Share

Mulai Bekerja Sama

Ardian mengernyit dalam. Terdiam kaku. Hatinya berdetak kencang. Dia tidak percaya, melihat Zulaika mengelap pisau kecil. Tangannya berlumuran darah.

"Ckk, dia yang melakukannya? Bagaimana mungkin?" batin Tuan Muda. Tangannya mulai mendorong pintu itu. Zulaika terkejut. Dia tidak bisa menghindar.

"Kau ... kenapa masuk ke dalam kamarku?" Zulaika meletakkan pisau itu di sebuah kotak berukiran khas Jawa. Pisau tajam hampir mirip dengan keris Jawa.

"Bagaimana caranya? Apakah kau yang melakukannya?" tanya Ardian cemas. Dia menarik Zulaika. Menatapnya dalam-dalam. Menunggu wanita itu menjawab pertanyaannya.

"Tidak ada bukti apa pun yang bisa membuatku tertangkap. Untuk apa menanyakan hal yang sangat mustahil? Bisakah wanita lemah sepertiku melakukannya?"

Ardian memutuskan tidak membahasnya. Dia mengeluarkan satu bunga mawar merah tanpa duri. Dipasangkannya di telinga sebelah kanan Zulaika. Dipandangnya wajah itu yang semakin cantik. Sangat ... cantik. Perlahan, bibirnya mengecup. Zulaika tidak bergerak.

Mendapatkan kedua hati Tuan Muda adalah misinya. Walaupun nantinya mereka berdua akan menikmati tubuh Zulaika. Dirinya harus berkorban untuk hal itu.

Ardian terkejut. Zulaika menarik tengkuk lehernya. Dia melumat bibir Ardian dengan liar. Tuan Muda semakin bergoncang. Rasanya nikmat. Selama ini dia selalu menyewa wanita terbaik untuk melayaninya. Bahkan sang artis ibu kota, sampai pemenang putri kecantikan. Mereka adalah wanita terbaik berkelas yang selalu gagal membuatnya bergairah.

Ardian hanya bisa merasakan miliknya berada di dalam bibir sang wanita untuk melampiaskan lahar dalam sekejap. Selama ini dia tidak pernah menikmati kesucian wanita manapun. Ardian merasakan dirinya tidak normal selama ini. Bahkan, dia menganggap dirinya kejam! Meminta semua wanita terbaik memuaskan dirinya dengan cara lain.

Lumatan itu masih saja membuatnya nikmat. Ardian mulai menelisik tubuh Zulaika. Jemarinya merayap, menyentuk milik wanita pertama kalinya. Mengelusnya tanpa henti.

"Aku ... aku menginginkannya. Aku sangat ingin menyentuhnya."

Jemari itu membuat Zulaika mengerang. Ardian sudah memuaskan wanita itu tanpa sadar. Hal yang sama sekali tidak pernah dia lakukan. Namun, "Aku tidak bisa menyerahkan kesucianku. Kakakmu adalah lelaki yang akan menembus untuk pertama kalinya," ucap Zulaika mengejutkan.

Ardian marah! Dia tidak terima dengan kenyataan ini. Kenapa harus sang kakak? Sementara, Arman sudah memiliki istri yang sangat banyak dan bisa memuaskan hasrat jika dia menginginkannya.

"Permintaan apa itu? Sialan!" umpatnya. Dia melepaskan Zulaika. Mengepalkan tangannya. Memukulkan di tembok hingga terluka.

"Kau gila?" Zulaika menarik tangan itu. Mengelap dengan handuknya. "Aku akan menikahi kakakmu," lanjutnya.

"Akan aku gagalkan. Aku tidak akan pernah membuatmu melakukannya. Pernikahan itu tidak akan ada. Yang ada, pernikahanmu dengan diriku."

Zulaika menarik napas. Berusaha mengatasi perasaan kesalnya kepada Ardian. Misinya adalah Arman. Walaupun ada beberapa nama yang akan dia atasi nanti.

"Pergilah. Kau tidak bisa berada di sini. Aku tidak mau terlihat bersamamu."

Penolakan yang selalu membuat Ardian semakin menyukainya. Dia tidak pernah diperlakukan seperti itu.

"Tiap malam aku akan bermalam di sini. Kau ... harus menepati janjimu, Zulaika."

Saat itu Zulaika menawarkan sebuah permintaan kepada Ardian. Tuan Muda masih saja tidak akan pernah meninggalkan kamar Zulaika. Membuatnya sangat takut jika Arman mendobrak pintu dan mengetahui keberadaan mereka.

Ardian meminta dia bermalam setiap hari di kamar Zulaika. Terpaksa Zulaika menyetujuinya. Walaupun hatinya akan selalu cemas.

"Aku akan pergi. Tapi, kau tidak akan pernah menjadi milik kakakku."

Kepergian Ardian membuatnya lega. Zulaika berjaga semalaman hingga pagi menjelang. Dia tidak bisa memejamkan kedua matanya. Tubuhnya hanya terlentang di ranjang sambil menatap atap langit kamar.

Cahaya matahari yang mulai menyapa wajahnya, membuatnya terbangun. Zulaika bergegas menuju kamar mandi. Melakukan ritual mandi dengan parfum khusus yang diberikan peramal itu. Tubuhnya seharum seribu mawar.

Cermin berbentuk oval memperlihatkan dirinya yang sangat cantik. Kali ini dia menguraikan rambutnya. Wajahnya alami tanpa polesan sedikitpun. Gaun merah kesukaan Arman sudah dia kenakan.

"Aku akan mulai memikatmu, Tuan Muda."

Zulaika menarik napas panjang. Sebelum mendorong pintu kamarnya. Dia bersiap untuk bertarung hari ini. Bertarung untuk memenangkan hati Arman. Dia tidak akan pernah menundanya.

