“Fir, jadwalku apa saja hari ini?” tanya Alif pagi itu.
Hari ini Alif sedikit terlambat datang ke kantor. Ia bangun kesiangan dan tidak menduga jika Dira tidak membangunkannya. Bisa jadi Dira masih marah dengan sikapnya saat di launching gedung kemarin.
Alhasil, dia tidak sempat sarapan pagi dan sedikit uring-uringan begitu tahu ada jadwalnya yang tertinggal.
“Sedikit padat, Pak. Tadi Bapak sudah melewatkan meeting pagi, tapi sudah dihandel oleh Pak Rizky.”
“Ini hasil meeting pagi, Pak. Saya belum sempat email ke Bapak.”
Alif hanya manggut-manggut sambil membaca berkas yang baru diberikan Firman.
“Oh ya, tadi Bu Maura memberi kabar jika hari ini harus balik ke kantor pusat. Katanya sudah pamit ke Bapak.”
Alif mengangguk lagi. “Iya, dia sudah pamitan semalam.”
Alif juga sudah membaca pesan dari Maura. Sepertinya Maura harus berangkat pagi saat dia belum terbangun tadi.<
“Bapak juga bilang Ibu gak boleh terlambat makan. Jadi mulai hari ini saya yang akan mengingatkan.”Linda kembali menambahkan kalimatnya. Dira hanya diam, menatap Linda dengan tatapan tak percaya.Tanpa Dira ketahui, Alif memang menelepon Linda semalam dan meminta dia melakukan hal itu. Inginnya Alif mengurungkan perintahnya ke Linda esok paginya, tapi dia juga tidak mau dianggap asisten Dira sebagai orang yang plinplan.“Ternyata Pak Alif perhatian banget ke Ibu, ya?”Dira tidak menjawab, hanya tersenyum meringis sambil menganggukkan kepala. Andai saja Linda tahu semua sikap manis suaminya selama ini hanya sandiwara dan mempunyai tujuan tertentu.“Terima kasih, Lin. Kamu boleh kembali ke tempatmu.”Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya Dira bersuara. Ia risih melihat tatapan asistennya seolah ia wanita paling beruntung di bumi ini karena menjadi istri Alif.Linda mengangguk kemudian segera undur
“MAS ALIF!!!”Pagi itu suara Dira sudah memenuhi atmosfer kamar berukuran 4x6 di lantai dua sebuah rumah mewah.Alif yang sedang terlelap langsung terjaga. Perlahan ia membuka mata, meski masih samar ia bisa melihat wajah Dira dengan mata membola dan rona merah padam menatap ke arahnya.“LEPASIN!!!”Kembali suara wanita cantik itu terdengar di telinga Alif. Kesadaran Alif yang belum seratus persen kembali hanya diam, tapi matanya sudah melirik ke arah Dira.Jakun Alif naik turun menelan saliva saat melihat tangannya sedang memeluk erat wanita cantik itu. Bahkan salah satu tangannya sudah menyentuh aset berharga Dira.Mata Alif melotot dan tangannya spontan mengurai pelukan. Dira langsung beringsut mundur dan bergegas bangkit lalu duduk di tepi kasur. Mata kecil wanita cantik itu tidak henti mengintimidasi Alif. Alif jadi serba salah dan terpaksa ikut bangun.“Siapa yang suruh Mas Alif tidur di sini?&rdquo
“A—aku disuruh Bunda melihatmu tadi,” ucap Alif.Tidak biasanya pria tampan itu terlihat gugup. Bahkan matanya tidak berani melihat ke arah Dira saat ini. Dira hanya diam, tidak menjawab sedikit pun.Alif mendengkus sambil memutar tubuhnya.“Ya sudah. Aku mau tidur.”Ia langsung berjalan cepat menuju kamarnya dan tak mau menoleh ke Dira lagi.Dira hanya diam, mengernyitkan alis sambil mengusap keningnya. Masih ada saliva Alif tertinggal di sana. Dira langsung mengibaskan tangan ke udara seolah enggan sisa suaminya tertinggal di tubuhnya.Sesudahnya ia langsung berjalan menuju dapur. Ia ingin membuat minuman hangat malam ini. Perutnya tiba-tiba mual dan ingin muntah.Selang beberapa saat Dira tampak asyik menikmati jahe hangat buatannya. Sesekali ia melirik ke arah ruang tengah. Entah mengapa Dira merasa mendengar suara di sana.“Akh … mungkin aku salah dengar,” gumam Dira.
