Accueil / Romansa / Istri Pilihan Mama / Tak Akan Tinggal Diam

Share

Tak Akan Tinggal Diam

last update Dernière mise à jour: 2021-05-14 15:23:25

~Happy Reading All~

***

"Mbak Tantri!" pekik Yadi yang berhasil menemukan gadis cantik penolong majikannya tersebut dengan susah payah. 

Langkah kaki Tantri sudah sampai di trotoar jalan hendak menunggu bus lewat. Untung saja teriakan Yadi berhasil mengurungkan niat Tantri memasuki kendaraan umum di mana belasan manusia berjejal di dalamnya. 

Tantri menoleh ke belakang tanpa membalikkan badan. Senyum manis terbit di kedua sudut bibir ranumnya. Amat manis dan teduh. 

"Mbak Tantri, biar saya antar pulang, ya!" tawar Yadi bersungguh-sungguh. "Nyonya minta saya mengantar Mbak Tantri pulang ke rumah dengan selamat tanpa kurang suatu apa pun. Mau, ya?" 

Tantri belum menerima tawaran dari pria yang berprofesi sebagai sopir pribadi nyonya Mona tersebut. Gadis cantik berlesung pipi itu merogoh saku celana pendeknya, di mana saat ini ia menemukan selembar uang berwarna hijau. Sisa dua puluh ribu.

Gawat!

Tantri menepuk kening mulusnya dengan telapak tangan. Ia merutuki keteledorannya karena meninggalkan barang bawaannya di jalan dekat tempat kejadian perkara tadi. Bungkusan plastik berisi tanaman herbal itu pasti sudah hilang atau dibuang orang ke tempat sampah. 

Ya Tuhan! 

Ia sudah merasa ketakutan membayangkan hal itu. 

"Pak Yadi, kalau tidak keberatan, bisakah Bapak mengantar saya ke tempat kecelakaan tadi? Saya meninggalkan barang bawaan saya di sana. Pasti Bibi saya akan menanyakannya. Bagaimana, Pak?" tanya Tantri tampak sungkan dan tak enak hati telah merepotkan Yadi. 

"Tidak perlu sungkan seperti itu, Mbak. Mari saya antar!" ujar Yadi meyakinkan. 

Tantri tak bisa menolak tawaran itu karena ia memang membutuhkan bantuan dari Yadi. Gadis itu mengangguk perlahan mengiyakan ajakan Yadi padanya. Sebuah tawaran yang dapat membantunya lepas dari satu masalah di rumah karena kelalaiannya. Ia merasa kesal pada dirinya sendiri. Tanpa sadar ia mencebik bibir. 

"Kenapa, Mbak?" tanya Yadi penasaran dengan ekspresi aneh yang ditunjukkan Tantri. 

"Oh, nggak apa-apa, Pak. Hehehe," sahut Tantri malu-malu. 

***

"Aduh, di mana ya plastik bungkusan itu? Masa iya, di tempat sampah nggak ada, di pinggir jalan juga nggak ada bekasnya? Ya Allah…" gumamnya lirih sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ekspresi lucu tampak di netra hitam Yadi yang sedari tadi mengawasi dalam diam. 

Tantri berjalan mondar-mandir ke sana kemari berharap menemukan bungkusan tersebut. Merasa putus asa, gadis itu menghela napas kasar dengan disertai menggembungkan kedua pipinya. Tampak menggemaskan. 

Yadi mulai penasaran. Ia memilih mendekati gadis muda tersebut. "Mbak, memangnya isi di dalam bungkusan itu apa saja? Kalau itu benar-benar penting, bagaimana kalau kita membeli lagi? Beres, bukan?" usul Yadi mengeluarkan ide brilliant dari pikirannya. 

Tantri menggeleng pelan sambil merogoh saku celana. Ia memamerkan selembar uang yang ada di genggamannya. 

"Uangnya nggak cukup, Pak. Tinggal ini yang ada di saku celana. Bibi pasti akan memarahiku. Ya ampun, kenapa aku bisa sembarangan begini?" rutuknya yang tak henti menyalahkan diri sendiri. 

Yadi tampak tak enak hati, kalau bukan karena menyelamatkan dirinya dan nyonya Mona, mungkin gadis ini tidak akan memiliki masalah dengan keluarganya. 

