Sore harinya Raina masuk ke ruangan Reyshaka membawa stelan jas yang baru saja diambil dari rumahnya.Pria itu mandi dulu di kamar mandi yang terdapat di dalam ruangannya sehingga saat menghadiri acara—Reyshaka terlihat segar selain tampan.Raina yang menjadi pasangannya dalam pesta ini, dia juga tampak cantik dan menawan dengan gaun backless berwarna hitam yang memetakan tubuhnya begitu sempurna.“Pak, ijin gandeng tangan Bapak ya,” kata Raina meminta ijin setelah mereka turun dari dalam mobil.“Oh … Silahkan.” Karena memang beberapa CEO atau pengusaha lain yang tidak dalam status pernikahan akan menggandeng sekertaris perempuan yang menjadi pasangannya ketika menghadiri pesta.Reyshaka statusnya memang sudah menikah tapi pernikahannya dirahasiakan.Tentu saja Raina senang sekali, kamera ponselnya selalu menyala dan diam-diam menangkap moment bersama Reyshaka yang dianggapnya cukup mesra meski tidak memperlihatkan secara langsung wajah pria yang menjadi pasangannya.Jadi Raina hanya
Chapter 12 Sesungguhnya tidak ada yang Reyshaka kerjakan di ponselnya, hanya menggulir-gulir layar karena dia sendiri sedang merasakan gugup.Keputusannya untuk menginap di rumah Namira adalah karena mendapat info dari Indra mengenai kebiasaan Namira tengah malam.Sebagai suami tidak mungkin dia mengabaikan hal tersebut, hanya akan membuat Indra curiga.Selain itu Reyshaka mendapat informasi perkembangan theraphy psikis Namira dari dokter yang mengatakan kalau Namira membutuhkan dukungan penuh untuk menyembuhkan mentalnya.Peran Reyshaka sebagai seorang suami sangat berpengaruh besar bagi kesehatan mental Namira.Bahkan sang dokter menyarankan mereka untuk bulan madu.Padahal dokter tahu kalau Reyshaka menikahi Namira hanya untuk memberinya status.Dan jangankan bulan madu, tidur satu ranjang bersama perempuan asing selain bunda atau dua adik perempuannya saja baru sekarang dilakukan Reyshaka.Saran dokter tentang bulan madu malah mengingatkan Reyshaka dengan pesan pak Penghulu yang
Namira tersentak bangun saat mendengar kicau suara burung dan merasakan sinar matahari menembus melalui celah tirai hingga mengenai sebagian tubuhnya.Dia menoleh ke samping dan tidak menemukan Reyshaka.Lalu pandangannya tertuju pada jam dinding yang telah menunjukkan pukul sebelas siang.“Ya Tuhan ….” Namira mengesah seraya menuruni ranjang.Dia tidur lelap sekali karena efek obat, dokter memang baru meresepkan obat tersebut berdasarkan hasil theraphy kemarin di mana Namira mengaku kalau sering bangun tengah malam dan kemudian tidak bisa tidur lagi hingga pagi harinya.Bergegas Namira keluar dari kamar menuruni anak tangga.“Bi … mas Rey udah pergi kerja?” Namira bertanya dengan raut panik membuat sang asisten rumah tangga bingung.“Iya Bu, bapak pergi pagi sekali tapi enggak pakai baju kerja … Bapak malah pakai sepatu olah raga, kayanya mau olah raga tapi jam segini belum pulang, kenapa ya?” Namira menduga kalau Reyshaka pulang ke rumahnya dulu untuk mandi dan berganti pakaian, se
Sesungguhnya Reyshaka merasa berat hati pergi ke Surabaya, bukan karena harus meninggalkan Namira yang masih sering histeris tengah malam saja tapi karena dia harus bertemu ayah dan mempertanggungjawabkan semua yang terjadi pada perusahaan di Jakarta.Namun sang bunda tercinta yang tahun ini genap berusia lima puluh enam tahun tengah berulang tahun jadi Reyshaka harus berkumpul dengan keluarganya di sana. “Mas Khaliiiissss.” Zaviya menyambutnya dengan sebuah pelukan.Amara datang dari arah dalam rumah dengan senyum lebar dan kedua tangan terentang.Reyshaka membuka satu lengannya untuk Amara sehingga kini dia bisa memeluk dua adik perempuannya sekaligus.“Kapan dari Bandung?” Reyshaka bertanya pada Amara.“Dua hari yang lalu, aki sama nini bawel banget nyuruh aku ke sini terus buat nyiapin pesta ulang tahun bunda,” kata Amara sembari mengerucutkan bibirnya.“Lho … mereka enggak datang?” Reyshaka menggiring kedua adiknya masuk lebih jauh ke dalam rumah.“Mereka udah tua banget, Mas …
