Bab: 82 "Nayra, kamu sudah pulang nak?" tanya Alvaro yang melihat putrinya berdiri diambang pintu dengan raut wajah yang terkejut. "Wah, putri papa juga udah pulang, masuk nak, silahkan duduk disini," ujar papa kim yang menganggap jika ini seperti rumahnya sendiri. "Pa, ini rumahnya," bisik Arsen yang membuat papa kim tertawa kecil. Sedangkan Alvaro hanya melirik kelakuan sahabatnya itu. Nayra mengangguk dan berjalan menuju sofa ruang tamu, lalu duduk di dekat sang Daddy. "Dad, ini ada apa?" tanya Nayra untuk memastikan kembali pendengarannya. "Nak, ini teman lama Daddy, dan ini putranya. Daddy yakin kamu pasti sudah mengenalinya." "Arsen, silahkan sampaikan niat baik kamu dihadapan putri saya,"ujar Alvaro. "Baik om." "Nayra, saya mungkin tidak tahu perasaan kamu ke saya seperti apa, namun tujuan saya datang kesini ingin menemui orang tuamu dan menyampaikan niat baik saya, yaitu saya datang untuk melamar kamu dan meminta kepadanya agar saya dapat melamar kamu un
Bab 1 Suasana di rumah Tante Eliza tampak begitu megah dan mewah. Hari ini adalah hari yang spesial, pernikahan Bella, sepupu Laura, akan segera dilangsungkan.Laura menatap Bella dengan kagum, lalu tersenyum lembut."Masya Allah, Bella, kamu cantik sekali hari ini. Semoga pernikahanmu lancar dan langgeng sampai jannah," ucapnya dengan tulus.Namun, berbeda dengan Laura yang tampak antusias, Bella justru memasang ekspresi gelisah. Ia menghela napas kasar, lalu menatap sepupunya dengan mata berkaca-kaca."Laura, sepertinya aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini," bisiknya dengan suara bergetar.Laura terkejut. Ia menatap Bella penuh kebingungan."Apa yang kamu katakan, Bella? Jangan main-main dengan pernikahan!" tegurnya.Bella semakin panik. Ia menggenggam tangan Laura erat-erat."Aku tidak mencintainya, Laura! Mama memaksaku menikah dengan Alvaro. Aku mohon, bantu aku menggagalkan pernikahan ini. Aku ingin pergi dari sini!" desaknya dengan putus asa.Laura menggeleng, mencoba men
Bab 2 Suasana dikediaman Eliza yang merupakan Tante dari Laura Arsyilla seketika berubah menjadi tegang. Hawa memanas seakan menyelimuti di ruangan tersebut. Mendengar permintaan sang tante, seakan bahu Laura ikut meluruh, ia tidak bisa menerima permintaan yang cukup sulit untuk dipenuhi olehnya. Eliza bersimpuh dan memohon dihadapan Laura. Segera saja Laura mencegah Eliza agar tidak bersujud dan bersimpuh seperti itu dihadapannya, terutama dihadapan semua orang. "Tante mohon Laura, Terimalah pernikahan ini, keselamatan karir Bella ada pada mereka, kamu sendiri mendengarkannya bukan? bagaimana keinginan mereka untuk mencari pengantin pengganti untuk putranya saat ini! Harapan tante cuma kamu satu-satunya, Laura!" ucap Eliza memohon dan menangis dihadapan Laura. Sesaat, Laura tampak berpikir, Bella hanya mempunyai seorang adik lelaki dan juga seorang adik perempuan yang masih duduk di bangku SMP, sangat tidak mungkin bagi Laura mengusulkan pernikahan tersebut untuk anak yang ma
