“Maaf aku tidak sengaja menabrak seseorang, untung saja tidak apa-apa,” ucap Aurora.
“Kenapa bisa menabrak mereka?” tanya Alex kepada istrinya.Aurora hanya diam, ia tidak menjawab pertanyaan dari suaminya tersebut. Tetapi Alex yang menggambil kotak P3K berhenti melangkahkan kakinya ketika tidak ada jawaban dari sang istrinya.Setelah menggambil kotak tersebut, Alex pergi kearah Aurora yang duduk di sofa. Tatapan tajam A;ex seakan-akan ingin menelan Aurora hidup-hidup, Aurora yang takut dengan tatapan tersebut langsung menundukan kepala tidak berani menatap Alex.“Kenapa diam, aku bertanya padamu?!” tanya Alex dengan nada sedikit marah.“Aku… mengantuk,” jawab Aurora berbohong.Mendengar jawaban itu, Alex hanya bisa menghela napas panjang. Dia tidak tau harus berkata apa lagi. Alex membuka kota obat tersebut, lalu mengambil kapas dan menggoleskan betadin di kapas.“Jika kau mengantuk kenapa pergi ke kantor, kau bisa istirahat di rumah,” ucap Alex, menggoleskan obat di dahi Aurora yang terluka.“Aww! Pelan-pelan,” ucap Aurora dengan gelagapan, merasa kesakitan.Lagi-lagi Alex hanya bisa sabar, dia menggoleskan dengan hati-hati dan meniup luka tersebut agar tidak terlalu perih. Setelah selesai Alex mengambil perban dan menutupi luka itu dengan perban.Entah kenapa Aurora sangat menyukai hal-hal tersebut, meskipun ucapan Alex ketus dan dingin. Namun, perhatian Alex ke Aurora membuat dia sangat bahagia walaupun terlihat sangat biasa.“Lukanya sudah diobati, sekarang kembali bekerja,” perintah Alex, lalu pergi meletakan kotak P3K tersebut.“Terima kasih,” ucap Aurora dengan gelagapan.“Hm,” jawab Alex singkat.Aurora senyum-senyum bahagia ketika Alex perhatian padanya, dia langsung meletakan tas dan mulai bekerja seperti biasanya.Aurora masih membayangkan jika setiap hari dia terluka, apa Alex akan memberikan perhatian kepadanya seperti sekarang walaupun hanya sedikit perhatian.‘Tidak apa-apa jika aku setiap hari terluka, jika Alex perhatian kepadaku setiap hari,’ batin Aurora, senyum-senyum sendiri.‘Sepertinya aku menggenal laki-laki dan perempuan di mobil tersebut, tetapi siapa, apa aku salah orang atau hanya kebetulan saja,’ pikir Aurora yang masih penasaran.Melihat Aurora yang senyum-senyum sendiri, Alex mendekati meja kerja Aurora. Ia memanggil istrinya tersebut namun, tidak ada jawaban dari Aurora bahkan ia masih terus tersenyum sendirian.Tok!Tok!Tok!Setelah tiga ketukan di atas meja, Aurora baru sadar jika Alex sudah berada di depannya. Alex menyilangkan tangannya di dada dengan menatap Aurora.“Ada apa pak?” tanya Aurora kepada suami sekaligus atasannya.“Kenapa kamu tersenyum-senyum sendiri tadi?!” tanya Alex dengan nada sedikit membentak.“Tidak ada pak, saya hanya merasa bahagia saja hari ini,” jawab Aurora dengan singkat.Mendengar jawaban seperti itu lagi-lagi hanya bisa bisa menarik napas, lalu ia menggambil dokumen dan meminta Aurora untuk menyelesaikannya.“Aku ingin kamu selesaikan dokumennya sebelum jam makan siang,” ucap Alex memberikan setumpuk dokumen kepada Aurora.“Baiklah pak, akan saya kerjakan,” jawab Aurora dengan gelagapan.Sementara Gabriell masih terus mencari cara untuk menggoda Alex, ia tidak akan menyerah begitu saja. Sebelum apa yang ia inginkan maka tidak ada kata menyerah.‘Aku harus mencari cara agar mereka berdua berpisah, tapi apa aku butuh ide sekarang,’ ucap Gabriell, yang masih mencari cara.