Terperangkap Gairah Paman Tampan

Terperangkap Gairah Paman Tampan

last updateLast Updated : 2025-09-20
By:  QueenbyUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
5Chapters
10views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Karin Sanjaya, cucu tunggal pewaris keluarga Sanjaya, tumbuh dengan segala kemewahan namun tanpa kebebasan. Hidupnya selalu dikekang aturan sang kakek, Andi Sanjaya. Saat beranjak remaja, Karin hanya punya satu keinginan: merasakan dunia luar dengan kebebasan yang selama ini direnggut darinya. Kakeknya akhirnya memberi izin—dengan satu syarat. Karin harus bertunangan dengan Alexander Kusuma, cucu sahabat lama keluarga. Namun takdir berkata lain. Bukan Alexander yang justru mengikat hati dan hidup Karin, melainkan Rafael Kusuma—paman Alexander, pria dingin sekaligus berkarisma yang membuat langkah Karin goyah di antara kewajiban dan perasaan. "Tinggalkan Alex...datanglah ke pelukanku," ucap Alex Mampukah Karin melawan garis yang sudah ditentukan keluarganya, ataukah ia justru terjerat dalam ikatan takdir yang tak pernah ia sangka.

View More

Chapter 1

Bab. 1 Perjodohan dengan Alex Kusuma.

Ruang keluarga Sanjaya yang megah itu mendadak hening, hanya terdengar detak jam antik yang menggema dari dinding. Karin berdiri di hadapan kakeknya, kedua tangannya mengepal, menahan gejolak yang sudah berbulan-bulan ia simpan.

“Tidak, Karin!” suara Kakek Andi meledak, menggetarkan udara seisi ruangan. “Aku tidak setuju kamu tinggal sendiri di luar sana!”

Karin menggigit bibirnya. Ia tahu, sejak kecil kakeknya begitu protektif. Namun, kali ini ia tidak bisa menyerah. “Kek, ayolah…” ucapnya dengan nada memelas. “Karin sudah dewasa. Umur Karin sudah dua puluh dua tahun. Karin ingin merasakan hidup bebas, seperti teman-teman Karin yang lain.”

Tatapan Kakek Andi melunak sesaat, lalu kembali mengeras. “Karin, kamu cucu kakek satu-satunya. Sejak orang tuamu meninggal waktu kamu berusia tujuh tahun, cuma kamu harta yang kakek punya. Kalau terjadi apa-apa padamu, bagaimana nasib kakek?”

Karin menunduk, suaranya lirih namun penuh tekad. “Karin janji akan jaga diri. Karin mohon, sekali ini saja… kasih Karin kesempatan untuk merasakan hidup di luar sana, kek. Setidaknya sampai Karin menikah. Karin ingin merasakan hidup normal seperti orang lain. Apa kakek tidak sadar, kalau sudah mengurung Karin di mansion ini, sejak kematian papa dan mama.”

Keheningan kembali merayapi ruangan. Kakek Andi menghela napas berat, pundaknya sedikit merosot. Hampir dua bulan ini, Karin tak henti-hentinya merengek, membujuk, dan bahkan menangis agar diizinkan tinggal di apartemen sendiri.

Akhirnya, dengan nada berat, Kakek Andi berkata, “Baiklah… kakek akan kasih kamu kesempatan. Tapi dengan satu syarat.”

Karin mengangkat kepalanya, menatap penuh harap. “Syarat apa, Kek?”

Wajah Kakek Andi menjadi serius. “Kamu harus menerima perjodohan dengan cucu dari sahabat kakek, Dodi Kusuma.”

Karin terdiam. Jantungnya berdegup cepat. Selama ini ia selalu menolak setiap kali kakeknya menyinggung soal perjodohan itu. Namun, demi kebebasan yang ia idamkan, Karin terpaksa menimbang ulang.

“Jadi… aku harus bertunangan dengan Alex Kusuma, yang terkenal playboy itu?” tanyanya ragu.