Semua mata terpana melihat kecantikan Zulaika. Kecantikan alami tanpa polesan. Dia mengangkat wajahnya, berjalan dengan tubuhnya yang tegak. Belahan gaun membuat pahanya terlihat sangat seksi.

Semua istri siri Arman tidak bisa berkutik apa pun dan hanya melihatnya melangkah. Zulaika akan memikat Arman yang pasti berusaha menolaknya. Kakinya terus melangkah. Menuju kolam dengan air mancur di tengahnya. Zulaika berdiri tegak di sana.

"Dia ... apa yang akan dia lakukan?" Arman berjalan menuju mobilnya bersama beberapa pengawalnya. Dia melotot melihat Zulaika menyibakkan rambutnya, lalu masuk ke dalam kolam. Tubuhnya tepat berada di bawah air mancur. Air yang membasahi tubuhnya, membuat lekukan seksi terlihat menjadi sempurna.

"Tutup kedua mata kalian!" teriaknya. Semua pengawal spontan menundukkan kepala dan memejam. Arman menambah kecepatan langkahnya. Dia mengamati Zulaika yang hanya meliriknya sinis.

"Kau menggodaku? Jangan pernah lakukan itu. Aku hanya akan bersama wanita jika aku menginginkannya."

Zulaika semakin menatapnya. Perlahan dia keluar dari kolam, mendekati Arman yang masih tegak berdiri.

"Aku ... hanya ingin bersenang-senang. Aku ... tidak menginginkanmu, Tuan Muda. Melakukannya sendiri, sangat nikmat. Jemariku sudah bisa memuaskan diriku. Walaupun ... jemari itu ingin menyentuh yang lain dalam dirimu," bisiknya mendesah. Sedikit tiupan dia berikan kepada Arman di daun telinganya.

Zulaika melewatinya begitu saja. Arman tidak bisa menahan. Zulaika terlalu sempurna. Membuatnya ingin segera menerkam. Spontan Arman menarik lengannya. Dia menatap tajam wajah Zulaika. Senyuman terindah terlihat di sana.

"Tidak. Kau ... bukan milikku." Zulaika menutup mulut dengan jemarinya. Dia mendorong tubuh Arman. Sedikit menyentuh milik Arman yang sangat menegang, namun Arman tahan. Spontan Zulaika melumat bibir Arman dan menggigitnya.

"Pergilah Tuan Muda."

Arman tak kuasa menahan hasratnya. Dia sangat resah. Tidak tahan! Dengan cepat dia masuk ke dalam mobilnya. Melonggarkan dasi dan jasnya. "Bawalah aku pergi ke hotel terbaik. Siapkan dua wanita di sana."

"Tuan. Ada rapat yang harus kita lakukan. Bukankah kita lebih baik menghadiri rapat itu terlebih dahulu?"

"Argh! Sialan, Zulaika!" teriaknya keras. "Baiklah. Pergi!"

Mobil melesat cukup kencang. Arman masih saja tidak tenang. Dia gelisah. Bayangan Zulaika tampak jelas di dalam kepalanya. Apalagi dia tidak tahan dengan hasratnya.

"Aku ... harus menahannya. Aku yang akan membuat dirinya terpana denganku. Bukan aku!" batinnya masih menahan hasrat yang kini dia tahan.

***

Redrich tersenyum melihat Zulaika berhasil melakukan sarannya. Redrich ketika itu mengatakan, "Arman lelaki yang sangat mudah menaklukkan wanita. Kau ... hanya akan menggodanya, lalu pergi. Lakukan setiap hari. Jangan biarkan dia melakukan tanpa melihat wajahmu. Tatap kedua matanya saat kalian melakukannya, dan dominasilah dia. Buat dia mengikuti aturanmu. Maka, kau akan mendapatkan Arman."

Zulaika memberikan senyuman kepada Redrich. Dia terus berjalan menuju kamarnya. Zulaika membuka kamar itu dan melihat istri kedelapan sudah berdiri di hadapannya sambil menunduk.

"Aku akan melayanimu. Nyawaku hanya untukmu, Zulaika."

Saat itu Zulaika akan menyerang para pengawal. Ema tiba-tiba datang. Menarik Zulaika dan menawarkan bantuan. Awalnya Zulaika menolak. Ema meyakinkan Zulaika jika dia sangat membenci Arman Maulana. Dia sangat dendam dengan Tuan Muda yang sudah memisahkan dirinya dengan kedua orang tuanya yang terlilit hutang. Bahkan, satu pengawal memperkosanya atas perintah Arman. Pertemuannya dengan Zulaika membuat Ema yakin, dirinya bisa mendapatkan bantuan untuk membalas dendam.

Zulaika terkejut mendengarnya. Situasi itu membuat dia menyetujui untuk bekerja sama dengan Ema.

Ema ketika itu masuk ke dalam kamar mengejutkan pengawal. Dia membuka bajunya, memperlihatkan tubuhnya yang seksi. Pengawal tersenyum, segera mendekati Ema. Zulaika yang bersembunyi di belakang pintu, keluar mendadak. Menyayat wajah pengawal itu berkali-kali.

Ema spontan mengambil vas bunga yang berada di atas meja tidak jauh dari posisinya. Dia memukul kepala pengawal yang akan menyerangnya. Seketika itu juga kedua pengawal pingsan tak berdaya.

Tak sampai di situ. Zulaika memotong kemaluan mereka dengan kejam, "Srek!"

Kini mereka bertiga saling menatap dan tersenyum. Misi mereka sama. Menghentikan kerajaan Maulana yang sangat kejam itu.

"Kita akan membalasnya. Bantu aku menjadi istri sah Arman Maulana."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status