Share

5. Ketika Hujan

Author: Yasmin_imaji
last update Huling Na-update: 2024-01-22 11:00:37

Ting!

Brian membuka notifikasi yang asa di ponsel pintarnya. Ternyata itu adalah pesan dari Dion.

[Cewek di rumah lo itu pembantu lo?

Nggak lo apa-apain kan?]

Brian hanya mengernyitkan dahi saat membacanya, tanpa adanya keinginan untuk membalas pesan tersebut.

"Jam … 9? Sial! Aku kesiangan!" Lita melompat dari tidurnya ketika matanya melihat jam yang menempel di dinding telah menunjukkan pukul 9 pagi.

"Kok … aku di kamar? Ah, bodo amat!"

Lita segera keluar dari kamar dan berlari ke dapur. Lita mungkin lupa jika jam segini pastinya Brian sudah berangkat ke kantor.

"Lita?" panggil Brian yang sedang menuangkan kopi dari teko ke cangkir, tentu saja itu adalah kopi buatan Lita yang memang sengaja disiapkan untuk Brian tadi malam.

Lita yang mendengar suara Brian terkejut, dia belum siap untuk bertemu dengan pria itu setelah kejadian malam tadi. Tanpa di sadari wajah Lita kini mulia bersemu. "Bri … Brian, maaf aku kesiangan," ujar Lita dengan tergagap bahkan suaranya seperti cicitan.

"Tidak masalah, aku juga tidak berangkat ke perusahaan hari ini."

"Kemarin kamu menungguku pulang?" tanya Brian lagi yang diangguki Lita.

Brian menghadap ke arah Lita sepenuhnya. Walaupun samar, Brian masih mengingat ekspresi Lita yang terkejut ketika bibir mereka bertemu bahkan reaksi perempuan itu yang berdiri tiba-tiba dan berlari keluar.

"Maaf membuatmu harus tidur di sofa." Kedua bola mata Brian berlari ke arah lain. "Dan kejadian tadi malam, aku tidak bermaksud melecehkan mu. Aku juga ingin meminta maaf jika hal itu membuatmu merasa tidak nyaman."

Telunjuk Brian mengetuk pantry menimbulkan bunyi yang menjadi lagu selagi keheningan terjadi diantara keduanya. "Aku harap kamu tidak membuat jarak di antara kita, maksud ku kamu tidak berlaku sungkan denganku. Lakukan seperti sebelumnya."

Brian mengambil cangkir kopinya dan berjalan pergi, baru beberapa langkah yang baru Brian lakukan dia berhenti. "Oh, ya, Lita. Aku belum sarapan, tolong panggil aku di ruang kerja jika kamu telah selesai membuat sarapan."

Dengan kopi buatan Lita yang kini menjadi favoritnya, Brian mulai mengerjakan pekerjaannya dengan kacamata yang telah kembali membingkai wajahnya.

Sedangkan, di lantai bawah Lita segera membuat sarapan karena seharusnya jam sarapan telah habis. Lita membuat menu yang kemarin dia coba, walaupun ini terlalu nekat tapi Lita tetap harus mencobanya atau dia akan berjalan di tempat.

Lita berjalan ke lantai atas dan mengetuk ruang kerja Brian.

"Sarapannya sudah siap, kamu bisa turun, Brian. Maaf, aku harus ke kamar dulu sebentar dan akan segera menyusulmu segera." Lita berujar dengan tatapan mata yang menyorot lantai dan segera pergi setelah menyelesaikan kalimatnya.

Brian menurut, pria dengan pakaian rumahan itu berjalan ke lantai bawah dan duduk di kursinya. Brian tidak memakan sarapannya, dia menunggu Lita datang.

"Kamu tidak memakannya? Apa rasanya tidak enak?" tanya Lita yang baru saja tiba dengan penampilan lebih segar.

"Aku sengaja menunggumu, jadi aku belum tahu rasanya."

"Lita?" panggil Brian dan hal itu berhasil membuat Lita menatap ke arah Brian.

