Teriakan mencekam terdengar mengejutkan. Semua istri siri Arman dan pelayan yang tertidur lelap berhamburan keluar. Mereka terpaku. Tidak percaya dengan penglihatan mereka.
Zulaika menyunggingkan senyuman. Puas! Melihat istri kedelapan dengan kejam diseret para pengawal keluar ruangan. Pengawal tersenyum saat membawanya. Arman sangat kesal jika seseorang mengabarkan hal buruk kepadanya. Tidak heran jika semua orang selalu menutup rapat mulut mereka saat mengetahui sesuatu. Itu demi keselamatan mereka.Konglomerat Malik Maulana saat hidup paling ditakuti di kota. Semua pengusaha kaya raya tunduk kepadanya. Bahkan, pejabat setempat tidak berkutik jika Malik Maulana menginginkan sesuatu. Kekayaan dan kesuksesannya tidak terbatas. Malik sangat ahli berbisnis.Malik adalah pemuda yang sangat jenius. Sejak kecil dia hidup sangat susah. Bahkan, menderita. Kedua orang tua Malik mati akibat kecelakaan misterius. Saat itu dia selalu saja menangis di makam ayah dan ibunya. Hingga seseorang menemui dirinya. Lelaki dengan jas hitam dan puluhan pengawal. Lelaki itu bernama Maulana.Lelaki itu mengasuh Malik dan menjadikan pewaris satu-satunya semua usaha Maulana tanpa batas itu. Maulana saat itu berselingkuh dengan ibu Malik, hingga lahirlah dirinya. Namun, Malik tidak pernah mengetahui hal itu, sampai istri pertama Maulana mengatakan semuanya.Malik sangat marah. Diam-diam dia meracuni Maulana hingga meninggal mengenaskan. Sejak saat itu dia membenci wanita, mengusir semua istri Maulana. Membuat mereka menderita dan sangat miskin.Rasa dendamnya, membuat dia memiliki banyak sekali istri siri Malik. Dia selalu saja menyiksa istri sirinya jika berbicara atau tersenyum kepada lelaki lain. Kenyataan perselingkuhan dan membuatnya menjadi anak haram, membuatnya kejam dan keji.Banyak sekali pesaing yang berusaha akan menghabisinya. Malik tertangkap oleh pesaing hebatnya. Dia sudah akan kehilangan nyawa. Hingga kehadiran Redrich bisa menyelamatkannya. Itulah cinta pertama Malik. Wanita itu tidak sengaja melintas. Terkejut melihat lelaki menundukkan kepala akan menerima lesatan peluru di pinggir pantai. Redrich berlari dan menghadangnya.Malik terkejut. Baru kali ini ada seorang wanita seperti itu kepadanya. Jiwa petarung Malik muncul. Dia merebut pistol yang sudah menempel di keningnya. Dalam sekejap, Malik menghabisi lima pria yang akan mengeksekusinya. Itulah cinta pertama Malik dimulai.Redrich menjadi satu-satunya istri sah Malik. Kelahiran Arman dan Ardian menambah kebahagiaan mereka. Hingga berjalannya waktu, kejadian mencekam datang. Berhubungan dengan keluarga Zulaika dan kematian Malik. Hanya satu orang yang mengetahui penyebab tragedi berdarah itu. Seseorang yang membuat Zulaika akan melakukan misi 90 hari untuk menghabisi semua pewaris Maulana!