"Mbak, ayo kita beli bahannya! Memangnya Mbak Tantri butuh uang berapa? Bapak masih ada uang kok, kebetulan masih ada seratus ribu. Cukup nggak buat gantiin isi bungkusan itu?" tawarnya memberi bantuan. 

Tantri menolak tawaran Yadi. Ia tak mau merepotkan orang yang sudah memberikan tumpangan padanya. 

"Tidak usah, Pak! Biar saya cari lagi. Isi bungkusan itu adalah tanaman herbal yang biasa diracik oleh Bibi saya untuk dijadikan jamu. Kebetulan, pekerjaan utama keluarga saya adalah berjualan jamu di depan rumah," tolak Tantri sembari menjelaskan. 

Yadi semakin takjub, di era modern seperti ini masih bisa menemukan gadis yang begitu sopan dan jujur bernama Tantri. 

"Ayo, Mbak! Saya memaksa! Kalau Mbak nggak mau menerima bantuan saya, berarti Mbak nggak menghargai saya!" tegas Yadi. 

"Ta-tapi Pak --..." 

"Mari!" paksa Yadi memberikan jalan untuk Tantri kembali ke dalam mobil. 

Tantri mengangguk pasrah dan berkata, "Maaf Pak, merepotkan sekali lagi. Nanti sesampainya di rumah, saya akan mengganti uang itu. Harus Pak! Saya nggak mau punya hutang!" 

Tak ada jawaban dari bibir Yadi. Ia hanya tersenyum penuh arti dan fokus pada jalanan menuju pasar mencari tanaman herbal untuk bibi dari Tantri. Mobil melaju dengan kecepatan sedang membawa keduanya ke tempat yang dituju. 

***

"Aaaaaaarrggg! Menyebalkan! Kenapa Mama ngambek seperti ini? Astaga! Hanya karena cewek kampungan itu tadi, Mama jadi marah sama aku! Aku harus cari cara biar Mama maafin aku," umpat Arsaka di dalam mobil menuju ke kantornya. 

Pria itu merasa frustasi hanya karena perkataan ketusnya pada gadis kampung dan juga miskin itu. Ia memukul stang bundar di hadapannya. 

Kesal. 

Drrt Drrt 

Ponselnya bergetar di saku celananya. Ia merasa geli. Ia menyalakan handsfree di telinganya dan mulai berbicara pada seseorang yang kini menghubunginya. 

"Sayang!" sapa seseorang dari seberang sana. "Kamu bisa ke apartemen nggak?" tanya Aleta manja. 

Arsaka yang merasa bersalah karena tadi meninggalkannya pun mau tak mau mengiyakan. 

"Oke, sebentar aja, ya! Aku masih harus nemenin Mama di rumah sakit soalnya," kilah Arsaka. Sebenarnya ia ingin mencari jawaban dari keinginan sang ibu. Haruskah ia menceritakan hal ini pada kekasihnya yang mudah cemburu itu? 

Ah, tidak perlu! 

Ia bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Pasti bisa!

"Iya, Sayang. Aku tunggu!" sahut Aleta yang senang bahwa kekasihnya akan berkunjung ke apartemen. Itu artinya akan ada quality time untuk keduanya. Sebentar akan berubah lama, pikirnya. 

Panggilan dimatikan dari Arsaka. Aleta bisa mengertikan. 

Arsaka memutar haluan kendaraan mewahnya menuju apartemen elit milik Aleta. Berharap bertemu sang kekasih dapat meringankan beban pikirannya. 

***

Hampir sejam berlalu. 

Yadi dan Tantri telah membawa barang belanjaan yang dibelinya dari pasar kota. Karena waktu hampir menjelang sore, banyak pedagang telah kembali ke rumah. Mereka berdua memburu waktu dan bisa menemukan aneka tanaman herbal di sana. 

Tak mau membuang waktu keduanya telah sampai di depan rumah sederhana milik keluarga Tantri. Di dalam rumah yang asri dan dipenuhi tanaman hias berwarna hijau di samping kiri kanan tampak meneduhkan siapa saja yang melihatnya. Sejuk, dengan hembusan angin menerpa kulit dari pohon mangga yang ditanam di depan rumah. 

"Pak, jangan pergi dulu! Tolong tunggu sebentar, ya! Mari masuk dulu, Pak!" pinta Tantri saat membuka pagar rumahnya. 