"Brian, aku benar-benar terkejut dengan kejadian malam tadi. Maaf, jika aku terlihat kurang ajar karena telah berani mengacuhkanmu yang pada dasarnya kamu adalah atasanku. Namun, setelah berfikir aku akan mencoba biasa saja dan melupakan kejadian tadi malam. Aku tahu saat itu kamu sedang dipengaruhi alkohol, jadi aku akan memakluminya."

"Tidak perlu meminta maaf, Lita. Itu salahku. Aku juga memaklumi sikapmu karena aku tahu kamu terkejut dan sikap acuhmu tidak bisa aku salahkan walaupun aku atasanmu."

Wajah Lita berubah ceria dengan cepat. "Baiklah, bisa kita hentikan pembahasan ini? Aku rasa masalah ini tidak perlu diperpanjang lagi karena saat itu kamu tidak sadar dan aku yang tidak menolak. Jadi, kita impas. Aku juga tidak terlalu rugi besar karena orang yang menciumku adalah kamu. Ups!" Lita menutup bibirnya ketika dia berbicara terlalu banyak dan mengatakan hal yang tidak seharusnya dia katakan secara gamblang.

Brian tertawa pelan melihat wajah malu Lita. "Jadi, jika suatu saat aku menciummu kembali kamu tidak masalah?" goda Brian.

"Tentu saja masalah! Hubungan kita hanya atasan dan bawahan, bukan pacar!"

Brian kembali tertawa, pagi ini terasa lebih berwarna untuk pria itu. Dan dia senang karena Lita memaafkannya juga bersikap seperti biasa.

"Bagaimana rasanya? Enak atau tidak? Aku baru mencobanya kemarin," tanya Lita dengan cemas bahkan perempuan itu belum menyentuh miliknya karena penasaran dengan komentar Brian.

"Untuk pemula, ini cukup enak."

Lita bernafas lega. "Syukurlah. Aku berniat mencoba resep lain nanti." Lita lalu mencoba miliknya dan menganggukkan kepalanya, Brian tidak berbohong dengan komentarnya.

"Tidak perlu memaksa, aku tidak masalah jika kamu memasak masakan rumahan. Itu juga tidak buruk."

"Aku tidak memaksa diriku, memasak itu sebenarnya hobiku dan aku memiliki rencana membua restoran suatu hari nanti."

Langit cerah kini berubah mendung, Brian sedang duduk di halaman belakang rumah Brian, melihat air hujan yang turun dari langit. Lita datang dengan membawa nampan dengan dua gelas diatasnya yang berisi coklat panas milik Lita dan kopi milik Brian.

"Jadi, kamu yang memindahkan ku ke kamar?" tanya Lita yang telah duduk di kursinya.

Brian mengangguk. "Aku tahu tubuhmu pasti akan sakit jika tidur di sofa. Dan sepertinya kamu tidur terlalu larut hingga bawah matamu menghitam."

"Jujur saja aku tidak bisa tidur setelah ekhem. Bahkan ketika aku mencobanya yang datang hanya kejadian beberapa detik itu. Jadi, aku baru tertidur pukul setengah empat pagi."

Lita meminum coklatnya. "Aku pernah mendengar bisik-bisik karyawan perusahaan ketika rapat bulanan, salah satu dari mereka bahkan meminta dijodohkan denganmu jika dia berasal dari orang kaya. Tentu saja, aku yakin semua perempuan mau menjadi pacarmu dengan banyak hal yang kamu miliki."

Brian mengangkat alisnya membuat Lita meringis pelan dan kembali menggaruk kepalanya. "Aku akui kamu tampan, bahkan sejak pertama aku melihatmu aku sudah menggumamkan hal itu dihatiku. Dan hal baru yang aku tahu, kamu juga baik." Lita kembali meminum coklatnya dan berdehem pelan. "Tolong berhenti menatapku seperti itu!"

"Lalu, bagaimana denganmu? Kamu mau jadi pacarku?" Saat ini Lita benar-benar tersedak dengan ucapan Brian. "Kita sudah berciuman kemarin, kenapa tidak pacaran saja. Dan aku juga terus teringat lembutnya bibirmu dan rasa stroberi ketika aku mengecup bibirmu, itu membuatku ingin mencobanya lagi. Dari kalimat yang kamu katakan ketika sarapan tadi aku menyimpulkan jika aku bisa menciummu ketika kita berpacaran. Jadi, bagaimana, Lita?"

