Share

Calon Istri Pak Bos

Penulis: Ameera Saghira
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-27 15:27:42

Hari ini aku berangkat kerja seperti biasa. Tak ada yang spesial. Aku mengawali hariku dengan berolahraga tiga puluh menit, setelahnya aku memasak makanan, mandi, makan lalu berangkat.

Aku tinggal terpisah dari kedua orang tuaku karena perjalanan dari rumah orang tuaku ke kantor lumayan jauh, jadi aku mencari kost yang dekat dengan kantorku. Harganya lumayan, tapi karena gajiku juga lumayan, jadi aku bisa mengambil kost tersebut.

"Eh Deev, tau nggak kalau di bawah lagi ribut ada pegawai baru?"

"Oh ya? Enggak, aku nggak tau."

"Ish, emang kok kamu itu."

"Ya emang aku nggak tau," jawabku acuh tak acuh.

"Tadi kamu lewat lobby kan?" tanya Ruby.

"Iya," jawabku singkat.

"Emang nggak liat rame-rame waktu jalan di lobby?"

"Ya liat sih kalau itu. Aku cuma nggak mau tau aja itu apa."

"Ganteng lho katanya pegawai baru itu."

"Ya kalau cowok wajar dong kalau ganteng, kalau cewek ganteng baru nggak wajar. Sewajarnya cewek itu cantik."

"Emang ni anak nggak bisa diajak kompromi."

"Haha, mau minum apa By? Aku bikinin."

"Tolong bikinin ini ya, katanya minuman herbal buat ibu hamil. Suamiku yang beli."

"Suami kamu emang pengertian ya."

"Hihihi. Makasih ya Deev!" ucap Ruby yang melihatku semakin menjauh darinya.

Aku masuk ke pantry dan segera membuat satu minuman untuk Ruby, Aldi, pak bos, dan juga untukku sendiri.

"Pagi-pagi udah rajin aja."

"Bisa nggak sih Pak nggak tiba-tiba muncul gitu?"

"Enggak. Aku sukanya tiba-tiba muncul tuh."

"Sabar-sabar dirikuu."

"Itu minuman buat saya ya?"

"Bukan cuma buat Bapak sih."

"Oh ya udah, tolong bawa ke ruangan saya ya."

Ya emangnya biasanya dibawa ke mana bambang!

"Eh itu buat pak bos? Sini aku aja yang bawain masuk."

"Oh iya, tolong ya, sama ini juga minuman buat kamu."

"Wah makasih ya Deev."

"Iya sama-sama."

Tak berapa lama Aldi masuk ke dalam ruangan, dia keluar lagi dengan masih membawa nampan yang berisi minuman untuknya dan pak bos.

"Kenapa? Nggak mau dia?"

Plak!

"Dia dia."

"Ya emang dia kan? Kenapa itu? Minta aku yang anterin?"

Aldi hanya mengangguk, wajahnya dipenuhi rasa bersalah.

"Ya udah kamu ngopi dulu aja di sini."

"Makasih ya Deev."

"Iya santai."

Aku pun masuk dan membawakan minuman padanya.

"Ini minumannya Pak."

"Kamu duduk situ dulu. Tunggu saya minum."

"Harus banget Pak? Saya juga bikin minum di luar, mau saya minum."

"Oh, kebetulan kalau gitu. Kita minum bareng aja."

"Haish."

"Nggak mau?" tanyanya.

"Iya saya ambil."

Aku keluar dan segera mengambil minumanku.

"Mau ke mana Deev?"

"Disuruh minum di ruangan pak bos."

"Wah wah. Semangat Deev," ucap Ruby.

"Semangat Deev," Aldi pun tak luput memberi semangat padaku.

Memang sepertinya aku sangat butuh semangat dari banyak orang. Rasanya energiku selalu habis jika berhadapan dengan bos aneh itu.

"Permisi."

"Masuk."

"Duduk sini di depan saya."

"Pak saya cuma mau infokan, nanti jam sembilan ada meeting."

"Masih dua jam lagi. Santai lah. Minum dulu minumannya, ayo."