“Khalis … ajak ngobrol Salsa di taman belakang ya, kami mau ngobrol sama Bude sama Pakde dulu.” Bunda mengedipkan satu mata usai berkata demikian membuat Reyshaka mengerti maksud dari semua ini.Reyshaka akan dijodohkan dengan Salsabila.Deg.Jantung Reyshaka berdetak tidak nyaman, wajahnya langsung pucat.Tidak, jangan sampai perjodohan itu terjadi.“Yah ….” Reyshaka menarik tangan ayah yang pergi paling terakhir.“Ngobrol aja dulu, nanti kasih tahu kami cocok atau enggak … tapi kalau bisa sih cocok ya, soalnya bunda udah deket banget sama Salsa.” Ayah berbisik sebelum meninggalkan Reyshaka, beliau tahu keresahan sang putra hanya dari sorot matanya.Reyshaka mengembuskan napas panjang, dia mengusap wajahnya kemudian membalikan badan.Baru ingat kalau Salsabila masih berdiri di sana.Keduanya menjadi canggung dan salah tingkah.“Kita ke sana aja ya,” ajak Reyshaka pada Salsabila yang menurut saja dituntun ke tempat di mana kedua adiknya sedang berkumpul.“Mbak Salsaaaaa.” Zaviya menya
“Ayah … Mira mau ke Mall dulu ya, ada beberapa barang yang harus Mira beli untuk persiapan kembali kerja hari senin nanti,” kata Namira pamit kepada ayah Altezza yang tengah menonton di ruang televisi.“Kamu udah siap bertemu orang-orang itu, Mir?” Ayah menatap sendu Namira dan sang putri tahu siapa orang-orang yang dimaksud ayah Altezza.“Mira enggak tahu, Yah … tapi harus Mira paksakan … seenggaknya sekarang Mira tenang karena ada mas Rey yang akan jagain Mira.” Ucapan Namira tersebut malah menimbulkan kekhawatiran di hati ayah Altezza.“Mir, kamu harus ingat kalau Rey adalah anak Venus … wanita yang pernah ayah sakiti, kamu jangan pernah berharap banyak sama dia … dia hanya menikahi kamu untuk sebuah status … kamu jangan sampai jatuh cinta sama dia ya, Mir … bayangkan bagaimana murkanya dia nanti kalau tahu siapa kamu sebenarnya.” Ayah mengingatkan agar sang putri tidak terlena.Raut wajah Namira berubah tegang, dia memang sempat lupa dan menikmati sikap baik penuh sayang yang Rey
“Selamat pagi, Bu Angela.” Namira menyapa sopan membuat wanita cantik yang tangannya sudah menyentuh handle pintu hendak masuk ke ruang miliknya itu menahan pergerakan.Kepalanya lantas menoleh ke samping ke tempat di mana sofa set berada membuat Bu Angle dan Namira saling tatap selama beberapa detik. “Kamu … Namira ‘kan?” Tanyanya seperti tidak percaya karena Namira yang dia kenal dulu sangat culun dengan pakaian sederhana dan rambut panjang yang menurutnya tidak terurus.Namun sekarang dia tercengang saat melihat Namira yang begitu cantik karena penampilannya telah berubah. Rambutnya dipotong pendek dan pakaiannya Angela tahu kalau yang dikenakan Namira adalah pakaian bermerk.“Betul Bu, saya Namira.” Namira menyahut bersama senyum ramah.“Yuk, masuk ke ruangan saya … kita ngobrol.” Angela menyambut ramah kembalinya Namira karena sudah mendapat pesan dari Reyshaka agar menerima Namira kembali bekerja di perusahaan ini untuk menghemat budget perekrutan karyawan. Diam-diam Namira s
“Selamat pagi pak Arief.”“Oh … ini Namira ya? Yang katanya akan menjadi tim saya?”“Betul, Pak.” “Sama saya juga,” sambar Dimas yang tiba-tiba datang membawa kotak berisi barang-barang miliknya.“Wah … senang sekali saya mendapat tim yang muda-muda,” kata pak Arief sembari tersenyum lebar, beliau berjalan lebih dulu masuk ke dalam ruangan.“Si Mala mupeng, ingin ikut jadi tim kita.” Dimas berbisik kepada Namira dia lantas pergi ke sebuah meja kosong karena meja yang lain sudah ada tas Namira.“Bilang aja sama bu Angela, minta dipindah ke tim kita.” Namira memberi ide.“Mana bisa gitu, memangnya dia istri CEO.”Kalimat Dimas itu membuat Namira tersindir.Pak Arief meminta Dimas dan Namira duduk di depan mejanya untuk melakukan briefing.Sebagai orang yang telah berumur, ternyata pak Arief tidak kaku atau kolot dalam memimpin malah beliau menerima banyak masukan dari Namira dan Dimas.Mereka pun menyepakati beberapa aturan dan prosedur dalam bekerja.Setelah itu Namira dan Dimas kemba