Share

Siuman

Sudah beberapa jam berlalu dan pak Kenzie masih belum siuman. Entah berapa lama lagi pak Kenzie akan tertidur. Tapi aku maklum, mungkin karena tidak tidur berhari-hari, tubuhnya pun akhirnya ambruk tak berdaya.

Gimana Deev? Belum siuman juga pak bos?

Tanya Ruby dari telepon, karena dia sudah pulang dari tadi.

"Belum nih, mana Aldi juga ke mana lagi, ninggalin aku sendiri di sini sama pak bos," gerutuku kesal.

Ya udah sih, kan Aldi juga udah bilang bakal bilang sama pak Kenzie buat ngasih uang lembur.

Jawab Ruby seenaknya saja.

"Iya sih, tapi kan tetep aja lah!" dumelku.

Ya udah sih, nikmatin aja, bos kita juga ganteng kan, enak dipandangi lama-lama.

Dasar Ruby, kalau bicara seenaknya saja.

"Haish! Bodo amat lah! Udah aku tutup teleponnya!" Aku pun mematikan telepon yang masih berjalan. Aku tidak peduli jika Ruby kesal.

"Adeeva! Ini kubelikan makanan untukmu," ucap Aldi yang tiba-tiba saja sudah ada di depan pintu.

"Eh? Makasih lho, tapi aku pulang aja deh, kamu aja yang nungguin pak Kenzie bisa kan?" tanyaku penuh harap.

"Aku nggak bisa Deev, aku harus pulang ke rumah karena orang tuaku sedang datang ke rumahku," ucap Aldi tak mau kalah.

"Hiiih. Keluarga pak Kenzie apa nggak ada yang ke sini?!" tanyaku dengan nada kesal.

"Tadi sih udah dikabari, cuma karena kakaknya punya anak kecil, jadi belum bisa ke sini, terus orang tua Kenzie juga kebetulan sedang ada kerjaan di luar negeri," ucap Aldi sambil menggaruk-garuk leher.

"Iih, nyusahin banget. Nggak sakit nyusahin, sakit juga nyusahin!" dumelku sambil melirik ke arah pak Kenzie yang masih tertidur dengan nyaman.

"Tolong ya Deev, besok kalau pak Kenzie belum pulang, aku bakal nungguin dia kok, besok orang tuaku pulang. Mereka di sini cuma dua hari, kemarin mereka sampai dan rencananya besok akan pulang," ucap Aldi membuatku mau tak mau menerimanya.

"Makasih ya Deev! Kalau butuh apa-apa telepon aja ya! Aku bakal usahain nganter apa pun itu, walaupun lewat ojek online."

"Iyaa, ya udah sana pulang. Makasih makanannya," ucapku sambil mengibaskan tanganku mengusir Aldi.

"Aku pulang dulu ya, pokoknya kalau ada apa-apa telepon aja!"

"Okeee," jawabku malas.

Sekarang aku sendiri dan karena sudah dibelikan makan malam, aku pun segera membuka bungkusnya dan menyantap makanan di dalamnya. Aku baru ingat bahwa aku belum makan sejak tadi siang.

Sedang nikmat-nikmatnya makan, tiba-tiba sebuah suara muncul.

"Aiiir." Suara pak Kenzie. Tentu saja aku sangat hafal dengan suaranya.

"Sudah siuman Pak? Mau minum?" tanyaku yang dijawab dengan anggukan.

Aku pun dengan sigap mengambilkan segelas air untuknya dan mendudukkan pak Kenzie bersandar di sandaran tempat tidur.

"Makasih Deev. Ini beneran kamu kan?" tanya pak Kenzie membuatku tak habis pikir.

"Kalau bukan saya siapa lagi Pak? Sekretaris kesayangan bapak itu nggak bisa nunggu bapak sekarang. Ruby juga nggak mungkin di sini karena anaknya masih kecil," ucapku bersungut-sungut.

"Oh iya, makasih ya," ucap pak Kenzie sambil tersenyum.

Senyumnya manis juga ya.

Eh eh, gila ya kamu Adeeva! Jangan sampai terpesona sama jebakan ini! Jangan sampai! Tapi emang bener kalau dia itu manis.

Aku berdebat dengan diriku sendiri sampai tak sadar menggeleng-gelengkan kepalaku.

"Kamu kenapa? Kesambet?" tanya pak Kenzie membuatku langsung memelototinya.