Yadi mengangguk dan menyerahkan dua bungkusan plastik yang baru saja ia ambil dari bagasi mobil pada Tantri. Pria itu mengikuti langkah Tantri dan menerima tawaran gadis cantik tersebut. Tatapannya kini tertuju pada sebuah bangku panjang berbahan kayu yang tampak telah berumur. Ada sedikit gigitan rayap di ujung kanan dan kiri bangku, tapi ia tak mempermasalahkannya. 

Yadi menjatuhkan pantatnya di sana sambil menunggu Tantri. 

Tak lama, Tantri keluar bersama sang bibi yang sedari tadi kepikiran ke mana perginya keponakan cantiknya tersebut sedari pagi. 

"Pak, silakan diminum! Oh iya, ini bibi saya, Pak!" ucap Tantri memperkenalkan wanita paruh baya di sampingnya. 

"Loh, kamu 'kan…" ujar Yadi tampak sedikit terkejut melihat bibi dari gadis muda tersebut. 

***

Kalau suka dengan cerita ini, mohon dukungannya ya, monggo yang berkenan memberikan saran dan kritik. Diterima sekali… 

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (2)
goodnovel comment avatar
Rokmad Susilo
mengharukan kehidupan penuh dengan cobaan
goodnovel comment avatar
Wardi Bastian
lanjut thorr
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Istri Pilihan Mama   Kan Sudah Halal (TAMAT)

    Kedua mata Tantri terbuka lebar. Ia menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke arah pria muda yang pernah singgah di hatinya selama bertahun-tahun lamanya. Tantri menahan tangis dan amarah di saat bersamaan. Ia terlanjur kecewa dan terluka. Baik Tantri dan Banyu, mereka sama-sama terluka. Namun luka yang dialami Tantri kali ini bertambah dengan ucapan Banyu barusan. Perempuan itu menghela napas berat sebelum akhirnya memberanikan diri kembali mendekati Banyu."Mas…"Banyu menatap dalam kedua mata Tantri dengan hati yang terluka sekaligus penuh harap akan perpisahan perempuan itu yang baru saja menikah dengan Arsaka. "Bagaimana bisa kamu mendoakan aku untuk berpisah dengan laki-laki yang baru beberapa hari menikahiku? Apakah itu adalah doa terbaik darimu atau kutukan darimu? Aku tahu Mas Banyu bukan laki-laki pendendam yang sanggup mengatakan hal-hal semacam itu. Mas, ingat kata-kata itu termasuk doa. Jaga lisan kamu, Mas! Aku tahu kamu itu orang baik. Jangan pernah mengatakan hal

  • Istri Pilihan Mama   Kutunggu Jandamu!

    "Saya nggak keberatan kalau kamu mau menyelesaikan urusan kamu dengan dia. Saya akan menunggu kamu di mobil." Arsaka mengatakan hal itu dengan tenang sebelum akhirnya mantap melangkahkan kaki menuju ke dalam kendaraan roda empatnya yang terparkir di halaman Rumah Sakit.Tantri mengangguk pelan menanggapi pemberian izin suaminya. Ia terus mengarahkan pandangannya pada laki-laki yang semula ia benci dan kini telah menjadi suami sahnya hingga tak lagi terjangkau sepasang mata indahnya.Sepeninggal Arsaka, Banyu menatap wajah ayu Tantri yang kini tampak bersalah kepadanya. Suasana mendadak sendu. Rasa kecewa dan terluka bercampur aduk di sekitar mereka berdua."Bagaimana kabarmu setelah melakukan ini padaku, Tantri?" tanya Banyu dengan ekspresi terluka yang begitu kentara."Mas Banyu, aku minta maaf," ucap Tantri seraya menundukkan kepalanya."Minta maaf dalam hal apa, Tantri? Minta maaf karena kamu menikah secara tiba-tiba dengan mantan atasan kita tanpa sepengetahuanku atau karena meny

  • Istri Pilihan Mama   Apa Kabarmu, Tantri?