Dira duduk diam di atas kasur sambil sibuk mengirim pesan ke Dokter Rani. Ia sudah membuat janji untuk bertemu dengannya esok pagi. Dira tidak mau terus sakit, banyak hal yang harus ia selesaikan.Untung saja besok Alif keluar kota sehingga Dira punya banyak waktu untuk konsultasi mengenai penyakitnya. Usai bertemu dengan Alif tadi siang, Dira langsung tidur dan terbangun saat hari sudah gelap.Baru saja Dira meletakkan ponselnya, tiba-tiba kini berdering kembali. Dira melihat ada nama Widuri di layar ponselnya.“Bunda … ,” gumam Dira. Tanpa diminta percakapan Alif dan bundanya tadi siang terngiang di telinga Dira.“Jangan-jangan Bunda mau tanya mengenai kehamilanku. Aku harus bagaimana?”Dira belum menjawab panggilannya, tapi matanya terus tertuju ke layar ponsel. Setelah beberapa saat, Dira memberanikan diri untuk menjawab panggilannya.“Assalamualaikum, Bunda.”“Waalaikumsalam, Dira.
Mata Dira kembali membola seolah hendak keluar dari tempatnya. Tidak hanya itu saja, mulutnya sudah terbuka lebar. Refleks, Dira langsung menutup mulutnya. Ia tidak mau suaranya terdengar oleh Alif.“Aku gak tahu, Bunda. Dira sedang tidur sekarang.”Suara Alif kembali terdengar dan Dira semakin merapatkan tubuhnya ke pembatas ruang. Ia tidak pernah tahu jika Alif akan menghubungi ibunya dan membahas tentang kehamilan palsunya ini.“Dia muntah terus tadi. Makanya sekarang tidur. Nanti kalau sudah bangun, aku tanyain.”Lagi-lagi Dira mendengar suara Alif dengan nada yang lembut dan penuh perhatian, tidak seperti yang sering ia dengar selama ini.Apa mungkin suaminya telah berubah usai dia dinyatakan hamil, meski palsu? Mungkin sebaiknya Dira menanyakan hal ini ke Rayhan. Dira yakin Rayhan yang mengatakan berita bohong ini pada Alif.“Ya sudah, nanti aku telepon Bunda lagi.”Akhirnya Alif sudah mengakh
Alif terdiam, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Namun, Dira melihat tatapan pria tampan itu penuh dengan amarah.“Aku akan menyerahkan anak ini untukmu dan tidak meminta hak walinya. Asal kamu mau ceraikan aku.”Dira menambahkan kalimatnya dan membuat Alif semakin tercengang.“Bukankah kamu hanya menginginkan anak, tapi tidak menginginkanku. Jadi biarkan aku pergi usai memenuhi permintaanmu.”Untuk beberapa saat hanya hening yang terasa. Dua insan beda jenis itu saling pandang dengan benak yang tidak sejalan. Kemudian perlahan Alif menganggukkan kepala.“Deal.”Seketika Dira tersenyum lebar saat mendengar jawaban Alif. Ia tidak tahu dari mana ia akan mendapatkan anak untuk Alif. Ia tidak sedang hamil, tapi Dira juga tidak mau menjelaskan.Anggap saja ini rencana Tuhan agar dia bisa lepas dari pria berengsek ini. Selanjutnya Dira akan pura-pura hamil saja dan nanti jika mendekati