"Enak aja kesambet! Nggak, saya sehat jiwa dan raga! Ini saya udah bisa pulang kan Pak? Bapak kan udah bangun," ucapku cepat-cepat.

"Aduuh, sakit."

"Eh Pak? Apanya yang sakit?!" Refleks aku menghampirinya.

"Hatiku yang sakit," jawabnya dengan nada bercanda.

"Dih, males banget. Kata Aldi saya bisa dapat uang lembur lho Pak. Tolong jangan terlambat ngasihnya," ucapku dengan senyuman manisku.

"Ya ampun, bosnya sakit bukannya dihibur, diperhatiin, malah minta uang lembur," gerutunya.

"Ya gimana lagi, saya kan nggak ikhlas nemenin Bapak di sini. Kalau nggak diiming-imingi uang juga saya nggak mau nemenin Bapak," jawabku kesal.

"Ya ampun, nggak ada belas kasihan ya kamu sama atasanmu yang baik hati ini? Lagian, kalau kamu mau pulang ya pulang aja, saya bisa kok manggil orang lain."

"Dih, ini udah ditemenin bukannya terima kasih malah ngedumel terus."

"Lah kan kamu yang nggak mau nemenin saya di sini? Kok jadi saya yang salah?" Dia membuat ekspresi lucu dengan wajah kesalnya.

"Pak, inget pasal satu, wanita nggak pernah salah," jawabku sambil tertawa.

"Duh, manis banget sih calon istri aku." Mendengar hal itu, aku langsung menghentikan tawaku.

"Nggak usah mulai deh Pak. Udah sakit kaya gini masih aja godain orang," ucapku dengan nada sindiran.

"Saya lho sakit karena kamu. Tahu kan?" Aku tidak membalas perkataannya dan pura-pura sibuk dengan handphoneku.

Aku membunyikan nada dering seakan-akan ada yang meneleponku.

"Saya angkat telepon sebentar." Aku keluar dari ruangan yang menyesakkan itu dan pergi ke kantin rumah sakit untuk membeli minum. Aldi ini kadang-kadang tidak peka, membeli makanan namun tidak membelikan minum.

Sekembalinya aku dari kantin, kulihat pak Kenzie masih duduk dengan posisi yang sama seperti sebelum kutinggalkan tadi.

Kuambil nampan berisi nasi dari rumah sakit dan duduk di kursi samping tempat tidur.

"Makan, nggak usah bawel. Tinggal buka mulut aja. Nggak pake drama, nggak pake protes," ucapku dengan cepat sambil membuka plastik wrap yang menutupi makanan.

"Duh duh, judes-judes ternyata perhatian ya," ucap pak Kenzie membuatku kesal.

Aku menyendokkan makanan ke mulut pak Kenzie dengan tidak santai.

"Duh, pelan-pelan dong Deev," protes pak Kenzie.

"Dih, kan udah dibilangi nggak boleh protes Pak," jawabku santai.

"Ya nggak protes kalau nyuapinnya lembut, saya juga nggak akan protes," ucap pak Kenzie bersungut-sungut.

"Lah itu protes. Kalau nggak mau ya udah makan sendiri nih," jawabku menyodorkan nampan makanan.

"Eeh, enggak enggak, tolong kamu aja yang nyuapin. Saya akan menerima semuanya dengan tenang," jawabnya sambil mendorong nampan ke arahku.

"Nah gitu dong. Ngapain pakai protes-protes segala!"

"Ya namanya manusia Deev, ada saatnya protes ada saatnya bersyukur, ada juga saatnya sedih, ada saatnya senang," ucap pak Kenzie membuatku memicingkan mata.

"Apaan deh, nggak nyambung banget Pak! Lagian tiba-tiba sok puitis."

"Yaah saya memang-" Belum sempat menyelesaikan omongannya, kujejalkan nasi ke dalam mulutnya.

"Sabar Ken," ucapnya sambil mengelus-elus dada.

"Udah ah makannya, nggak ada rasanya!" Tiba-tiba pak Kenzie merajuk.

"Apaan si, kaya anak kecil aja. Kalau mau cepet sembuh ya makan yang banyak! Terus minum obatnya. Udah berbaik hati lho saya nyuapin Bapak. Malah nggak dihabisin nasinya," gerutuku.

"Ya ... ya udah iya saya habiskan nasinya." Saat menyendokkan satu sendok terakhir, tiba-tiba seorang membuka pintu ruang rawat inap dan berkata, "Lho kamu?!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status