“Ya,” jawab Kakek Andi tegas. “Dengan Alexander Kusuma. Anak itu sebenarnya baik, terhormat, dan keluarganya juga terpandang. Kakek ingin memastikan kamu bersama orang yang tepat, Karin. Jadi kalau suatu saat kakek meninggal, hati kakek bisa tenang.”

Karin menarik napas panjang, lalu menunduk. Dalam hatinya berkecamuk penuh pertentangan. “Sepertinya tidak apa-apa menyetujuinya dulu… toh Alex sudah punya kekasih. Cepat atau lambat pertunangan ini pasti berakhir sendiri. Yang penting, aku bisa merasakan hidup bebas dulu,” batin Karin.

Ia menegakkan bahu, lalu menatap kakeknya dengan mantap. “Baik, Kek. Aku terima perjodohan ini. Aku bersedia bertunangan dengan Alex, asal kakek ijinkan aku tinggal di luar sampai aku menikah nanti.”

Mata Kakek Andi membesar, nyaris tak percaya. “Kamu… serius, Karin?”

“Iya, Kek.” Karin tersenyum samar, menyembunyikan kegelisahan dalam hatinya. “Karin serius.”

Untuk pertama kalinya sejak percakapan itu dimulai, wajah Kakek Andi melunak. Ia menepuk-nepuk bahu cucunya dengan lega. “Bagus. Akhirnya kamu bisa menuruti keinginan Kakek. Percayalah, nak… ini demi masa depanmu.”

Karin hanya mengangguk, meski dalam hati kecilnya ia berbisik, Masa depan yang kumaksud bukan diikat dalam perjodohan, Kek. Tapi kebebasan yang selama ini aku dambakan.

Begitu mendengar jawaban Karin, wajah Kakek Andi langsung berubah. Ada semacam cahaya lega sekaligus semangat yang mengisi matanya. Seolah beban berat yang ia pikul selama ini akhirnya terangkat.

“Bagus, Karin… bagus sekali.” Kakek Andi lalu, mengelus kepala Karin lembut. “Kamu membuat keputusan yang bijak.”

Tanpa menunggu lama, Kakek Andi bangkit dari kursinya. Dengan langkah tergesa, ia meraih telepon rumah antik yang selalu terletak di meja kayu jati sudut ruangan. Tangannya bergetar ringan, bukan karena ragu, melainkan karena gembira.

Sementara itu, Karin hanya bisa duduk terpaku. Jantungnya berdebar kencang melihat kesungguhan kakeknya. Ya Tuhan… ternyata kakek benar-benar serius dengan semua ini. Semoga Alex juga sama sekali tidak berniat melanjutkan perjodohan konyol ini, batinnya gelisah.

*

*

*

Suara dering sambungan telepon terdengar beberapa kali, hingga akhirnya diangkat.

“Halo, Dodi, sahabatku!” suara Kakek Andi terdengar bersemangat. “Bagaimana kabarmu? Sudah lama sekali kamu nggak main kesini.”

Di seberang, terdengar tawa berat khas Kakek Dodi Kusuma. “Andi, bukannya kamu yang sudah lama nggak menghubungiku? Aku kira kamu sibuk, sampai lupa padaku. Jadu aku tidak berani mengganggumu. Aku baik, puji Tuhan. Kamu sendiri, bagaimana kabarnya?”

“Aku juga baik, Dod. Dan hari ini, aku ingin menyampaikan kabar yang sangat membahagiakan!” Kakek Andi melirik Karin yang duduk kaku di sofa. Senyum canggung mengembang di wajahnya. “Cucuku, Karin, akhirnya menerima perjodohan dengan cucumu, Alexander.”

Karin spontan menelan ludah.

Suara Dodi di seberang terdengar sedikit kaget, lalu berubah gembira. “Benarkah, Andi? Wah… itu kabar luar biasa! Sudah lama aku menunggu jawaban ini. Alexander pasti juga akan senang mendengarnya.”