**Hati Zulaika semakin menahan amarah. Dia tidak kuasa mendengar suara teriakan wanita yang sepertinya sudah dinodai oleh pengawal Arman.Saat itu Arman menemui pengawalnya dan berbisik, "Usir istri kedelapanku. Kalian ... boleh memilikinya terlebih dahulu sebelum membuangnya."Kedua pengawal bertubuh kekar dan memiliki tato itu sangat senang. Mereka selalu saja bertugas. Hampir tidak pernah melampiaskan hasrat. Kesempatan untuk bercinta dengan salah satu istri siri Arman tidak akan pernah mereka lewatkan. Mereka semua sangat cantik.Istri kedelapan yang sangat senang merangkai bunga, terkejut melihat dua pengawal masuk ke dalam kamarnya saat malam dan menariknya keluar. Teriakannya tidak membuat semua orang membantunya. Malah, para istri lainnya tersenyum melihat. Kecuali Zulaika."Aku akan membantunya."Zulaika mengambil jubahnya. Menutup tubuhnya sangat rapat. Dia mengambil pisau kecil berbahan emas. Milik sang Ibu terdahulu. Dia sendiri tidak tahu kenapa ibunya memiliki senjata tajam itu.Zulaika mengendap-endap keluar kamar. Dia berjalan menuju kamar pengawal. Zulaika mengintip di sela salah satu kamar. Zulaika sangat paham dengan istana Maulana. Seseorang yang mengasuhnya sudah menggambar, dan menjelaskan semua bagian di dalamnya.Kedua mata Zulaika tidak percaya melihat kedua pengawal menyiksa wanita itu. Mereka bergilir melampiaskan hasrat. Sang wanita semakin menangis histeris saat salah satu milik pengawal itu masuk ke dalam bibirnya. Sementara, pengawal satunya menikmati miliknya di bawah. Mereka sangat bejat!"Argh!" teriaknya keras.Zulaika mencengkeram pisau itu. Mulai akan melawan."Aku akan membantumu!"Seseorang mengejutkannya!"Kau ...."***Tuan Muda kedua masih mencari cara. Dia tidak akan pernah menyerah dengan Zulaika. Ardian keluar dari kamarnya dengan tergesa-gesa. Arman mengamatinya. Dia sudah lebih dari sepuluh menit mengamati kamar Ardian. Entah kenapa, hati Arman ingin melakukannya. Dugaannya benar. Dia melihat Ardian keluar dan berjalan menuju kediaman wanita!Tak sabar menarik tubuh Ardian yang melangkah cepat, Arman menambah kecepatan langkahnya."Kau!" Arman berhasil menarik lengan sang adik."Arman!" teriak Ardian. Spontan dia menampis tangan Arman yang kuat mencengkeram lengannya. "Kenapa kau?" lanjutnya kesal."Tentu saja aku tidak akan pernah membiarkanmu. Kau pikir aku bodoh?" Ekspresi Arman mulai sangat angker. Kedua mata hitamnya kini memerah. Penguasa itu masih saja menahan amarah saat mengetahui Ardian memang masuk ke dalam kamar Zulaika."Aku bisa melakukan apa pun Ardian. Apa kau lupa dengan apa yang aku katakan sebelum Ayah meninggal? Hmm, sebaiknya kau ingat hal itu.""Tuan Muda!" Suara pengawal memotongnya dan Arman menoleh."Apa kau tidak tahu aku sangat sibuk!" balasnya berteriak kencang."Kedua pengawal tergeletak dengan sayatan di wajah mereka."Arman melotot tajam. Dia tidak mengerti. Kedua pengawal itu adalah yang terbaik di antara semuanya. Mana mungkin bisa terkalahkan!"Apa maksudmu?" tanyanya tegas."Ada darah di depan pintu mereka. Saya waktu itu tidak sengaja melewati kamar mereka. Dan ... yang lebih parah." Pengawal itu menghentikan ucapan dengan menarik napas panjang.Arman dan Ardian semakin mengernyit dalam. Tuan Muda pertama menarik kerah baju pengawal itu yang masih diam menundukkan kepala."Katakan!" ucapnya sangat keras. Pengawal itu spontan mendongak."Mereka kehilangan kemaluan. Mereka ... sudah--""Cukup!" Suara keras Arman