"Tema apa yang akan diambil kali ini?” tanya Genaro, kepada Florenza yang massih fokus dengan komputernya.
“Aku tidak tau, lebih baik kau tanyakan saja kepada tim desain sendiri. Aku masih sibuk dengan pekerjaan, di tambah gagalnya kita mendapatkan investor tersebut!” jawab Florenza, dengan sedikit ketus.Genaro hanya bisa menarik napas panjang mendengar jawaban dari sang kekasihnya itu, lalu ia pergi dari ruangannya dan menuju ke ruangan tim desain.Saat berjalan menuju ke ruangan tim desain, tiba-tiba Genaro merasa bahwa ia pernah melihat wanita Aurora. Namun, ia lupa kalau pernah melihat Aurora dimana.“Apa perasaan ku saja ya, tapi aku merasa pernah melihatnya. Tetapi dimana ya?” tanya Genaro kepada dirinya sendiri, lalu melajutkan tujuannya keluar dari ruangannya tersebut.“Tunggu… bukankah wanita itu mirip sekali dengan… tapi tidak mungkin,” ucap Genaro yang bingung dengan dirinya sendiri.Genaro masuk kedalam ruang desain Romano Grup, ia melihat direktur desain yang masih sibuk dengan pekerjaannya. Akhirnya ia sendiri yang mendekatinya.“Bagaimana dengan desainnya?” tanya Genaro yang tiba-tiba munculnya, membuat direktur tersebut kaget.Direktur tersebut menatap Genaro sedikit ketakutan, ia takut bahwa apa yang telah ia lakukan. Ia menggambil sebuah kertas yang terletak di papan berjalan berwarna hitam, lalu membeirkan desain tersebut kepada Genaro.“Maaf tuan ini desain yang diminta oleh wakil direktur Florenza?” memberikan papan berjalan kepada Genaro.Genaro melihat desain tersebut, melihat drai wajanya sepertinya ia sangat tertarik dengan desain itu. Wajahnya langsung berseri tersenyum.“Bagaimana tuan?” tanya direktur tersebut.“Aku menyukainya!” jawab Genaro tanpa ragu.Direktur tersebut snagat bahagia ketika Genaro menyukai desain tersebut, ia tidak habis pikir desain tersebut sangat bermanfaat untuknya.“Dari mana kau mendapatkan desain yang menarik ini?” tanya Genaro.“Maksudnya tuan?” tanya direktur tersebut.Genaro mentap tajam direktur tersebut, karena ia tau tidak mungkin mereka bisa mendesain perhiasan sedetail dan semenarik itu.“Haruskah aku menggulangi pertanyaanku kembali,” ucap Genaro.“Tidak tuan, baiklah aku akan memberitahu siapa pemilik desain tersebut,” ucap direktur dengan sangat ketakutan.Direktur tersebut menghela napas panjang, lalu ia memberanikan diri untuk menceritakan semuanya. Genaro mendengarkan semua cerita dari direktur tersebut tanpa tertinggal sedikitpun.Genaro semakin yakin jika dia memakai desian itu maka, ia akan mendapatkan ke untungan yang sangat luar biasa.“Ternyata dia pergi tidak sia-sia, aku tidak pernah menyalahkan diriku senidri sekarang,” ucap Genaro lalu pergi meninggalkan ruangan desain tersebut.( Palermo )Gabriell membuat rencana untuk mempermalukan Aurora, ia berjalan mendekati Aurora yang masih berjalan mencari tempat duduk di kantin kantor.‘Saatnya ini aku harus mempermalukan Aurora,’ batin Gabriell.Bruk!Aurora terjatuh ke lantai dan semua makanan yang ia bawa juga habis tumpah ke lantai, bajunya kotor. Ia hanya bisa diam ketika Gabriell sengaja melakukan hal itu.Ha! Ha! Ha!Suara tawa semua orang yang berada di kantin tersebut menertawakan Aurora, mereka lupa siapa Aurora dan mereka juga tidak peduli.“Aww! Sakit sekali kaki ku sepertinya terkilir!” ucap Aurora dnegan gelagapan, namun, penuh emosi.“Hei! Anak sialan, kenapa kau masih berdiri saja di lantai,” ejek Gabriell.