Rachel terus berjalan mengikuti Calvin sambil menatap pria itu kebingungan. Calvin mengajaknya ke salah satu pusat perbelanjaan milik Miguel Group di saat pria itu tadi mengatakan akan mengajaknya bertemu Juan.Hatinya mulai cemas. Apakah kali ini Juan melakukan pekerjaan sampingan lainnya?Calvin mengajaknya memasuki sebuah toko buku. Pria itu tampak berjalan dengan santai dan menuju ke lantai 2 toko buku tersebut tepatnya menuju ke area baca."Kenapa mengajakku kesini?" Rachel bertanya kebingungan namun pertanyaannya hanya dibalas oleh senyuman kecil oleh CalvinPria itu sibuk melihat jam tangannya seolah menunggu sesuatu. Tidak lama kemudian Juan datang dengan senyum sumringah."Hai kak Rachel!" Seru Juan semangat seraya duduk di sebelah kakaknya."Wah tidak kusangka kau memilih tempat seperti ini untuk bertemu dengan Juan." Rachel menatap Calvin sambil bertepuk tangan."Kau jelaskan pada kakakmu!" perintah Calvin yang langsung membuat Juan hormat
"Jika aku bilang, aku sedikit mengaturnya apa kau akan marah?"Rachel terdiam. Ia bingung harus bereaksi seperti apa. Melihat Rachel yang tidak merespon apapun, Calvin berinisiatif menjelaskan."Aku hanya sedikit membantunya membuat keputusan. Aku memberinya beberapa pilihan pekerjaan. Keputusan Juan sangat tepat saat memilih bekerja di toko buku.""Kau meminta bantuanku dan aku membantumu." Lanjut Calvin santai."Kau ternyata sudah memikirkan segalanya dari awal.""Maksudmu?" Tanya Calvin bingung."Kau selalu memikirkan segala sesuatu agar berjalan sesuai dengan rencanamu." Ujar Rachel disertai senyuman tipis."Karena aku adalah Calvin, maka semua harus sesuai dengan rencanaku." Calvin menjawabnya dengan datar."Baiklah, kali ini aku sangat berterima kasih padamu. Kalau bukan kau yang mengaturnya, mungkin Juan masih akan berkeliaran mencari berbagai macam pekerjaan di luar sana.""Kalau kau sangat berterima kasih padaku, bukankah seharusnya kau memberiku hadiah?" Calvin tersenyum kec
"Sepatu olahraga?""Aku tidak mengizinkanmu untuk meninggalkan ruangan ini dan kembali bekerja di kantor tim pemasaran. Sepatu itu akan membuatmu lebih nyaman dalam bekerja."Rachel menatap Calvin tidak percaya. Gadis itu benar-benar terkejut dnegan perlakuan ajaib Calvin.Melihat Rachel yanga hanya mematung, Calvin mulai mengeluarkan sepasang sepatu tersebut dari kotaknya. Pria itu kemudian meraih kaki Rachel yang memang sudah tidak memakai alas kaki."Kau mau apa!" Bentak Rachel panik. Gadis itu sibuk menutupi roknya saat Calvin mulai berjongkok di hadapan dirinya."Diam, aku akan membantumu mengenakannya." Kali ini Rachek benar-benar sudah tidak bisa berkata apapun. Ia membiarkan Calvin memakaikan sepatu di kedua kakinya.Pria itu tersenyum puas saat sepatu olahraga berwarna putih itu tampak pas di kaki Rachel."Sangat cocok untukmu." Calvin menatap Rachel dengan tatapan yang menurut Rachel sangat aneh. Pria itu masih berjongkok di hadapannya dan
"Bagaima situasinya?" Tanya Rachel panik saat sudah tiba di lokasi perilisan produk baru."Kami sedang berusaha mencari make up artist pengganti, tapi seperti agak sulit untuk menyesuaikan konsep kita dalam waktu singkat." Rachel terdiam mendengar penjelasan Vira. Gadis itu tidak salah. Acara akan dimulai sekitar lima menit lagi dan pengunjung sudah hampir memenuhi venue. Tidak mungkin juga untuk mengubah urutan acara karena jadwal sudah dirilis di mana-mana."Wajahmu pucat Rach. Kau baik-baik saja?" Vira bertanya sedikit panik. Rachel menggeleng. "Tenang, aku baik-baik saja." Jawab Rachel cepat. Sekarang tidak ada waktu untuk memikirkan kondisi kesehatan dirinya."Bagaimana ini, tidak ada satupun make up artist yang sanggup dengan konsep riasan hari ini." Rachel dan Vira menghela nafas berat saat mendengar kabar buruk dari salah satu staff yang juga dengan panik menghampiri mereka."Kalau saja ada Bu Diana, dia pasti bisa langsung menemukan pengg
"Bagaimana keadaannya?" Calvin bertanya pada Nicky dengan wajah marah. Ia baru saja mendengar berita istrinya tidak sadarkan diri dan sedang dilarikan ke ruamh sakit.Dalam hati, Calvin merutuki sikapnya tadi saat bertemu dengan Rachel. Seandainya ia lebih memperhatikan gadis itu dan lebih bersikeras menyuruhnya untuk istirahat pasti tidak akan ada kejadian seperti ini."Tenangkan dirimu."Nicky mencoba memperingati Calvin dimana mereka berada sekarang.Calvin tidak peduli. Pria itu terus melangkah dengan cepat bahkan hampir berlari. "Aku akan menggantikanmu melihat kondisi Rachel, kau tunggu saja disini, tidak akan baik saat dilihat oleh para petinggi lain." Nicky lagi-lagi berusaha mencegah Calvin untuk pergi.Bukan karena tidak mengerti situasinya, tapi acara ulang tahun ke 100 Miguel Group merupakan acara penting yang sudah disiapkan sejak tahun lalu dan ia hanya tidak mau Calvin dalam posisi sulit karena dituduh telah lalai dalam menjalankan acara.
