Jacob menunggu dengan gelisah hasil dari pemeriksaan kesuburannya. Ia berharap tidak mendapatkan masalah sama sekali hingga akhirnya ia bisa menikahi Najwa. Sebenarnya ia enggan melakukan hal ini, tapi Jacob menyadari bahwa Najwa memang tidak memiliki kepercayaan diri hingga akhirnya ia rela melakukan test seperti ini.“Pak Jacob, ditunggu dokter di ruangannya,” kata suster memberitahu. Jacob bangkit dari tempat duduknya, mengucapkan basmallah dan ridho atas semua ketetapanNya. Ia masuk ke ruang serba putih itu dan seorang dokter lelaki paruh baya tersenyum ke arahnya.“Silahkan duduk,” kata dokter tersebut pada Jacob yang dulu saat menemuinya, ia pikir Jacob berniat vasektomi, nyatanya ia memeriksakan diri soal keperjakaannya.Jacob duduk di hadapannya dengan dada berdebar-debar, ia berharap hasilnya bagus. Selain karena ingin mengusir rasa cemas di hati Najwa dan menumbuhkan lagi benih-benih kepercayaan dirinya, Jacob juga berencana memberitahukan soal dugaannya bahwa anak yang dika
Seperti yang telah diduga oleh Najwa bahwa pamannya marah besar ketika ia menceritakan kehidupan rumah tangganya yang sudah berantakan, bahkan sepupu lelakinya yang juga turut mendengarkan kisahnya mengepalkan tangan karena menahan amarah."Kurang ajar! Gak bisa dibiarin!" kata sang paman."Najwa sudah ikhlas, paman," jawab Najwa."Tapi paman gak ikhlas, paman yang gedein kamu!" seru paman Najwa berapi-api."Biar Allah saja yang membalasnya, paman," kata Najwa, "Najwa dan Jacob datang ke sini untuk meminta restu," kata Najwa seraya memandang Jacob. Paman diam, tak langsung menjawab, rona wajahnya yang merah padam masih terlihat jelas, ia seperti tak rela kalau Najwa menikah lagi dan tersakiti."Aku tidak menuntut apa-apa dari kamu, tapi jika kamu menyakiti Najwa seperti yang dilakukan oleh bajingan itu, aku gak akan tinggal diam," kata paman Najwa seraya menghembuskan napas kesal sekali."Nyawa saya taruhannya, paman. Paman boleh membunuh saya ketika saya mengkhianati Najwa," kata Jac
Ketika Najwa masih dirias oleh MUA yang terkenal di daerahnya, saudara sepupunya datang ke kamarnya dengan wajah terkejut dan heran, "mbak, ada perempuan cantik datang bersama mobil box berisi makanan. Banyak makanan enak mbak!" kata sepupunya yang membuat Najwa terkejut."Permisi sebentar, ya," kata Najwa pada periasnya yang mengangguk. Najwa keluar kamar dengan kondisi riasan belum sempurna dan kerudung instan yang ia kenakan sekadarnya. Di luar rumah, ia melihat Angeline sedang menginterupsi para catering makanan untuk menata makanan yang sudah ia pesan sedemikian rupa di halaman rumah Najwa yang luas dan sudah disulap sangat cantik oleh tukang dekorasi yang dipesan oleh Angeline. "Paman seperti mau punya hajatan, Najwa. Tenda dan dekorasi ini paling indah di kampung sepanjang orang punya hajatan," kata pamannya bangga. "Lihat! Banyak orang jualan, mereka benar-benar mikir kalau sedang ada hajatan loh," kata paman Najwa terkekeh senang. Najwa lega karena pamannya bisa tertawa lep
"Kamu kenapa, mas?" tanya Aisyah pada Hamish yang terlihat kesal. "Najwa mau menikah," jawab Hamish singkat. "Hah? Sama siapa?" tanya Aisyah yang juga kaget. "Lelaki itu," jawab Hamish benar-benar kesal. Hamish tak menyangka sama sekali kalau Najwa akan menikah dengan pria dimana beberapa waktu lalu ia bekerja sebagai tukang kebun di rumah Jacob. Mengingat hal itu, Hamish terbakar api tidak terima karena Najwa mendapatkan pria yang lebih dari dirinya dalam hal materi. "Lelaki kaya yang aku curigai mereka berselingkuh saat kamu masih berstatus suami mbak Najwa, mas?" tanya Aisyah tak percaya dan Hamish mengangguk ke arahnya. "Apa kubilang! Mereka pasti punya hubungan, kan? Makanya mbak Najwa buru-buru meminta berpisah darimu, mas! Ketahuan kan belangnya!" kata Aisyah sengaja membakar api cemburu di dada Hamish agar Hamish melupakan kematian ibunya yang mendadak dan tak bertanya kepadanya terus kenapa sang ibu bisa tiba-tiba terjatuh dan meninggal karena serangan jantung. Karen