Oh, sial! Seberapa merah wajah Lita sekarang ketika Brian tidak segan mengatakan hal itu dan wajah pria berumur 29 tahun yang terlihat tampan dengan rahang kokoh kini menggodanya.

"Jangan menggodaku, Brian!" Lita mengalihkan tatapannya ke depan melihat hujan yang semakin lebat dan udara yang semakin dingin.

"Apa aku terlihat menggodamu?"

~~~~~

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Viva Oke
cie asyik nih Brian dan Lita bisa mengobrol berdua
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Istri Rahasia Tuan Brian   17. Tercoret

    Brian merasakan campuran antara kemarahan dan keputusasaan saat mendengar kata-kata kasar dari ayahnya sendiri. Dia merasakan tamparan keras mendarat di wajahnya, menyakitkan fisiknya sekaligus mengguncang batinnya.Dengan hati yang berat, Brian menundukkan kepalanya, merasakan air mata yang mulai mengalir di pipinya. Dia merasa terjepit di antara cinta dan keterpaksaan, tidak tahu harus berbuat apa lagi di tengah tekanan dan ancaman dari ayahnya yang kejam."Saya... saya tidak bisa, Papa," bisik Brian dengan suara gemetar, mencoba menahan emosinya yang meluap-luap.Guntur Wirawan menatap Brian dengan tatapan dingin, tanpa belas kasihan. "Kamu tak punya pilihan, Brian. Kehormatan keluarga harus dijaga, apa pun caranya," ucapnya dengan suara tegas.Dengan perasaan hampa dan penuh penyesalan, Brian melihat Lita pergi dari hidupnya, meninggalkan seutas benang cinta yang putus di antara mereka. Dia merasa hancur oleh keputusannya untuk membiarkan Lita pergi, tetapi juga tidak bisa melawan

  • Istri Rahasia Tuan Brian   16. Tertangkap

    "Berhenti, Lita. Tunggu, biar aku saja!" cegah Brian.Brian bergerak cepat untuk mengambil pakaian dan mengenakannya dengan tergesa-gesa, hatinya berdebar-debar memikirkan siapa yang mungkin berada di balik pintu itu."Tenanglah, Brian. Aku akan melihat siapa di sana," ucap Lita dengan cukup halus, mencoba meredakan kegelisahan Brian.Lita melangkah ke arah pintu dan dengan hati-hati membukanya. Di belakangnya sudah berdiri Brian yang datang mengikuti. Di sana, mereka melihat seorang pria paruh baya dengan senyum ramah di wajahnya."Maaf mengganggu, saya dari layanan kebersihan vila. Saya datang untuk membersihkan vila ini seperti yang telah dijadwalkan," ucap pria tersebut dengan sopan.Brian menghela nafas lega, menyadari bahwa itu hanyalah seorang petugas kebersihan. "Terima kasih, kami lupa dengan jadwal pembersihan hari ini. Silakan masuk dan lakukan pekerjaanmu," ucap Brian dengan ramah.Setelah petugas kebersihan itu masuk dan mulai membersihkan vila, Brian dan Lita bernapas leg

  • Istri Rahasia Tuan Brian   15. Kenangan Lama

    Di dalam vila yang tenang, Brian dan Lita duduk di ruang tamu yang nyaman. Suasana hening memenuhi ruangan, hanya terdengar desiran angin yang lembut di luar.Brian memandang Lita dengan ekspresi campuran antara kekhawatiran dan keputusasaan. "Lita, aku tahu semuanya terasa aneh dan membingungkan. Aku akan menjelaskan semuanya padamu sekarang."Lita menatap Brian dengan mata penuh penasaran, menunggu penjelasan yang sudah lama dinantikan. Hatinya berdebar-debar, siap menerima apapun yang akan diungkapkan Brian."Sebenarnya, Lita...," ujar Brian perlahan, mencoba merangkai kata-kata dengan hati-hati. "Sebenarnya, aku tidak bisa menjelaskan semuanya dengan mudah. Ada rahasia besar yang harus aku ungkapkan padamu."Lita mengangguk, menunjukkan bahwa dia siap mendengarkan."Kau tahu, kita berdua memiliki masa lalu yang terhubung jauh sebelum ini," lanjut Brian, matanya menatap jauh ke dalam ingatannya.Lita memicingkan mata, mencoba memahami apa yang Brian maksudkan. "Apa maksudmu, Brian?

