Share

Calon Istri Pak Bos

Hari ini aku berangkat kerja seperti biasa. Tak ada yang spesial. Aku mengawali hariku dengan berolahraga tiga puluh menit, setelahnya aku memasak makanan, mandi, makan lalu berangkat.

Aku tinggal terpisah dari kedua orang tuaku karena perjalanan dari rumah orang tuaku ke kantor lumayan jauh, jadi aku mencari kost yang dekat dengan kantorku. Harganya lumayan, tapi karena gajiku juga lumayan, jadi aku bisa mengambil kost tersebut.

"Eh Deev, tau nggak kalau di bawah lagi ribut ada pegawai baru?"

"Oh ya? Enggak, aku nggak tau."

"Ish, emang kok kamu itu."

"Ya emang aku nggak tau," jawabku acuh tak acuh.

"Tadi kamu lewat lobby kan?" tanya Ruby.

"Iya," jawabku singkat.

"Emang nggak liat rame-rame waktu jalan di lobby?"

"Ya liat sih kalau itu. Aku cuma nggak mau tau aja itu apa."

"Ganteng lho katanya pegawai baru itu."

"Ya kalau cowok wajar dong kalau ganteng, kalau cewek ganteng baru nggak wajar. Sewajarnya cewek itu cantik."

"Emang ni anak nggak bisa diajak kompromi."

"Haha, mau minum apa By? Aku bikinin."

"Tolong bikinin ini ya, katanya minuman herbal buat ibu hamil. Suamiku yang beli."

"Suami kamu emang pengertian ya."

"Hihihi. Makasih ya Deev!" ucap Ruby yang melihatku semakin menjauh darinya.

Aku masuk ke pantry dan segera membuat satu minuman untuk Ruby, Aldi, pak bos, dan juga untukku sendiri.

"Pagi-pagi udah rajin aja."

"Bisa nggak sih Pak nggak tiba-tiba muncul gitu?"

"Enggak. Aku sukanya tiba-tiba muncul tuh."

"Sabar-sabar dirikuu."

"Itu minuman buat saya ya?"

"Bukan cuma buat Bapak sih."

"Oh ya udah, tolong bawa ke ruangan saya ya."

Ya emangnya biasanya dibawa ke mana bambang!

"Eh itu buat pak bos? Sini aku aja yang bawain masuk."

"Oh iya, tolong ya, sama ini juga minuman buat kamu."

"Wah makasih ya Deev."

"Iya sama-sama."

Tak berapa lama Aldi masuk ke dalam ruangan, dia keluar lagi dengan masih membawa nampan yang berisi minuman untuknya dan pak bos.

"Kenapa? Nggak mau dia?"

Plak!

"Dia dia."

"Ya emang dia kan? Kenapa itu? Minta aku yang anterin?"

Aldi hanya mengangguk, wajahnya dipenuhi rasa bersalah.

"Ya udah kamu ngopi dulu aja di sini."

"Makasih ya Deev."

"Iya santai."

Aku pun masuk dan membawakan minuman padanya.

"Ini minumannya Pak."

"Kamu duduk situ dulu. Tunggu saya minum."

"Harus banget Pak? Saya juga bikin minum di luar, mau saya minum."

"Oh, kebetulan kalau gitu. Kita minum bareng aja."

"Haish."

"Nggak mau?" tanyanya.

"Iya saya ambil."

Aku keluar dan segera mengambil minumanku.

"Mau ke mana Deev?"

"Disuruh minum di ruangan pak bos."

"Wah wah. Semangat Deev," ucap Ruby.

"Semangat Deev," Aldi pun tak luput memberi semangat padaku.

Memang sepertinya aku sangat butuh semangat dari banyak orang. Rasanya energiku selalu habis jika berhadapan dengan bos aneh itu.

"Permisi."

"Masuk."

"Duduk sini di depan saya."

"Pak saya cuma mau infokan, nanti jam sembilan ada meeting."

"Masih dua jam lagi. Santai lah. Minum dulu minumannya, ayo."

Aku tak hanya diam minum di ruangan ini, aku sudah membawa tabletku dan menyicil pekerjaan yang harus kuselesaikan hari ini.

"Disuruh nemenin minum malah kerja."