    Yusti tersenyum teduh pada lelaki yang pernah menjadi cinta pertamanya saat duduk di bangku sekolah menengah pertama. Ia pun memantapkan hati dan pikirannya mengenai keputusan yang sesaat lagi harus ia ungkapkan di depan orang-orang ini. "Bu Mona, saya tidak mau jadi orang munafik," kata Yusti sembari tersenyum malu beberapa detik kemudian."Maksudnya?" "Saya bersedia menghabiskan sisa hidup saya bersama laki-laki ini," ucap Yusti kemudian sambil meruncingkan jari telunjuknya ke arah Yadi. Yadi masih tak menyangka akan mendapat durian runtuh seperti ini. Ia masih mengira semua ini adalah halusinasi yang ditimbulkan olehnya efek bius yang sempat bertengger di tubuhnya. Nyatanya, senyum manis mengembang sempurna di wajah ayu Yusti yang tak lagi muda. "Kamu serius mau menikahi laki-laki seperti aku, Yusti?" Yadi bertanya dengan tatapan yang semakin lama semakin blur. Rupanya air matanya menggenang di sana membuat penglihatannya sedikit terganggu."Kenapa nggak, Yadi? Semula aku selal

  • Istri Pilihan Mama   Menolak Atau Menerima?

    Empat orang berkumpul di kamar inap Yadi. Semua orang memiliki buah pemikiran mereka sendiri. Arsaka diam-diam mencuri pandang pada istri kecilnya lalu perlahan-lahan melarikan pandangan pada Yusti yang sedang menunggu penjelasan baik darinya ataupun Tantri. "Sebenarnya tadi itu saya sudah mengetuk pintu. Tapi tidak ada jawaban. Melihat Bi Yusti dan Pak Yadi masih sama-sama terlelap, saya tidak berani membangunkan kalian. Jadi, saya memutuskan meletakkan makanan di atas meja. Setelah itu saya juga ingin meminta maaf karena kami diam-diam mencuri dengar apa yang tadi kalian bicarakan. Untuk yang terakhir ini memang kami akui kami sudah kelewat batas. Tolong maafkan kami, Bi Yusti." Arsaka membela sang istri di garda depan agar tak mendapat amukan Yusti yang sedari tadi memberengut kesal. "Tapi kan kalian ini sudah sama-sama dewasa, masa iya ada orang tua lagi bicara serius eh malah kalian nguping? Malu ah sama umur," Yusti masih terlihat merajuk.Yadi yang ada di sebelahnya tertawa

  • Istri Pilihan Mama   Sejak Kapan?

    Kedua mata Arsaka membola. Ia sudah membayangkan yang tidak-tidak. Ia begitu khawatir dan juga panik kalau sampai aksinya saat ini tertangkap basah oleh pasangan paruh baya di sekelilingnya. Eh tunggu dulu? Memangnya mereka adalah pasangan kekasih? Astaga! 'Fokus, Saka! Fokus! Nggak usah mikirin hal lain. Lebih baik kamu berdoa supaya bisa tetap aman dan bisa cepat kabur dari sini. Bi Yusti, aku mohon tolong jangan bangun dulu,' ucap Arsaka dalam hati seraya menyemangati diri sendiri supaya situasi tetap aman terkendali.Entah semesta merestui niat baiknya atau tidak. Bukan Yusti yang membuka mata atau menangkap basah dirinya di ruangan itu, melainkan pasien yang terbaring lemah bernama Yadi yang kini membuka mata. Pandangan Yadi sepertinya masih blur dan pria itu sedang berusaha sekuat tenaga beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Hal itu dimanfaatkan oleh Arsaka untuk berjongkok dan berjalan mengendap-endap hingga pintu keluar. Sumpah demi apa pun, Arsaka tidak pernah melakuka

  • Istri Pilihan Mama   Gawat! Bagaimana Ini?

    Selang infus masih terpasang di punggung tangan Yadi. Yusti menatap iba pada lelaki yang seringkali ia maki jika mereka berjumpa. Dan sekarang ia merasakan kesepian sepertinya ada yang kurang di dalam hatinya.Bukan ini yang Yusti inginkan. Ia ingin melihat Yadi dalam keadaan baik-baik saja. Walau kata dokter barusan Yadi akan baik-baik saja usai mendapatkan penanganan, hal itu tidak lantas membuat kecemasannya mereda. Ia masih tetap merasakan hal itu mengganggu ketenangan jiwanya. "Yadi, ayo bangun! Kamu nggak kangen berantem sama aku? Kalau kamu berani sama aku, ayo ladeni kata-kataku! Jangan cuma tidur terus! Payah ah kamu, masa begitu saja kamu belum bangun juga. Ayo bangun! Kita lanjutkan perseteruan kita lagi dan lagi," tantang Yusti sambil menahan tangis. Air matanya kembali tumpah membasahi pipi. Ia kesal sekali. Menurutnya, ia bukan tipikal wanita yang cengeng. Tapi kenapa ia malah menangis hanya karena ini? "Ayo bangun, Yadi! Katanya kamu mau nikah sama aku? Jadi apa ngga