Bab 3 Dag dig dugDetak jantung Laura semakin berdetak kencang dan tak karuan. Alvaro menatap gadis cantik yang menundukkan kepalanya sambil memilinkan ujung hijabnya itu. Kiki semakin merasakan kecemasan yang mendalam, takut ia salah dalam hal ini, namun diluar dugaan. Alvaro langsung saja menarik tangan Laura dengan penuh kelembutan. "Ikut saya," pinta Alvaro yang membawa Laura masuk ke kamar. kiki menghela nafas lega dan mengelus dadanya, Kiki tampak tersenyum malu-malu. "udah gak sabar ya pak?" tanya Kiki dengan sedikit tengil. Cetakk'Awww' pekik Kiki mengusap jidatnyaAlvaro menyentil jidat Kiki karena merasa geram dengan bocah berusia 18 tahun yang menjadi asisten rumah tangganya. "Apaan ki?" tanya Alvaro "Itu loh pak, anu.. apa ya." jawab kiki yang kebingungan ingin melanjutkan perkataannya. "Anak kecil jangan mikir yang macam-macam, lakukan tugas mu dengan baik," ucap Alvaro "Ba-baik pak Al," ucapnya sedikit takut melihat tatapan tajam Alvaro. "Kamu boleh
Bab 4 Pagi hari, matahari tampak malu-malu menampilkan dirinya yang berselimuti awan. Perlahan, cahaya nya mulai memantulkan bayangan yang sempurna dipagi hari. sementara itu, selesai melaksanakan sholat subuh, Laura ingin membereskan dan mulai melakukan aktivitas Bersih-bersih rumah. Rasanya, tidak mungkin bagi Laura tinggal dirumah ini tanpa melakukan aktivitas sama sekali. Meskipun Alvaro telah menetapkan asisten rumah tangga untuk membantu pekerjaan rumah.Setelah berpikir sejenak, Laura memutuskan untuk membantu Kiki beres-beres rumah dari pada berdiam diri tanpa melakukan aktivitas apapun. "Bu bos ngapain? bu bos mah mending diem aja duduk manis disitu, biarkan urusan pekerjaan rumah, kiki yang urus. Ok, Bu bos ku yang cantik," ucap kiki sambil tersenyum menampilkan jejeran giginya. "Tapi—" ucapan Laura terpotong "Tidak ada tapi-tapian bu bos, biar kiki si yang paling cantik jelita nan mempesona ini yang akan membereskan pekerjaan rumah," ucap kiki yang kemudian men
Bab 5 Mobil mewah berjenis Alphard putih berhenti tepat di sebuah perusahaan yang bergerak dibidang properti, "Ayo, sayang" ajak Melisa merangkul pundak Laura, sedangkan yoga berjalan dibelakang mereka. Laura menatap takjub gedung yang berdiri megah dihadapannya ini, yang bertuliskan "AL company" "Ini perusahaan siapa, Ma?" tanya Laura yang belum mengetahui sama sekali. Melisa tersenyum lembut, "Nanti kamu bakal tau sayang. Ayo, kita masuk," Melisa mengajak menantu kesayangannya. Laura sedikit canggung dengan situasi seperti ini, untuk pertama kalinya ia memasuki perusahaan sebesar ini, sebelumnya Laura adalah seseorang yang begitu tertutup, setelah lulus dari SMA Laura tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan. Laura yang merupakan sibungsu dari kedua bersaudara, tepat di hari kelulusan SMA, ayah dari Laura meninggal dunia. selama ini Laura hanya menemani sang mama dirumah. Untuk penghasilan sehari-hari, Laura h
Bab: 6 "Ka-kamu," katanya dengan gugup "Turun," ucapnya dengan ekspresi datar. Laura yang merasa malu, langsung saja mengangguk dan turun dari mobil. "Akhirnya, kita sampai juga." Ucap Melisa. Melisa langsung saja merangkul pundak menantunya itu, meskipun Laura masih merasa canggung dengan sang mama mertuanya. "Ayo, kita masuk ke villa." ucap Melisa. Baru saja Alvaro melangkahkan kaki, tiba-tiba saja ponselnya berdering, segera Alvaro meraih ponselnya di saku celana dan langsung menggeser icon hijau dilayar ponselnya. Sedangkan Laura, Melisa, dan Prayoga langsung saja masuk ke villa miliknya yang berada di puncak. Melisa mengajak Laura mengobrol agar Laura tidak merasa canggung dengannya. Meskipun Melisa mengobrol dengan Laura, namun rencana telah tersusun dan terancang rapi di kepalanya. Tidak lama kemudian Alvaro masuk ke villa menghampiri mereka yang sedang menunggu dirinya di villa sambil mengobrol ringan. "Anak lelaki tampan mama sudah datang, kalau begit