“Bukankah itu sangat cocok untuknya,” jawab teman sekantor lainnya.Aurora sudah terbiasa, namun, lagi-lagi ia menangis dan pergi ke toilet untuk meluapkan emosinya. Seorang laki-laki mengikutinya sampai ke toilet dan menunggunya di luar.Hiks! Hiks! Hiks!“Kenapa kalian melakukan semua ini padaku, apa salahku, kenapa kalian tega,” oceh Aurora, dengan gelagapan yang masih berada di dalam toilet.‘Kurasa dia memang butuh seseorang untuk menjaganya,’ batin Alex, yang menunggu istrinya masih menangis di toilet.Tok! Tok! Tok!Krek!Aurora kaget ketika ia membuka pintu toilet itu, karena ternyata suaminya Alex yang entah sudah berapa lama berdiri di depan pintu toilet tersebut.“Kenapa kau ada disini, apa kau tidak punya pekerjaan,” tanya Aurora, dengan gelagapan dan menundukan wajahnya.“seharusnya aku yang bertanya padamu, bukan kau yang bertanya,” jawab Alex.Aurora hanya diam, ia tidak mungkin menceritakan semuanya kepada Alex kenapa dia berada di toilet sekarang.“Kenapa kau diam, jawab pertanyaanku?!” ucap Alex dengan sedikit kesal."Dasar anak tidak tau diri! Beraninya kau membentak ku, setelah apa yang sudah kau lakukan kepada kita semua?” ucap Allano dengan lantang dan keras.“Maksud Papa?” tanya Aurora yang masih tidak mengerti.Terlihat wajah kesal Allano kepada putrinya itu, ia sungguh sudah muak melihat wanita tersebut. Aurora pura-pura atau hanya memang tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan Allano.Tanpa basa basi lagi, Allano menarik tangan wanita tersebut. Ia membawa wanita itu kelantai atas, lalu ia melempar wanita itu masuk kedalam ruangan yang rahasia. Dimana ruangan itu tidak pernah dibuka selama sepuluh tahun.“Papa… ruangan apa ini? Kenapa Papa membawa Aurora kedalam ini?” Aurora terus bertanya-tanya sang Papa, tetapi laki-laki itu menjawab apapun.“Kau akan menerima hukuman sesuai dengan peraturan keluarga Zucca!” ucapnya dengan tegas, tanpa melihat kearah wanita itu.“Papa….!”“Diam!”Allano melepar sebuah buku kearah putrinya tersebut, disana banyak aturan-aturan yang tertulis untuk keluarg
"Kenapa... k-kau peduli padaku!" tanya Aurora, ketika Genaro memeluk tubuhnya itu.“Kau… mengingatkan aku kepada seseorang di masa lalu! Sudahlah, tidak perlu bertanya lagi. Sekarang aku tidak akan mendengarkanmu!” ungkapnya.Setelah mendengar ucapan dari laki-laki tersebut, Aurora menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan hangat itu. Ia merasa lebih baik, karena ada orang lain yang peduli padanya.Di sisi lain, Gabriel mengambil beberapa foto pelukan dan bersamaan yang terlihat romantis itu. Ia akan menggunakan itu sebagai alat untuk membuat Aurora dan juga Alex berpisah, dan tidak akan bersama untuk selamanya.“Foto ini akan berguna untukku, sebentar lagi kau akan benar-benar sendirian Aurora! Tunggu saja!” ungkapnya, penuh dengan senyuman licik.“Apa kau sudah selesai melakukannya, jika ia ayo kita pulang sekarang?” ucap Victoria kepada putrinya itu.Mereka berdua pergi dari makam tersebut, sehingga hanya tersisa mereka berdua. Aurora sungguh sangat sedih, ia tidak tau apa yang akan
“Kehilangan seseorang yang sangat disayangi, sungguh sangat sakit Dok! Hiks… hiks…!” ucap Aurora kepada Dokter tersebut, dengan menangis sesegukan.“Nona… jangan bersedih, setiap yang bernyawa pasti akan kembali kepada Tuhan-Nya!” mencoba untuk menenagkan Aurora.Dalam runagan tersebut sungguh sepi. Sehingga suara tangisan Aurora terdengar dengan jelas. Ia mencoba untuk menenangkan dirinya. Tetapi, tetap saja tidak berhasil.Dokter tersebut masih menemani wanita malang itu, ia menghapus air mata wanita itu yang terus mengalir. Ia sungguh prihatin melihat Aurora. “Nona, apakah saya perlu memanggil keluarga anda?” tanya dokter tersebut. “Mungkin mereka bisa menjaga dan menghibur anda,” ucapnya.“Tidak perlu dok, saya tidak apa-apa. terima kasih Dok, sudah menenangkan hati saya,” ucap Aurora berterima kasih.Dokter tersebut pergi meninggalkan Aurora yang masih berdiam di dalam ruangan tersebut. Aurora menatap dirinya sendiri, yang seperti orang gila.Begitu banyak hal sudah terjadi, har
