, Sayang. Aku harap kau mengingatnya dengan baik.”Hilbram sungguh tidak sabar dengan keadaan yang bertele-tele ini. Dia mereng

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Deep Talk

    “Aku baru tahu kalau sering berhubungan bisa membuat persalinan lancar.” Hilbram sepertinya sengaja mengulas perkataan dokter tadi saat mereka sudah di jalan pulang. Ayesha memang pernah membaca hal seperti itu, tapi tidak menyangka kalau dokter tadi menyarankannya begitu. Mana belum-belum dia sudah bilang janji, lagi, akan melakukan saran dokternya. “Itu kalau tidak sungsang, kalau sungsang percuma juga melakukannya!” Ayesha sedikit sebal karena pria ini seolah tampak bersemangat setelah mendengar hal itu. Pasti di kepalanya yang mesum itu sudah membayangkan tidur bersamanya. “Sepertinya kau keberatan kalau lahiran normal? Tidak apa juga sih, kita bisa pindah ke kota untuk proses persalinanmu.” “Enggak begitu, aku justru mau lahiran normal. Adam dulu lahir normal, kalau bisa adiknya juga harusnya lahir normal. Lagian, lahir dengan alami akan baik juga bagi kesehatan bayinya.” Sebenarnya Ayesha menyembunyikan kenyataan kalau dirinya takut jika membayangkan tubuhnya dibedah. Tidak

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Saran Dokter

    Kata-kata Ayesha seperti panah yang menancap tepat di jantung Hilbram. Pria ini sudah dikubangi perasaan yang bersalah sepanjang waktu. Terisak tanpa suara dan menangis tanpa air mata. Menyesap luka-luka batinnya seorang diri. Dan kini, mendengar langsung kekecewaan sang istri, perasaanya laksana kertas yang diremas-remas hingga meski di luruskan lagi bekas itu tetaplah sulit dilenyapkan.Matanya memerah dan dia hanya bisa menunduk sedih. Ingin sekali dia bersimpuh di kaki Ayesha dan bersujud padanya agar wanita itu tahu, dia sungguh merasa bersalah. Hatinya remuk mendengarnya mengalami semua ini.Namun wanita itu sudah bangkit dan terburu meninggalkannya. Sepertinya, Ayesha masih sangat terluka. Hilbram jadi sedih dan cemas menatap pintu kamar itu. Apakah istrinya di dalam sana sedang menangis?Dia jadi merasa kehadirannya sangat tidak ada gunanya.Ayesha berusaha mengontrol dirinya. Dihelanya napas panjang kemudian dia mulai se

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Jadi Gugup

    Mbok Sri masuk untuk mengambilkan minyak dengan aroma eucaliptus. Dia mengatakan Ayesha menyukai aroma itu karena membuatnya merasa tenang dan nyaman.Hilbram mengambil botol minyak itu dan bergegas hendak ke kamar Ayesha. Namun Mbok Sri yang suka bertutur itu merasa harus memberitahunya dulu. “Habis mijit di kaki, biasanya Mbak Ayesha minta diolesi di perutnya. Soalnya kadang suka terasa gatal kalau tidak diolesi minyak,” Mbok Sri memberitahu apa adanya. Mereka suami istri, jadi sekalian agar Hilbram tahu kebiasaan istrinya itu.“Oh, baik, Mbok!”“Tapi ingat, Mas. Tidak boleh dipijit perutnya, hanya di olesi dengan lembut.” Perempuan itu mengingatkan, siapa tahu Hilbram tidak paham bahwa wanita hamil tidak boleh dipijit di bagian perutnya.“Iya, terima kasih atas penjelasannya, Mbok.”“Kalau begitu saya suapi Den Adam dulu ya, Mas. Sekalian mau bilang, ha

  • Istri Penebus Utang Kesayangan Pewaris   Minta Dipijit

    Adam terlihat senang sekali melihat kambing yang diikat di halaman samping rumah. Anak kecil itu menyodorkan rumput pada moncong kambing itu, yang kemudian segera dilahap kambingnya.Hal seperti itu saja sudah membuat Adam tertawa senang dan heboh sekali. Dia terlihat sangat bahagia apalagi sang papa sudah ada di dekatnya.“Papa, mana Pus?” Adam tiba-tiba menghampiri Hilbram karena teringat kucingnya.Saat pergi bersama kakeknya naik kereta mengelilingi kota Zermatt waktu itu, Adam membawa serta kucingnya. Sayangnya, dia harus meninggalkannya di stasiun Kota Visp ketika terjadi pengejaran. Tidak di sangka, Adam mengingat kucingnya itu lagi. “Oh, nanti kita cari pus lagi, ya?” jawab Hilbram lembut.Hilbram mengangkat Adam dan mendudukannya di pangkuan. Dia rindu sekali dengan putranya itu. diciuminya Adam dan sedikit bercanda dengannya.Bocah itu sudah banyak bicara sekarang. Padahal baru 4 bulan mer

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status