Bab: 7 Laura duduk di tepi ranjangnya, ia mulai mengalihkan edaran pandangannya pada Alvaro, pria itu terlihat begitu sibuk di depan laptopnya, padahal mereka sedang berada di puncak, bisa-bisanya Alvaro masih menyelesaikan tugasnya yang di kantor. Laura yang merasa bosan, tidak sengaja mengamati sisi samping wajah Alvaro yang sedang berkutat dengan laptop, Laura akui wajah Alvaro begitu terpatri sempurna. hidungnya yang mancung, memiliki rahang yang tegas, manik mata kecoklatan, kulit sawo matang, pria bertubuh tinggi dan tegap itu benar-benar mencerminkan seorang pria dewasa yang gentleman. Tiba-tiba saja netra mereka saling bersobok, kedua insan itu lantas saling membuang muka sedetik setelahnya. "Shit!" umpat Alvaro tiba-tiba, namun matanya masih menatap layar laptopnya. Laura wanita berhijab itu mengeryit mendengar ucapan Alvaro yang jauh dari kata sopan, ia sedikit tersinggung dengan kata-kata itu. Laura lantas mengerucutkan bibirnya. "Sangat tidak ramah, bintang satu
Bab: 82 "Nayra, kamu sudah pulang nak?" tanya Alvaro yang melihat putrinya berdiri diambang pintu dengan raut wajah yang terkejut. "Wah, putri papa juga udah pulang, masuk nak, silahkan duduk disini," ujar papa kim yang menganggap jika ini seperti rumahnya sendiri. "Pa, ini rumahnya," bisik Arsen yang membuat papa kim tertawa kecil. Sedangkan Alvaro hanya melirik kelakuan sahabatnya itu. Nayra mengangguk dan berjalan menuju sofa ruang tamu, lalu duduk di dekat sang Daddy. "Dad, ini ada apa?" tanya Nayra untuk memastikan kembali pendengarannya. "Nak, ini teman lama Daddy, dan ini putranya. Daddy yakin kamu pasti sudah mengenalinya." "Arsen, silahkan sampaikan niat baik kamu dihadapan putri saya,"ujar Alvaro. "Baik om." "Nayra, saya mungkin tidak tahu perasaan kamu ke saya seperti apa, namun tujuan saya datang kesini ingin menemui orang tuamu dan menyampaikan niat baik saya, yaitu saya datang untuk melamar kamu dan meminta kepadanya agar saya dapat melamar kamu un
Bab: 81 "Maksudnya kamu ingin melamar ku?" tanya Nayra dengan melebarkan bola matanya karena merasa kaget. "Jika kamu mau tentu saja aku akan melamarnya," ucap Arsen dengan santai. Nayra tampak bingung dengan kalimat Arsen, sedangkan papa kim mengulum senyumnya. "Tunggu, kamu mau datang kerumah orang tuaku untuk apa?" tanya Nayra. "Begini nak, saya dan papa kamu itu teman masa kuliah, dan saya ingin bertemu dengan teman lama saya ini, sekaligus ingin memperkenalkan putra papa ini ke Daddy kamu," ujar papa kim. Seketika Nayra tersenyum kikuk, "Hehe iya om, eh pa. Boleh kok, Aku baru tahu kalau papa kim teman Daddy," ujar Nayra yang seketika merasa canggung. Arsen terkekeh kecil, membuat Nayra semakin kesal dengan raut yang masam. Kenapa? pasti kamu mikirnya aku mau ngelamar kamu ya? kalau kamu mau.. ayoo aku nggak masalah kok," goda Arsen. Pipi Nayra bersemu merah karena merasa malu di goda seperti itu oleh Arsen secara terang-terangan di hadapan papa kim. Juga me