  • Istri Pilihan Mama   Permintaan Bibi

    Arsaka diam. Pria itu bergeming di posisinya. Ia melirik sekilas ke arah Yadi. Tak lama kemudian Arsaka menghela napas panjang sebelum berucap pada sang mantan. "Silakan lakukan apa pun yang kamu mau. Aku nggak akan menghentikan atau melarang kamu untuk menyakiti dirimu sendiri. Kalau kamu sakit, yang rugi itu bukan aku. Melainkan kamu. Sekarang kamu mau melakukan apa pun, semuanya juga akan kembali ke kamu. Kamu sudah dewasa dan bisa berpikir jernih. Kalau kamu merasa menyakiti diri sendiri akan menjadi jalan terbaik untuk kamu, ya itu hak kamu. Kamu dan aku sudah tidak seperti dulu. Kamu adalah kamu. Dan aku adalah aku dengan seseorang yang telah menjadi masa depanku. Sekarang yang bisa aku katakan ke kamu adalah berhentilah bersandiwara! Kamu adalah seorang artis dan model. Tidak bersamaku tidak akan membuat kamu menderita atau merugi. Seharusnya kamu bersyukur karena sudah tidak lagi berhubungan dengan aku. Kamu bisa mencari atau menemukan seseorang yang jauh lebih tepat darip

  • Istri Pilihan Mama   Ancaman Sang Mantan

    Tepat sebulan setelah kejadian di mana Tantri dilamar secara pribadi dan mendadak oleh Arsaka, saat ini kedua insan manusia yang sempat dijodohkan oleh Mona beberapa bulan lalu duduk bersisian di hadapan sang penghulu."Nak Arsaka sudah siap?" tanya sang penghulu sebelum memulai prosesi ijab kabul."Saya siap, Pak," tegas Arsaka tanpa ragu."Wah pengantin laki-lakinya sudah nggak sabaran rupanya menjadi suami sah dari Mbak Tantri! Kalau begitu tanpa mengulur waktu lagi, mari kita mulai prosesi pengucapan janji suci antara Mas Saka dan Mbak Tantri!" ajak sang penghulu yang berusaha mencairkan suasana yang sempat terasa kaku di sekelilingnya.Dan dimulailah pengucapan ijab kabul…Arsaka mengucap janji suci pernikahan dengan tegas, lantang dan "Bagaimana saksi? Sah?" tanya bapak penghulu pada para saksi yang duduk mendampingi sepasang pengantin tersebut. "Sah!" pekik para saksi dengan penuh semangat. Arsaka melirik Tantri yang ada di sampingnya yang kini tersipu malu usai mendengar pe

  • Istri Pilihan Mama   Kita Nikah Bulan Depan!

    "Lepaskan ibuku!" teriak Arsaka sambil mendorong tubuh Debora hingga terjatuh di paving block. BruggSuara tubuh wanita itu "Aaaakkh, sakit!" Debora meringis kesakitan. Ia mengangkat tangannya meminta pertolongan suaminya. "Papa, tolong!" Guntur yang merasa bersalah usai mendengar pengakuan Mona hanya bisa diam dan perlahan-lahan membantu istrinya untuk bangun dari posisi memalukan itu."Papa, jangan tinggal diam! Mereka berdua sudah melakukan kejahatan sama Mama. Ayo buruan lapor polisi, Papa!" Debora mengemis iba pada Guntur. Ia mencoba mengompori sang suami agar mau menuruti permintaannya. Bukan ekspresi marah yang kini terlihat di wajah Guntur. Wajahnya masih menunjukkan perasaan bersalah pada semua orang yang ada di sekelilingnya terutama pada gadis cantik yang diakui Mona sebagai calon menantu."Apakah benar kamu adalah anaknya Sekar?" tanya Guntur usai membantu sang istri berdiri di sampingnya dengan lebih baik. Ia melepaskan gelayutan tangan Debora dan mendekati Tantri. "

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status