Aku tak hanya diam minum di ruangan ini, aku sudah membawa tabletku dan menyicil pekerjaan yang harus kuselesaikan hari ini.

"Disuruh nemenin minum malah kerja."

"Saya bukan orang kaya Pak yang nggak kerja pun dapat pemasukan."

"Dih, saya juga nggak dapat pemasukan kalau nggak kerja walaupun saya kaya."

"Saya nggak nanya."

"Huft. Deev, kamu nggak mau jadi pacar aku?"

"Bapak Ken yang terhormat, aku nggak mau. Tolong jangan tanya-tanya terus karena saya bosan menjawabnya."

"Saya nggak akan berhenti sebelum kamu jawab iya."

Aku diam tidak menanggapi ucapannya.

Tiba-tiba pintu ruangan pak bos terbuka. Terlihat seorang wanita memakai dress biru muda. Rambutnya yang bergelombang itu digerai. Memakai sepatu hak tinggi berwarna biru juga.

"Kenzie!" Wanita itu berlari ke arah pak bos dan memeluknya.

"Apa-apaan nih?!"

"Loh, kamu kok galak gitu sih sama aku?!"

"Kamu itu siapa? Aku kenal kamu aja enggak."

"Hah? Kamu lupa sama aku? Aku Evelyn."

"Aku nggak inget pernah kenal sama orang yang namanya-"

"Oh iya aku inget. Kamu temen SD aku dulu?"

"Yes! Akhirnya kamu inget."

Aku merasa canggung berada di tengah-tengah orang yang sedang reuni itu.

"Saya izin keluar. Permisi."

"Tunggu!"

"Siapa itu? Sekretaris kamu? Kenapa ada di dalam ruangan kamu?"

"Aku lagi kerja tadi."

"Kamu tau nggak sih? Orang tua kita menjodohkan kita lho."

"Hah? Siapa yang bilang?"

"Orang tua kita dong."

"Gila. Aku nggak setuju!"

"Kenapa? Kamu juga kan belum punya pacar."

"Aku emang belum punya pacar tapi aku udah punya orang yang aku suka."

"Kamu pilih orang yang kamu suka dan orang tua kamu yang pilih yang mereka suka. Siapa yang bakal menang kira-kira?"

"Nggak usah omong kosong. Aku mau tanya dulu sama mama papa."

"Silakan. Pasti mereka bakal bilang hal yang sama kok. Kemarin malam kan kami udah makan malam bersama."

"Aku nggak akan mau dijodohin."

"We will see. Ini mana sih yang bikin minuman? Dari tadi nggak peka banget."

"Ini minumannya."

"Nama kamu siapa?"

"Aldi."

"Kenalin, aku calon istri Kenzie, bos kamu," ucap Evelyn sembari mengulurkan tangannya ke arah Aldi.

"Aku udah bilang ya kalau aku nggak setuju dan nggak akan mau dijodohin sama kamu. Nggak usah sok ngaku jadi calon istri aku karena aku nggak akan mengakui kamu."

"Yaah, lambat laun kamu pasti sadar kalau aku adalah satu-satunya orang yang pantas untuk kamu."

"Mendingan sekarang kamu pergi dari sini."

"Oke oke aku pergi, besok-besok aku ke sini lagi baby. Byeee."

Semua percakapan itu terdengar dari tempat dudukku karena pintu ruangan pak Kenzie terbuka sehingga suara mereka terdengar sangat keras, apalagi dengan suasana yang sepi.

Ketika melewatiku, dia melihat dengan pandangan sinis. Apa salahku?

"Eh eh, itu siapa? Calon istri pak Kenzie tadi dia bilang?" tanya Ruby.

"Entah. Nggak mau tau urusan orang kaya."

"Yee, kamu mah bukan nggak mau tau urusan orang kaya, tapi nggak mau tau urusan pak Kenzie."

"Betul! Seratus buat kamu!"

"Ck ck ck. Jangan terlalu benci, karena benci dan cinta itu punya batasan yang tipis."

"Gimana nggak benci? Dia ngejar setiap hari padahal aku udah bilang kalau aku nggak suka dia dan aku nggak mau pacaran sama dia. Kalau bukan karena gaji di sini banyak, aku nggak akan bertahan di sini."