kembali menghentikan ucapan pengawalnya. "Cari pelakunya. Bawa ke hadapanku, dan aku akan menguliti tubuhnya!" Arman melepaskan kerah pengawala itu dengan keras.Ardian terpaku. Dia tidak mencegah kakaknya saat pergi meninggalkannya dalam amarah besar. Ardian tidak menyangka. Setelah sekian lama kerajaan Maulana damai dengan semua kehidupan. Kini terusik oleh seseorang yang sangat mengejutkan. Bahkan dengan berani membuat keributan di dalam istana Maulana."Kenapa? Siapa dengan berani melakukannya? Apakah ..."Ardian hanya menarik napas panjang. Dia segera mengusir pikiran yang sempat terlintas dibenaknya. Tuan Muda kedua itu kembali berjalan. Dia kali ini sangat hati-hati dan tidak akan pernah terciduk kembali. Dia hari ini akan menagih janji Zulaika saat itu. Sebelum dia benar-benar meninggalkan kamar Zulaika.Perlahan dia mulai merayap. Menaiki pohon yang menjurus kamar wanita pujaannya. Wanita yang pertama kali membuat dia merasakan jatuh cinta. Dia tidak akan pernah menyerah.Ardian sudah mencapai puncak. Dia tersenyum, kemudian melompat sampai di balkon kamar. Ardian merapikan jasnya yang sedikit berantakan. Senyuman masih saja terpampang jelas di sana.Perlahan tangannya akan mendorong pintu untuk masuk ke dalam. Pintu terbuka sangat sedikit. Namun, kedua mata Ardian tidak percaya. Melihat sosok Zulaika."Dia ... seperti ...."Ardian mengernyit dalam. Terdiam kaku. Hatinya berdetak kencang. Dia tidak percaya, melihat Zulaika mengelap pisau kecil. Tangannya berlumuran darah. "Ckk, dia yang melakukannya? Bagaimana mungkin?" batin Tuan Muda. Tangannya mulai mendorong pintu itu. Zulaika terkejut. Dia tidak bisa menghindar. "Kau ... kenapa masuk ke dalam kamarku?" Zulaika meletakkan pisau itu di sebuah kotak berukiran khas Jawa. Pisau tajam hampir mirip dengan keris Jawa."Bagaimana caranya? Apakah kau yang melakukannya?" tanya Ardian cemas. Dia menarik Zulaika. Menatapnya dalam-dalam. Menunggu wanita itu menjawab pertanyaannya."Tidak ada bukti apa pun yang bisa membuatku tertangkap. Untuk apa menanyakan hal yang sangat mustahil? Bisakah wanita lemah sepertiku melakukannya?"Ardian memutuskan tidak membahasnya. Dia mengeluarkan satu bunga mawar merah tanpa duri. Dipasangkannya di telinga sebelah kanan Zulaika. Dipandangnya wajah itu yang semakin cantik. Sangat ... cantik. Perlahan, bibirnya mengecup. Zulaika
Istri kedelapan mendekati Zulaika dan menjabat tangannya. "Aku Sera. Aku adalah anak dari salah satu manajer kantor perusahaan Maulana. Ayahku melakukan kesalahan. Dia mengambil uang perusahaan untuk mengobati ibuku yang saat itu sakit parah. Kami membutuhkan biaya sangat banyak," ucapnya dengan sendu. "Yah, Arman selalu saja memberikan gaji pas-pasan kepada semua pegawainya. Dia ... menginginkanku. Ayahku terpaksa menjualku. Tapi, Arman hanya menembus kesucianku saja satu tahun lalu. Setelah itu, dia tidak pernah menyentuhku. Bahkan, dia sering mengatakan jijik kepadaku," lanjutnya sembari menarik napas panjang. Hatinya tersiksa saat mengingatnya."Zulaika. Kenapa kau mau membalas dendam? Apakah kau juga korban dari Arman?" tanya Ema.Zulaika hanya menahan hatinya. Dia tidak akan pernah mengatakan aib itu."Peristiwa itu hanya untukku. Akan aku bongkar saatnya tiba," balas Zulaika singkat.Sera menyerahkan saputangan merah. Zulaika mengernyit, tidak mengerti dengan Sera. "Kenapa den