Bab: 80 Beberapa hari telah berlalu... Kini Alvaro, Laura, Nayra dan Zacky telah kembali ke Indonesia setelah berlibur beberapa hari ke Maldives. Pagi ini Nayra dan Zacky tampak bermalas-malasan di tempat tidur, hari ini mereka berencana akan menghabiskan waktu panjangnya dirumah dan beristirahat penuh setelah menempuh perjalanan panjang dari liburan keluarga. Drrttt drttt drttt Tiba-tiba ponsel Nayra bergetar pertanda ada yang menelpon, mau tidak mau, Nayra terpaksa melihat ke layar ponsel, siapa yang telah mengganggu dan menelponnya di pagi hari. "Ck, ternyata dia, ada apasih pagi-pagi udah nelpon aja," gumam Nayra sambil mengucek kedua matanya. "Angkat aja kali ya, mungkin ada perlu," batinnya. "Ya, halo, ada apa?" tanyanya to the point. "Assalamu'alaikum," ucap Arsen di seberang telpon. Sejenak Nayra terdiam, lalu bibir ranumnya menyunggingkan senyuman tipis. "Wa'alaikumsalam," ucapnya merasa malu karena ia lupa mengucapkan salam. "Ada apa ya?" tanya
Bab: 79 Pagi hari di Maldives merupakan hari yang cerah. Langit biru menyelimuti pulau dengan awan-awan putih yang mengambang bagaikan permen kapas. Sinar matahari yang hangat menyinari Maldives dan membuat pemandangan di sekitar pantai terlihat semakin indah. Burung-burung camar beterbangan ke sana ke mari mencari ikan-ikan kecil untuk di mangsa. Sementara itu, penduduk setempat mulai sibuk dengan aktivitas masing-masing. Karena Maldives merupakan pulau yang terletak di daerah pantai, maka sebagian warga setempat bermata pencaharian sebagai nelayan. Banyak pula yang membangun bisnis resort dan restoran mewah yang menyajikan nuansa klasik budaya setempat. Aroma ikan panggang telah tercium di pagi hari yang Indah ini. Para pelayan hotel mewah yang ditempati mereka selama berlibur di Maldives sudah sibuk sejak pagi tadi. Mereka mempersiapkan sarapan pagi penghuni hotel serta fasilitas lain yang disewakan seperti paket perjalanan wisata di daerah setempat. Nayra, Zacky, Alvaro
Bab: 78 Setelah puas bermain basah-basahan di laut, mereka akhirnya keluar dari air. Laura dan Alvaro bergandengan tangan seperti sebelumnya dan berjalan menyusuri bibir pantai dengan tubuh yang basah kuyup. "Aku ingin melihat sunset," pinta Nayra tiba-tiba. Zacky mendongak menatap langit. Seberkas cahaya jingga mulai mewarnai garis pantai. "Baiklah, sepertinya disana kelihatan bagus kak," ucap Zacky. "Yup! ayo dek." Nayra mengerem langkahnya sesaat kemudian mencari tempat yang tepat untuk menikmati sunset bersama sang adik dan juga kedua orang tuanya. Ia menemukan sebuah batu karang raksasa yang menyembul di pinggir pantai. Ia pun menarik pergelangan tangan zacky dengan antusias supaya ikut bersamanya dan memanjat batu karang itu untuk duduk di atasnya. "Come here adikku," ucap Nayra sambil menepuk tempat kosong di sebelahnya. Laura dan Alvaro tidak ingin duduk di batu karang itu, mereka justru mengambil tempat di belakang kedua anaknya. Alvaro menempelkan punggu
Bab: 77 Keesokan harinya. Alvaro, Laura, Nayra dan Zacky, akan melakukan penerbangan menggunakan privat class. Dengan perasaan yang antusias semangat yang luar biasa, mereka liburan bareng keluarga, Oma dan opanya tentu saja tidak ikut, berhubung mereka sudah tua dan tidak sanggup lagi melakukan perjalanan jauh karena faktor usia. Saat ini tujuan tempat liburannya adalah Maladewa, atau lebih di kenal dengan Maldives, tempat ini sangat di kenal sebagai surga dunia bagi para wisatawan, keindahannya benar-benar menakjubkan. Perjalanan ini tidaklah memakan waktu sebentar, kurang lebih selama sebelas jam mereka melintasi langit biru hingga langit berganti. Sesampainya ketempat tujuan, Ternyata Zacky telah mempersiapkan semuanya dengan baik. Entah sejak kapan Zacky mempersiapkan semuanya secara matang. Mobil jemputan mereka membawanya menuju resort yang terletak di tengah-tengah perairan biru kehijauan, pasir putih bercahaya, matahari terbenam yang berwarna-warni dan menjadikan