“Aku harus mencari seribu cara untuk menyingkirkan Aurora,” ucap Gabriel pada dirinya sendiri.Sementara di kota Sisilia Genaro dan Floreza baru saja datang setelah pergi berdinas. Florenza yang masih kesal dengan kejadian menimpanya.“Sayang kenapa kau cemberut seperti itu?” tanya Genaro kepada kekasihnya Florenza.“Aku masih kesal dengan wanita itu, karena dia kita terlambat!” oceh Florenza.Genaro masih berusaha untuk mengembalikan mood Florenza, ia masih terus merayu snag kekasih. Lalu melanjutkan aksi mereka yang selanjutnya.“Sudahlah jangan dipikirkan sayang, lihatlah apa yang sudah kita dapatkan sekarang,” ucap Genaro.“Tapi tetap saja aku kesal, karena dia kita kehilangan investor milyaran dollar,” gerutu Florenza.Setelah selesai menggomeli Genaro, Florenza kembali ke meja kerjanya dan melanjukan pekerjaannya yang tertunda tersebut.“Bagaimana desain perhiasan kita selanjutnya?” tanya Genaro.“Tim Desain sudah menyiapkannya, semoga mereka tidak melakukan kesalahan kembali,” jawab Florenza dengan singkat."Dasar anak tidak tau diri! Beraninya kau membentak ku, setelah apa yang sudah kau lakukan kepada kita semua?” ucap Allano dengan lantang dan keras.“Maksud Papa?” tanya Aurora yang masih tidak mengerti.Terlihat wajah kesal Allano kepada putrinya itu, ia sungguh sudah muak melihat wanita tersebut. Aurora pura-pura atau hanya memang tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan Allano.Tanpa basa basi lagi, Allano menarik tangan wanita tersebut. Ia membawa wanita itu kelantai atas, lalu ia melempar wanita itu masuk kedalam ruangan yang rahasia. Dimana ruangan itu tidak pernah dibuka selama sepuluh tahun.“Papa… ruangan apa ini? Kenapa Papa membawa Aurora kedalam ini?” Aurora terus bertanya-tanya sang Papa, tetapi laki-laki itu menjawab apapun.“Kau akan menerima hukuman sesuai dengan peraturan keluarga Zucca!” ucapnya dengan tegas, tanpa melihat kearah wanita itu.“Papa….!”“Diam!”Allano melepar sebuah buku kearah putrinya tersebut, disana banyak aturan-aturan yang tertulis untuk keluarg
"Kenapa... k-kau peduli padaku!" tanya Aurora, ketika Genaro memeluk tubuhnya itu.“Kau… mengingatkan aku kepada seseorang di masa lalu! Sudahlah, tidak perlu bertanya lagi. Sekarang aku tidak akan mendengarkanmu!” ungkapnya.Setelah mendengar ucapan dari laki-laki tersebut, Aurora menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan hangat itu. Ia merasa lebih baik, karena ada orang lain yang peduli padanya.Di sisi lain, Gabriel mengambil beberapa foto pelukan dan bersamaan yang terlihat romantis itu. Ia akan menggunakan itu sebagai alat untuk membuat Aurora dan juga Alex berpisah, dan tidak akan bersama untuk selamanya.“Foto ini akan berguna untukku, sebentar lagi kau akan benar-benar sendirian Aurora! Tunggu saja!” ungkapnya, penuh dengan senyuman licik.“Apa kau sudah selesai melakukannya, jika ia ayo kita pulang sekarang?” ucap Victoria kepada putrinya itu.Mereka berdua pergi dari makam tersebut, sehingga hanya tersisa mereka berdua. Aurora sungguh sangat sedih, ia tidak tau apa yang akan
“Kehilangan seseorang yang sangat disayangi, sungguh sangat sakit Dok! Hiks… hiks…!” ucap Aurora kepada Dokter tersebut, dengan menangis sesegukan.“Nona… jangan bersedih, setiap yang bernyawa pasti akan kembali kepada Tuhan-Nya!” mencoba untuk menenagkan Aurora.Dalam runagan tersebut sungguh sepi. Sehingga suara tangisan Aurora terdengar dengan jelas. Ia mencoba untuk menenangkan dirinya. Tetapi, tetap saja tidak berhasil.Dokter tersebut masih menemani wanita malang itu, ia menghapus air mata wanita itu yang terus mengalir. Ia sungguh prihatin melihat Aurora. “Nona, apakah saya perlu memanggil keluarga anda?” tanya dokter tersebut. “Mungkin mereka bisa menjaga dan menghibur anda,” ucapnya.“Tidak perlu dok, saya tidak apa-apa. terima kasih Dok, sudah menenangkan hati saya,” ucap Aurora berterima kasih.Dokter tersebut pergi meninggalkan Aurora yang masih berdiam di dalam ruangan tersebut. Aurora menatap dirinya sendiri, yang seperti orang gila.Begitu banyak hal sudah terjadi, har