Arman masih saja bersitegang dengan Ardian di kantornya. Dia dengan nekat merobek secarik kertas milik Ardian. Kertas yang berisi lukisan Zulaika. Ardian semakin marah! Dia tidak akan pernah memaafkan Arman!"Aku tidak akan pernah memaafkanmu!" teriak Ardian. Dia melesatkan pelurunya tepat di sebelah Arman.Arman meluap. Kemarahannya tidak bisa dia tahan lagi. Spontan dia menarik senjata di tangan salah satu pengawal, berjalan cepat mengarahkan ke kening Ardian. Tuan Muda kedua juga melakukan hal yang sama!Kedua mata mereka saling bertumbukan tajam. Memperlihatkan kemarahan yang sudah tidak bisa dicegah. Keduanya ingin saling membunuh. Semua pengawal memutari mereka. Tidak ada yang bisa mencegah. Mereka hanya diam menunggu. Hingga seseorang masuk dengan tiba-tiba dan mendekati mereka."Kita sedang menjalani rapat. Tidak mungkin kita menundanya." Sekretaris tinggi, berbadan kurus. Sedikit berkumis. Dia bernama Bagus. Dia adalah sekretaris lama Malik yang masih sangat setia berkerja d
Arman sangat resah di dalam kamarnya. Dia tidak akan pernah menemui Zulaika. Keinginannya untuk memainkan perasaan Zulaika akan tetap dia lakukan. Dia yang akan membuat Zulaika berlutut. Bukan dirinya!"Sialan. Aku tidak akan pernah menemuinya. Dia ... tidak bisa masuk ke dalam hatiku. Tidak akan pernah!" teriaknya keras. Prang! Semua barang kembali dia lempar. Pecah berserakan ke mana-mana. Arman menjambak rambutnya sendiri. Tidak bisa menahan perasaannya. Dia tetap ingin bertahan!"Bagaimana mungkin dia bisa membuatku seperti ini?" gumamnya kesal."Bukankah kau mengatakan ingin menemukan wanita yang membahayakan hatimu? Hmm, Ibu pikir inilah saatnya kau menemukannya," ucap Redrich tiba-tiba memasuki kamar Arman yang terbuka. Dia tidak menyangka perkataan sang ibu sangat menusuknya."Ibu sangat ingat. Saat kita melakukan makan malam, kau mengatakan ingin menemui wanita yang bisa membuatmu dalam bahaya. Hmm, jika kau jatuh cinta. Para Bos Besar itu akan membuatmu sengsara. Bahkan, mer
Senyuman perlahan hadir. Lesung pipi yang tampak dari wajah Zukaika, membuat Arman terpana. Jemarinya perlahan membelai pipi Zulaika. Wajah mereka sangat dekat. Bibir mereka hampir saja bersatu. Namun, sama-sama menahan. Kedua mata mereka saling menatap tajam. Arman masih saja menahan. Padahal, bibir merah merekah itu sangat membuatnya lapar."Ah ...." Desahan Zulaika sangat ... pelan. Suara yang sudah menembus gendang telinga Arman itu semakin membuatnya hampir lemah dan menyerah."Argh," teriaknya pelan. Arman memalingkan wajahnya. Dia menuruni ranjang, meraih piyama dan memakainya. Tuan Muda membuka balkon kamar, berdiri tepat di depan pagar pembatas. Menatap keindahan gemerlap lampu kota. Zulaika menuruni ranjang dan mengikutinya."Jadi kau bermimpi buruk? Kenapa? Hmm, kau memanggil ayahmu. Apakah dia sekejam dirimu?"Arman menatap Zulaika, menariknya. Kini wanita itu berada di dalam dekapannya. "Untuk apa aku mengatakan masa laluku. Apakah kau mata-mata? Hmm, banyak sekali yang