Hamish sangat syok dengan apa yang baru saja Najwa paparkan padanya. Apalagi Najwa tak mengatakannya secara membual, ada bukti di tangan Najwa, yakni rekaman cctv yang terlihat jelas wajah Aisyah yang hanya mengenakan lingerie dan seorang lelaki yang tergesa-gesa mengenakan pakaiannya saat keluar kamar tamu bersama Aisyah dan ibunya yang kaget melihat keduanya lalu pingsan.“Biar aku kirim videonya ke kamu, mas!” seru Najwa seraya merebut kembali ponselnya dari tangan Hamish dan gegas mengirimkan video cctv itu ke nomer ponsel Hamish. Setelah mengirimkannya, Najwa melangkah pergi dari hadapan Hamish, membiarkan Hamish tercengang sendiri dengan apa yang dilihatnya dalam video tersebut sampai ia harus duduk di sana cukup lama sebelum akhirnya bangkit dan berjalan sempoyongan ke dalam mobilnya yang terparkir di luar toko Najwa.Di dalam mobil, Hamish menangis seperti anak kecil, ia sama sekali tak menyangka kalau Aisyah benar-benar tega menduakannya selama ini. Cinta pertama yang selalu
"Siapa Mufti mbak Najwa?" tanya Mirna setelah membaca story yang baru saja diunggah oleh Najwa ke media sosialnya. Mendengar nama Mufti disebut, wajah Hans seketika menegang, ia memandang ke arah Najwa yang terlihat tenang dan biasa saja sembari tersenyum ke arah Mirna."Mantan anak tiri saya, Bu Mirna. Anak mantan suami saya dengan istri mudanya," jawab Najwa. Mama Jacob sampai melihat ke arah Najwa yang terlihat biasa saja sedangkan beliau terkejut, begitupun dengan Mirna. "Mufti seperti putra anda, dia sangat putih dengan mata sipit, seperti anak-anak Korea atau Cina lainnya," kata Najwa yang membuat Hans makin panas dingin mendengarnya. Mirna segera menoleh ke arah suaminya, ia makin curiga kalau sang suami tak hanya memiliki wanita selingkuhan tapi juga anak dari selingkuhannya."Mbak Najwa sudah tidak tinggal di daerah perumahan itu lagi?" tanya Mirna dan Najwa menggeleng."Mantan ibu mertua saya tidak punya tempat tinggal, jadi saya yang mengalah angkat kaki dari sana. Sekarang
"Mas!" Aisyah terbangun dari tidurnya dan langsung membuat Hamish sadar bahwa apa yang akan ia lakukan adalah sebuah kesalahan dan dosa yang besar.Hamish menarik dirinya, mengusap keringatnya yang keluar dari pelipisnya. Aisyah bangun dari tidurnya dan menatap Hamish yang gelisah dan bingung tersebut."Kamu kenapa, mas?" tanya Aisyah yang heran dengan sikap Hamish yang menurutnya sedikit aneh tersebut. Hamish menggeleng. "Kamu mau itu, mas?" tanya Aisyah lagi dengan senyum yang menggoda Hamish. Hamish menoleh ke arah Aisyah yang tersenyum malu-malu ke arahnya.Hamish seketika ingat dengan kejadian yang ada di cctv, ia kembali muak dan marah. Hamish bangkit dan berjalan keluar kamar, membuat Aisyah heran dengan sikap Hamish itu. Biasanya, ketika Aisyah membuka baju bagian atasnya, Hamish akan dengan senang hati memberikan nafkah batin pada Aisyah, tapi kenapa Hamish terasa berbeda beberapa hari ini?Aisyah tak peduli, ia kembali merebahkan dirinya ke kasur tapi ia tiba-tiba ingat deng
"Kenapa diam? Jawab!" seru Hamish yang kesal sekali karena Aisyah tak juga mengakui kalau dia berselingkuh darinya. Seluruh tubuh Aisyah bergetar hebat, bahkan Mufti terus menangis."Mas, tolong, jangan buat Mufti ketakutan seperti ini," kata Aisyah memohon, air matanya berlinang karena takut melihat Hamish yang marah dan terlihat seperti orang yang baru saja kesurupan.Dada Hamish naik turun, ia heran sekali dengan Aisyah yang benar-benar tak mau mengakui kesalahannya sama sekali. Hamish mendekat dan Aisyah mundur beberapa langkah, bayang-bayang mantan suami Aisyah yang hobi memukulnya saat ia dulu menjadi istrinya terbayang-bayang lagi kini. Dengan erat, Aisyah memegang Mufti agar tak terjatuh dari kedua tangannya."Mas ... Mas ..." Aisyah ketakutan bukan main kala melihat sorot mata tajam Hamish yang merah menyala karena amarah yang membakar dadanya itu menatapnya nyalang dan tajam sekali. Mufti menangis keras dan Hamish serta merta mengambil Mufti dari dekapan Aisyah lalu membawa