  • Istri Rahasia Tuan Brian   14. Meninggalkan Pesta

    Jangankan untuk menoleh, Brian pun seolah tak mendengarkan teriakan sang ayah saat mencegahnya untuk pergi. Brian sama sekali tak mempedulikan itu semua, yang ada di pikirannya kini adalah Lita.Brian melihat sekelebat bayangan Lita di kejauhan. "Lita!" Lita, tunggu Lita!" Brian berteriak, menyeru seraya menyusul Lita yang masih terus berlari."Lita, berhenti!" cegah Brian dengan meraih tangan Lita."Lepasin tanganku, Brian." Lita memaksakan diri untuk tetap pergi. Dia berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan cekalan tangan Brian."Dengarkan aku dulu, Lita." Brian tetap bersikeras menahan Lita untuk pergi."Kenapa kamu menahanku, Brian? Kenapa kamu mengatakan kalau aku adalah calon istrimu? Apakah kamu tahu jika itu hanya akan membuat mereka semua menatap sinis padaku? Kenapa juga kamu harus mengajakku ke tempat ini, Brian? Kamu sengaja, kan?" Banyak pertanyaan yang pada saat itu juga Lita lontarkan.Dengan air mata yang sudah membanjiri kedua pipinya, Lita menangis sesenggukan mengelu

  • Istri Rahasia Tuan Brian   13. Calon Istri

    Di sebuah hotel berbintang yang cukup terkenal, ballroom sudah dihias dengan sedemikian rupa. Segalanya telah tertata dengan sempurna, semuanya tampak indah dan sangat menawan. Di sanalah kini para orang-orang kaya sedang berkumpul. Di tempat itu pula, acara pesta dari Anton Wirawan yaitu kakek Brian akan dilaksanakan.acara ini memang selalu rutin diadakan di setiap tahunnya.Banyak sekali tamu-tamu undangan yang datang untuk menghadiri acara tersebut. Begitu banyak pemilik perusahaan dan juga orang-orang penting lainnya. mereka semua ada di temoat itu, selain untuk memberikan ucapan kepada Anton Wirawan tentu saja mereka tengah membicarakan sesuatu hal yang penting, sudah barang tentu itu adalah masalah bisnis.Sebuah mobil merk ternama segera berhenti tepat di pintu masuk hotel. Di sana sudah berjajar rapi para pengawal dengan pakaian hitam senadanya. Seorang lelaki berusia sekitar tujuh puluh tahun turun dari dalam mobil. Iya, dia adalah Anton Wirawan. Sang pendiri serta pemilik Wi

  • Istri Rahasia Tuan Brian   12. Pertemuan Bisnis

    Lalita meraba-raba tempat tidur yang ada di sebelahnya dengan kedua mata yang masih terpejam. Kosong, ternyata tempat itu sudah kosong. Tak ada lagi sosok Brian yang semalam menemaninya.Lita pun kemudian membuka kedua matanya, beranjak dari tempat tidurnya dan kemudian membersihkan tubuhnya yang terasa lengket akibat aktivitas malam yang begitu melelahkan.Sekarang tubuhnya terasa lebih segar. Lalita pun kemudian turun ke bawah untuk menyiapkan sarapan. Tak seperti hari-hari biasanya, semua makanan telah tersaji di atas meja. Di bawah sana ada dua orang pelayan wanita dan juga dua orang penjaga yang menunggunya. Tapi bukan Lalita namanya jika dia tak turun tangan sendiri di dapur. "Semua makanan sudah siap, nona," ucap salah seorang pelayan wanita. Lalita pun kemudian tersenyum ke arahnya."Ya sudah, ngapain kalian masih berdiri di situ? Ayo kita makan bersama," ajak Lita pada mereka.Karena sama sekali tak mendapatkan respon dari keempat orang itu, Lita pun kembali berkata, "kita i

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status