"Saya bukan orang kaya Pak yang nggak kerja pun dapat pemasukan."

"Dih, saya juga nggak dapat pemasukan kalau nggak kerja walaupun saya kaya."

"Saya nggak nanya."

"Huft. Deev, kamu nggak mau jadi pacar aku?"

"Bapak Ken yang terhormat, aku nggak mau. Tolong jangan tanya-tanya terus karena saya bosan menjawabnya."

"Saya nggak akan berhenti sebelum kamu jawab iya."

Aku diam tidak menanggapi ucapannya.

Tiba-tiba pintu ruangan pak bos terbuka. Terlihat seorang wanita memakai dress biru muda. Rambutnya yang bergelombang itu digerai. Memakai sepatu hak tinggi berwarna biru juga.

"Kenzie!" Wanita itu berlari ke arah pak bos dan memeluknya.

"Apa-apaan nih?!"

"Loh, kamu kok galak gitu sih sama aku?!"

"Kamu itu siapa? Aku kenal kamu aja enggak."

"Hah? Kamu lupa sama aku? Aku Evelyn."

"Aku nggak inget pernah kenal sama orang yang namanya-"

"Oh iya aku inget. Kamu temen SD aku dulu?"

"Yes! Akhirnya kamu inget."

Aku merasa canggung berada di tengah-tengah orang yang sedang reuni itu.

"Saya izin keluar. Permisi."

"Tunggu!"

"Siapa itu? Sekretaris kamu? Kenapa ada di dalam ruangan kamu?"

"Aku lagi kerja tadi."

"Kamu tau nggak sih? Orang tua kita menjodohkan kita lho."

"Hah? Siapa yang bilang?"

"Orang tua kita dong."

"Gila. Aku nggak setuju!"

"Kenapa? Kamu juga kan belum punya pacar."

"Aku emang belum punya pacar tapi aku udah punya orang yang aku suka."

"Kamu pilih orang yang kamu suka dan orang tua kamu yang pilih yang mereka suka. Siapa yang bakal menang kira-kira?"

"Nggak usah omong kosong. Aku mau tanya dulu sama mama papa."

"Silakan. Pasti mereka bakal bilang hal yang sama kok. Kemarin malam kan kami udah makan malam bersama."

"Aku nggak akan mau dijodohin."

"We will see. Ini mana sih yang bikin minuman? Dari tadi nggak peka banget."

"Ini minumannya."

"Nama kamu siapa?"

"Aldi."

"Kenalin, aku calon istri Kenzie, bos kamu," ucap Evelyn sembari mengulurkan tangannya ke arah Aldi.

"Aku udah bilang ya kalau aku nggak setuju dan nggak akan mau dijodohin sama kamu. Nggak usah sok ngaku jadi calon istri aku karena aku nggak akan mengakui kamu."

"Yaah, lambat laun kamu pasti sadar kalau aku adalah satu-satunya orang yang pantas untuk kamu."

"Mendingan sekarang kamu pergi dari sini."

"Oke oke aku pergi, besok-besok aku ke sini lagi baby. Byeee."

Semua percakapan itu terdengar dari tempat dudukku karena pintu ruangan pak Kenzie terbuka sehingga suara mereka terdengar sangat keras, apalagi dengan suasana yang sepi.

Ketika melewatiku, dia melihat dengan pandangan sinis. Apa salahku?

"Eh eh, itu siapa? Calon istri pak Kenzie tadi dia bilang?" tanya Ruby.

"Entah. Nggak mau tau urusan orang kaya."

"Yee, kamu mah bukan nggak mau tau urusan orang kaya, tapi nggak mau tau urusan pak Kenzie."

"Betul! Seratus buat kamu!"

"Ck ck ck. Jangan terlalu benci, karena benci dan cinta itu punya batasan yang tipis."

"Gimana nggak benci? Dia ngejar setiap hari padahal aku udah bilang kalau aku nggak suka dia dan aku nggak mau pacaran sama dia. Kalau bukan karena gaji di sini banyak, aku nggak akan bertahan di sini."

"Duh duh."

Waktu meeting pun tiba. Aldi membawa pak Kenzie ke ruang meeting sementara aku dan Ruby akan menyelesaikan tugas kami.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status