"Duh duh."

Waktu meeting pun tiba. Aldi membawa pak Kenzie ke ruang meeting sementara aku dan Ruby akan menyelesaikan tugas kami.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Rahasia (Akhirnya aku kembali padamu)   Gelisah

    Semakin hari aku menjadi semakin gelisah. Tidak ada hari yang berlalu tanpa rasa was-was. Padahal niatku pulang ke sini untuk menjernihkan pikiranku.Aku menjalani aktivitasku seperti biasa di desaku ini. Hanya saja pikiranku yang selalu berkelana tak tahu arah. Telepon dan sms dari nomor asing masih selalu masuk ke handphoneku. Tapi sekarang aku sama sekali tidak peduli dengan semua itu. Aku hanya selalu memblokir nomor-nomor itu. Meskipun nomor asing akan selalu masuk entah berapa banyak pun aku menghapus dan memblokirnya.Aku belum membuka kembali tokoku karena aku sendiri yang mengepak barangnya, dan karena aku tidak membawa satu barang pun dari barang daganganku, jadi aku belum bisa membuka kembali tokoku."Nak, jadi kamu mau tinggal di sini saja?" tanya ibuku tiba-tiba pada suatu siang."Emm, enggak sih Buk, nanti rencananya aku mau pindah rumah kok, aku udah beli juga rumahnya.""Oh ya? Di mana itu?" tanya ibuku kembali."Ya, nggak jauh dari rumah Ruby, temenku itu lho Buk," uc

  • Istri Rahasia (Akhirnya aku kembali padamu)   Kedatangan

    Lama aku memikirkan apakah harus sekarang menghubunginya ataukah nanti. Aku sangat gelisah, kudengar dari informanku bahwa Adeeva sudah pergi meninggalkan suaminya dan sekarang sedang ada di rumah orang tuanya.Setelah menguatkan hati, aku pun berniat untuk menghubungi Adeeva. Ternyata dia tidak pernah mengganti nomor handphonenya. Seperti menunggu kalau-kalau suatu saat aku akan menghubungi lagi. Ya, meskipun ini hanya rasa percaya diriku, tapi aku akan menyemangati diri sendiri bahwa Adeeva tidak mengganti nomornya karena masih mengharapkan kabarku.Tentu saja nomorku sudah tidak sama sejak terakhir kali kami berhubungan. Karena seperti yang kalian tahu, bahwa selama ini aku membatasi komunikasi dengan semua orang. Bahkan tidak ada satu pun orang dari perusahaanku yang tahu nomor pribadiku. Aku selalu memberi mereka nomor khusus yang kupakai di kantor.Selama perpisahan dengan Adeeva, kupikir hidupku akan mudah. Aku berpikir bahwa tidak butuh waktu lama dan aku akan segera melupakan

  • Istri Rahasia (Akhirnya aku kembali padamu)   Nomor Asing

    Beberapa bulan telah berlalu sejak aku menyelidiki perselingkuhan suamiku. Dengan bukti-bukti yang sudah kudapatkan, sepertinya kami bisa berpisah secepatnya.Setelah pernikahan penuh kesedihan, mungkin ini adalah yang terbaik untuk kami. Aku bisa terlepas dari keluarga besar mas Gilang yang selalu menanyakan kapan kami akan memiliki anak. Jujur saja aku selalu tertekan dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Apakah mereka pikir ketika pasangan yang sudah menikah belum memiliki keturunan, semua adalah salah wanita? Apakah mereka pikir masalahnya selalu ada pada wanita? Mengapa jarang sekali yang berpikir bahwa laki-laki mungkin saja bisa bermasalah?Aku tidak mempermasalahkan hal itu lagi. Hari ini aku memutuskan untuk mengemas barang-barangku untuk keluar dari rumah ini. Di saat aku sedang mengemasi barangku, terdengar suara keras mas Gilang.(kembali ke prolog)Setelah mengatakan semua hal, aku pun bersiap untuk keluar dari rumah."Oh ya, tunggu saja, sebentar lagi surat cerai akan datan

  • Istri Rahasia (Akhirnya aku kembali padamu)   Cepet Sembuh ya Ma!