“Cukup Gabriel! Jaga ucapan mu itu, jangan sampai tangan ku ini menampar mu lagi,” teriak Aurora, ia sangat marah dengan perkataan Gabriell.“Apa! kau mau mengancamku! Aku tidak pernah takut padamu Aurora! Bagiku kau hanyalah seekor semut yang tidak berguna!” jawab Gabriell.“Sudah cukup!”Allano benar-benar sakit kepala melihat kedua putrinya itu terus bertengkar, tidak ada satupun dari mereka yang ingin mengalah. Bahkan pada situasi seperti sekarang juga mereka maasih terus berdebat.Alex hanya diam saja, ia tidak ingin ikut campur urusan keduanya. Meskipun ia masih suaminya Aurora, tetapi setiap orang memiliki privasi dan juga kehidupan yang tidak semua orang tau.“Apa kalian berdua tidak malu hah! Lihatlah siapa wanita yang terbaring itu… dia ibuku… dan juga nenek kalian…,” ucap Allano.“Sekarang terserah kalian berdua saja! Aku akan kerumah sakit,” pergi meninggalkan semua orang yang ada di sana.Alex mengikutii sang Papa mertua untuk pergi kerumah s
"Nenek… apa yang harus Aurora lakukan? Bagaimana… Aurora menjelaskan semuanya! Hiks!""Aurora akan membawa nenek pulang! Kita pulang ya Nek!" Ucap Aurora, berusaha menggendong wanita yang sudah tidak bernyawa itu.Wanita muda itu frustasi, ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia sudah kehilamgan orang yang sangat ia sayang. Begitu cepat waktu berlalu.Aurora mengambil telponya lalu menelpon nomor seseorang. Ia, orang itu adalah suaminya sendiri, Alex."Pa… Aurora memberitahu ku… k-kalau nenek meninggal!" Ucap Alex dengan hati-hati, ia takut Allano kaget."Apa yang kau katakan Alex, becanda mu tidak lucu, menantu!" Jawab Allano, dengan raut wajah tersenyum tidak mempercayai perkataan sang menantu.Alex terdiam tidak bicara apa-apa lagi. Ia masih membeku di samping Allano yang sibuk dengan pekerjaannya. Sesaat kemudian, Alano sadar mungkin apa yang di katakan menantunya itu bener. Ia berdiri sejajar dengan Alex, lalu menatap laki-laki itu."Apa yang kau katakan itu bener Alex? Kau tidak.
"Kita tidak bisa melawan mereka semua? Wanita itu meminta bantuan dari luar! Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanua salah satu pelayan tersebut, mereka sangat panik dan juga gelisah."Tidak ada pilihan lagi! Ayo kita lawan mereka semuanya!""Iya... kita hanya bisa melawan sekarang! Jika kita gugur itu lebih baik... daripada kita pergi!" Ucap sang nenek, kepada para pelayan-nya tersebut.Mereka pergi keluar dari kamar itu, Nenek mengambil pistol yang selalu tersedia di setiap kamar. Ia mengisi peluruh, lalu menembakan kearah musuh-musuhnya itu.Dor! Dor! Dor!Suara genjatan tersebut mengelilingi Villa itu, seoalah-olah sebuah pertunjukan. Semua para bodyguard di rumah hanya tersisa sedikit begitu juga para pelayan."Hallo... wanita tua bangka!" Sapa Flo, ketika mereka slaing berhadapan dengan menodongkan senjata."Dasar wanita Iblis... kau akan di hukum dengan apa yang sudah kau perbuat!" Ucap sang nenek.Dor! Dor!Mendengar ucapan hukum, Flo sangat marah. Ia melayangkan 2 tembak