Karin yang mendengarnya hanya bisa menunduk, matanya memandang lantai marmer dengan hampa.

“Bagus, bagus!” lanjut Dodi. “Kalau begitu, kita harus segera mengatur pertemuan keluarga. Aku akan mengajak Alexander juga, agar bisa secepatnya bicara sama Karin soal pertunangan mereka nanti.”

“Ya, tentu saja,” jawab Kakek Andi dengan semangat. “Kita atur secepatnya. Karin sudah siap.”

Mendengar kalimat terakhir, Karin hampir saja tersedak udara.

*

*

*

Karin memandang kakeknya dengan wajah gusar. “Kakek, kenapa buru-buru sekali? Tidak bisakah perjodohan ini dilakukan nanti saja?” suaranya bergetar, setengah menahan kesal.

Kakek Andi menghela napas panjang, lalu menatap cucunya tajam. “Kenapa, Karin? Kalau kamu ingin keluar secepatnya dari rumah ini, kamu harus bertunangan dulu. Kakek baru akan tenang kalau kamu sudah diikat dengan Alex. Setidaknya, ada yang bisa menjaga kamu di luar sana.”

Karin mengatupkan bibirnya erat. Hatinya memberontak, namun ia tahu berdebat dengan kakeknya sama saja berbicara dengan tembok. “Tapi Kek…” ia mencoba lagi, suaranya melemah. “Apa ini tidak terlalu cepat? Maksudku… aku masih dua puluh dua tahun, baru saja lulus kuliah. Setidaknya biarkan aku bekerja dulu. Baru nanti… tunangan.”

Sejenak, wajah Kakek Andi melunak. “Jadi kamu ingin bekerja?” tanyanya dengan nada menguji.

Karin mengangguk mantap. “Ya, Kek. Aku ingin bekerja, mencari pengalaman sendiri.”

Senyum tipis tersungging di bibir Kakek Andi. “Tidak masalah. Besok kamu bisa langsung ke kantor. Kalau kamu mau, kamu akan langsung jadi CEO di sana, menggantikan Kakek. Besok kakek akan menyuruh pak Bambang, untuk memberitahukan berita ini kepada dewan direksi.”

Karin terperangah, lalu buru-buru menggeleng kuat-kuat. “Bukan begitu, Kek. Aku tidak mau bekerja di perusahaan Sanjaya. Aku ingin mulai dari nol, di perusahaan lain. Aku ingin merasakan bekerja yang sesungguhnya, tanpa embel-embel nama Sanjaya dibelakangku.”

Suasana mendadak hening. Tatapan Kakek Andi menjadi dalam, seolah ingin menembus isi hati cucunya. Lalu, ia tertawa getir namun ada rasa bangga yang terselip, “Kamu memang keras kepala, persis ayahmu dulu,” gumamnya.

Namun nada suaranya kembali mengeras. “Baiklah, kalau itu keinginanmu, silahkan bekerja di perusahaan lain. Kakek tidak akan menghalangi. Tapi ingat, Karin… kamu tetap harus bertunangan dulu dengan Alex. Itu syarat mutlak.”

Karin menunduk, pundaknya terasa berat. Suaranya keluar lirih, hampir menyerah. “Baiklah, Kek…”

Dalam hati, ia berteriak kesal. Kenapa semua jalanku harus selalu diikat dengan syarat? Bukankah kebebasan itu seharusnya tanpa ikatan?

Kakek Andi tersenyum puas, tak menyadari pergolakan batin cucunya. “Bagus. Kita akan segera mengatur pertemuan dengan keluarga Kusuma.”

Karin terdiam, wajahnya lesu. Pertunangan ini hanyalah sandiwara… aku yakin Alex tidak akan keberatan jika suatu hari kami memutuskan semuanya. Yang penting, sekarang aku bisa merasakan hidup bebas di luar.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
5 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status