    Entah mengapa, beberapa bulan terakhir ini aku merasa suamiku berubah. Tidak, dia tidak berubah total, dia masih baik, dia juga masih menyayangi Angel, namun sekarang dia jarang ada di rumah, dia juga jarang meluangkan waktunya untukku dan Angel.Pernah suatu waktu, ketika Adeeva datang ke rumahku, dia seperti ingin mengatakan satu hal."Kenapa sih Deev, cemas gitu, ada apa?" tanyaku padanya kala itu."Eh? Nggak papa kok By, emm, suami kamu di mana By?" tanyanya tiba-tiba."Entah, tadi sih pamitnya mau ketemu temen di daerah Y. Emang kenapa?""Eh? Oh, enggak, kayanya tadi aku ngeliat suami kamu sih, tapi ya nggak tau bener apa enggaknya, soalnya ya cuma liat sekilas banget," ucapnya dengan suara yang terdengar ragu."Oooh, liat di mana Deev?" tanyaku karena jujur saja aku penasaran."Aku liat suami kamu di jalan ke arah daerah X," jawab Adeeva."Oh gitu ya."Ini aneh, jelas-jelas tadi suamiku berkata akan menemui temannya di daerah Y, daerah X itu ada di jalan yang berkebalikan dengan

  • Istri Rahasia (Akhirnya aku kembali padamu)   Apakah Benar Dia?

    Hari ini aku memutuskan untuk libur dari pekerjaanku dan bermain ke rumah Ruby. Selain aku merindukan Angel, aku juga ingin memberitahu Ruby tentang suaminya.Aku memesan taksi dan segera mengatakan alamat rumah Ruby. Karena ini memang hari libur kantor, jadi Ruby ada di rumah."Hai Angel!""Aunty!" Angel berlari ke arahku dengan terburu-buru sampai akhirnya dia malah terjatuh."Hati-hati sayang, jangan lari-larian," ucapku sambil memapah Angel untuk berdiri."Udah dibilangin jangan suka lari-lari, masih aja lari-larian terus," ucap Ruby yang tiba-tiba muncul dari arah dapur."Hai By, gimana kabar?" tanyaku yang langsung memeluknya."Kabar baik Deev. Kamu sendiri baik kan?" tanyanya membalas pelukanku."Baik juga, alhamdulilah.""Ayo masuk. Maaf ya berantakan," ucap Ruby."Enggak kok, wajar berantakan, kan ada anak kecil," ucapku lalu berjalan masuk setelah Ruby mempersilakan."Mau minum apa?" tanya Ruby."Sirup ada nggak?" tanyaku."Ada dong, mau sirup rasa apa? Jeruk? Melon? Leci?"

  • Istri Rahasia (Akhirnya aku kembali padamu)   Pertemuan

    "Ken! Ada tamu nyari kamu tuh," ucap bang Mahendra masuk ke kamarku."Siapa Kak?" tanyaku."Ya nggak tau juga, turun sana, liat sendiri," ucap bang Mahendra.Aku pun turun dari kamar dan berjalan ke bawah."Oh ternyata kamu," ucapku karena ternyata yang datang adalah detektif pribadi kenalanku."Silakan masuk. Apa kamu sudah mendapatkan apa yang saya minta?" tanyaku yang dijawab dengan anggukan."Baiklah, nanti akan saya transfer biayanya ya, boleh saya minta dokumen yang kamu bawa itu?" tanyaku sambil menunjuk tumpukan kertas-kertas yang dia bawa."Silakan," jawabnya sembari menyodorkan dokumen yang dia bawa."Apakah ada hal lain yang ingin kamu sampaikan?" tanyaku."Tidak Pak," jawabnya singkat."Baiklah, terima kasih, silakan kirimkan saja nanti tagihannya untuk saya," ucapku."Baik." Setelah itu dia langsung pamit untuk pulang. Aku pun segera membuka dokumen yang dibawakan oleh detektif tadi."Siapa dek?" tanya bang Mahendra membuatku langsung cepat-cepat membereskan dokumen yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status