"Kau diam di situ!"Rachel terkejut mendengar suara yang sanagt dikenalnya. Juan masuk dengan tatapan membunuh."Aku hanya ingin kembali ke acara.""Tidak! Kakak ipar sudah berpesan agar aku memastikan kau tetap disini." Tolak Juan. Rachel hanya bisa menghela napas pasrah. Adiknya keras kepala dan ia sangat tahu hal itu."Kau sudah lebih baik? Mau makan sesuatu?" Juan bertanya seraya mengeluarkan beberapa jenis buah kesukaan Rachel dan meletakkannya di meja makan.Tiba-tiba saja sebuah ide terlintas di kepala Rachel. Ia menemukan cara agar bisa kembali ke gedung acara. "Kau bawa semua buah itu untukku?" Rachel bertanya sambil tersenyum kecil."Tentu saja. Semua ini kesukaan kakak. Aku tidak tahu kakak akan memilih yang mana jadi aku beli saja semua.""Wah uangmu banyak ya." ujar Rachel sedikit mencibir saat memperhatikan jumlah barang bawaan Juan yang cukup banyak."Aku baru saja gajian dan aku hampir
"RACHEL!!" Seru Calvin saat melihat lampu itu terjatuh tepat di atas kaki istrinya. Calvin tidak mempedulikan sakit di tubuhnya saat terjatuh akibat dorongan Rachel tadi dan segera menghampiri istrinya yang sudah tidak berdaya."Rachel kau bisa mendengarku?" Calvin menepuk-nepuk wajah Rachel. Celana yang ia kenakan basah. Calvin menoleh melihat ke arah kakinya dan mendapati darah dari kaki Rachel sudah mengalir deras.Calvin semakin panik saat Rachel tidak kunjung menjawab."CEPAT TELPON AMBULANCE ISTRIKU TERLUKA PARAH!!" Seru Calvin keras. Beberapa orang yang sudah mengerumuni tubuh Rachel menganga kaget mendengar itu tapi tidak seorangpun berani mengomentari. Situasi sudah terlalu kacau sekarang.Calvin meletakkan kepala Rachel di pangkuannya dan terus menepuk-nepuk pipi gadis itu. Tanpa pria itu sadari air mata mulai menetes. "Ambulance masih membutuhkan waktu 10 menit lagi untuk tiba, jalan di depan macet sekali." Laporan Nicky membuat Calvin mengu
"Kau gila? Kenapa kau melakukan itu?" Tiara meneriaki Rachel setelah Rachel selesai menceritakan kronologi kejadian yang menyebabkan dirinya sekarang terbaring di ranjang rumah sakit.Hari ini Calvin sudah kembali bekerja setelah Rachel membujuknya dengan berbagai macam cara. Tidak mudah untuk membujuk pria itu namun akhirnya Calvin setuju dengan segudang syarat yang harus Rachel penuhi. Salah satunya adalah harus ada orang yang menjaga Rachel disaat Calvin tidak ada.Kali ini Rachel benar-benar bingung dengan sikap Calvin.Ia sadar dan sangat sadar akan posisinya yang hanya sebagai istri pura-pura dari pria itu lalu apa yang menyebabkan pria itu memperlakukannya dengan penuh perhatian seakan ia benar-benar menjadi istrinya?"Tapi pria itu tau cara berterima kasih juga ya, kudengar ini kamar private untuk keluarga Miguel di rumah sakit ini." "Cara berterima kasih?" Rachel tercengang mendengar perkataan Tiara."Lalu kalau bukan cara pria itu untuk berter