Bab: 76 "Daddy, umma. Bagaimana jika kita liburan bersama?" Celetuk Nayra. "Ide yang bagus kak," sahut Zacky dengan antusias. "Gimana ya? mau nggak ya?" kata Laura seolah-olah sedang memikirkan ajarkan Nayra. "Umma, plis mau ya. Nayra ingin refreshing sejenak bareng keluarga setelah banyak menangani pasien," rengek Nayra. "Kali ini Zacky setuju dengan kakak umma, Zacky juga ingin refreshing dari lelahnya bekerja," ucapnya dengan semangat empat lima. Alvaro langsung merangkul pinggang Laura, meskipun usia mereka tidak lagi muda, namun cukup membuat kedua anaknya baperan melihat pasutri setia dan saling mencintai itu. "Daddy dan umma sudah tentu mau honeymoon dan menghabiskan waktu berdua, kalian sendiri gimana? cari pasangan dong, biar bisa seperti Daddy dan umma," ucap Alvaro. "Dad, ingat umur ya," ucap Zacky sambil melihat ke lain arah. "Tau ni Daddy, udah berumur masih aja ingat bulan madu," Seketika tawa Alvaro meledak. "Nayra, Zacky, ingat ya. Cinta Daddy
Bab: 75 "Ajarkan aku Islam." Deg! Nayra tersentak kaget ketika mendengar ucapan Arsen. Segera Nayra membalikkan badannya dan menghadap ke arah pria tampan dengan ekspresi yang cukup serius. "Apa aku tidak salah dengar?" tanya Nayra dengan raut wajah serius sekaligus merasa tak percaya dengan kalimat yang baru saja ia dengarkan. Nayra menatap tegas Pria di hadapannya ini, pertanda hal ini bukanlah perkara main-main. "Apakah kamu yakin?" tanyanya serius. "Aku yakin, dan aku sudah memikirkannya matang-matang." "Atas dasar apa kamu ingin melakukannya? Apakah kamu mencintai seseorang yang berbeda keyakinan denganmu? sehingga kamu melakukan ini agar kalian dapat bersama?" Arsen terdiam, "Tidak, tapi aku sudah yakin dengan pilihanku, dan aku sudah mempelajari tentang Islam sejak satu bulan yang lalu," ujarnya dengan serius. Seketika Nayra menghela nafas lega, kemudian dia tersenyum kepada Arsen, sangat cantik membuat Arsen seolah terhipnotis oleh kecantikan Nayra.
Bab: 74 "Mereka tinggal di tempatnya masing-masing, karena burung milik langit, ikan milik lautan. Mereka bisa saling menatap, tapi tidak bisa bersama. Cinta bukanlah keajaiban ia tunduk pada hukum alam, jika burung memaksa menyelam, ia akan tenggelam. Jika ikan mencoba terbang, ia akan jatuh dan mati. Cinta harus punya tempat, burung butuh udara, ikan butuh air. Dan tidak semua yang jatuh cinta di takdirkan untuk bersatu," Gumam Arsen sambil memikirkan kata-kata Nayra dan juga pertanyaan dari Zacky tadi. "Maknanya begitu dalam," lirihnya. Arsen tampak berpikir keras, ia mondar mandir dan meraih ponselnya sambil membaca beberapa artikel yang telah ia pelajari dalam satu bulan belakangan ini. "Tidak mungkin untuk bersatu bukan berarti mustahil untuk tidak bisa bersama," gumamnya lagi. "Arsen," panggil seseorang yang suaranya begitu familiar di pendengaran Arsen. "Papa," lirihnya. Papa kim langsung duduk di sofa yang tersedia di ruangan sang putra. "Tumben papa ke