“Cukup Gabriel! Jaga ucapan mu itu, jangan sampai tangan ku ini menampar mu lagi,” teriak Aurora, ia sangat marah dengan perkataan Gabriell.“Apa! kau mau mengancamku! Aku tidak pernah takut padamu Aurora! Bagiku kau hanyalah seekor semut yang tidak berguna!” jawab Gabriell.“Sudah cukup!”Allano benar-benar sakit kepala melihat kedua putrinya itu terus bertengkar, tidak ada satupun dari mereka yang ingin mengalah. Bahkan pada situasi seperti sekarang juga mereka maasih terus berdebat.Alex hanya diam saja, ia tidak ingin ikut campur urusan keduanya. Meskipun ia masih suaminya Aurora, tetapi setiap orang memiliki privasi dan juga kehidupan yang tidak semua orang tau.“Apa kalian berdua tidak malu hah! Lihatlah siapa wanita yang terbaring itu… dia ibuku… dan juga nenek kalian…,” ucap Allano.“Sekarang terserah kalian berdua saja! Aku akan kerumah sakit,” pergi meninggalkan semua orang yang ada di sana.Alex mengikutii sang Papa mertua untuk pergi kerumah s
"Nenek… apa yang harus Aurora lakukan? Bagaimana… Aurora menjelaskan semuanya! Hiks!""Aurora akan membawa nenek pulang! Kita pulang ya Nek!" Ucap Aurora, berusaha menggendong wanita yang sudah tidak bernyawa itu.Wanita muda itu frustasi, ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia sudah kehilamgan orang yang sangat ia sayang. Begitu cepat waktu berlalu.Aurora mengambil telponya lalu menelpon nomor seseorang. Ia, orang itu adalah suaminya sendiri, Alex."Pa… Aurora memberitahu ku… k-kalau nenek meninggal!" Ucap Alex dengan hati-hati, ia takut Allano kaget."Apa yang kau katakan Alex, becanda mu tidak lucu, menantu!" Jawab Allano, dengan raut wajah tersenyum tidak mempercayai perkataan sang menantu.Alex terdiam tidak bicara apa-apa lagi. Ia masih membeku di samping Allano yang sibuk dengan pekerjaannya. Sesaat kemudian, Alano sadar mungkin apa yang di katakan menantunya itu bener. Ia berdiri sejajar dengan Alex, lalu menatap laki-laki itu."Apa yang kau katakan itu bener Alex? Kau tidak.
"Kita tidak bisa melawan mereka semua? Wanita itu meminta bantuan dari luar! Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanua salah satu pelayan tersebut, mereka sangat panik dan juga gelisah."Tidak ada pilihan lagi! Ayo kita lawan mereka semuanya!""Iya... kita hanya bisa melawan sekarang! Jika kita gugur itu lebih baik... daripada kita pergi!" Ucap sang nenek, kepada para pelayan-nya tersebut.Mereka pergi keluar dari kamar itu, Nenek mengambil pistol yang selalu tersedia di setiap kamar. Ia mengisi peluruh, lalu menembakan kearah musuh-musuhnya itu.Dor! Dor! Dor!Suara genjatan tersebut mengelilingi Villa itu, seoalah-olah sebuah pertunjukan. Semua para bodyguard di rumah hanya tersisa sedikit begitu juga para pelayan."Hallo... wanita tua bangka!" Sapa Flo, ketika mereka slaing berhadapan dengan menodongkan senjata."Dasar wanita Iblis... kau akan di hukum dengan apa yang sudah kau perbuat!" Ucap sang nenek.Dor! Dor!Mendengar ucapan hukum, Flo sangat marah. Ia melayangkan 2 tembak