Ardian semakin tidak percaya. Arman tidak keluar dari kamarnya. Sementara, pengawal masih saja berjaga di depan kamarnya."Kenapa dia tidak segera keluar? Aku ... tidak percaya!" teriak Ardian. "Aku akan mengetuk pintu kamarnya!" lanjutnya sangat kesal. Dengan cepat Ardian melangkah, menuju depan pintu kamar Arman."Apa yang kalian lakukan?" Ardian tidak percaya. Melihat semua pengawal menghadangnya. Ardian sangat emosi. Dia tidak terima dengan perlakuan para pengawal kepadanya."Jangan pernah seperti itu. Apa kalian lupa, aku adalah Tuan Muda!" "Tuan Muda. Maafkan aku. Kami tidak bisa membiarkan Anda ikut. Kami hanya menjalankan perintah.""Ardian. Tolonglah. Jangan pernah melawan Arman. Dia memiliki wanita itu!" Redrich menarik Ardian. Dia tidak ingin anak keduanya itu merebut Zulaika. Ardian akan membuat Arman sangat marah. Bahkan, mereka bisa saling bermusuhan, dan itu sangat berbahaya."Ibu, kau jangan membuatku marah. Kenapa Arman tidak keluar. Dia seharusnya bekerja. Aku tidak
Napas Zulaika tertahan. Arman memainkan perasaannya. Lelaki itu hanya diam, duduk di hadapannya sambil menatap dengan tersenyum."Lihatlah, sekarang aku memiliki tawanan. Hmm, jangan lupa. Aku bisa melakukan apa pun yang aku mau. Kau tidak bisa melawanku, wanita."Arman menepuk tangannya sangat keras. Beberapa pengawal segera masuk ke dalam. Arman spontan berdiri dari duduknya, mendekati pengawalnya dan berbisik. Zulaika mengkerutkan alis sangat dalam. Dia tidak mengerti dengan sikap Arman.Tuan Muda kembali mengambil kemejanya, tanpa ditemani pelayan seperti biasanya. Arman memakai kembali kemeja dan jasnya. Zulaika semakin terkejut. Dia padahal sudah yakin Arman tidak akan pernah keluar kamar."Kau berjanji akan berada di sini, melakukan apa pun yang aku mau. Kenapa kau melanggar?""Itulah aku. Tidak suka melakukan perintah orang lain. Bawa dia!"Zulaika semakin tidak percaya. Kedua pengawal bertubuh tegap membawanya dengan paksa.Kedua pengawal dengan tubuh garang, mengangkat Zulai
Redrich semakin tidak percaya. Lelaki yang selalu diincar Arman akhinya berada di hadapannya. "Kau berada di sini? Ke mana saja kau? Kenapa kau meninggalkan aku dan Malik!" teriaknya keras. Dia melangkah cepat, memukul Agung bertubi-tubi. Dengan sigap Agung menahannya. Dia menarik Redrich dan memeluknya erat."Aku ... mendapatkan perintah dari Malik. Dia ... mengetahui sesuatu. Dia mempercayakan surat warisan itu kepadaku. Dan ... aku mneyimpannya sampai sekarang. Aku harus melakukan sesuatu, dan itu perintahnya. Maafkan aku."PLAK!Redrich menamparnya sangat keras. Dia menekan dadanya yang tiba-tiba sesak. Agung perlahan mengeratkan pelukannya. Beberapa pelayan keluar dan membiarkan mereka berdua.Dengan tersenyum, Agung mentap Redrich yang masih terlihat sangat cantik. Dia memang mencintai wanita itu sejak dulu. Tapi, dia harus menahan hatinya. Tidak mungkin bagi dirinya menyukai wanita Tuan Besar."Aku sangat menderita kehilangan Malik. Aku sangat kesepian sekali. Sementara, Arman