Semenjak Namira dinyatakan mengandung, Janu sudah tidak mau lagi menyusu secara langsung dari dada Namira.Dengan berat hati Namira mengganti kebutuhan gizi yang terdapat pada ASI untuk Janu dengan susu formula.Sebagai ibu, hati Namira sedih karena harus mengorbankan ASI eksclusive Janu yang semestinya sampai dua tahun.Untuk urusan anak, Namira akan selalu melow.Siang ini tiba- tiba Reyshaka pulang ke rumah untuk makan siang tanpa sepengetahuan Namira karena kebetulan dari pagi, pria otu berada di proyek yang jaraknya tidak jauh dari rumah.“Istri saya mana, Bi?” Reyshaka bertanya pada bi Sum.“Di kamar den Janu, Pak.” Reyshaka langsung menuju ke sana.Sekarang Janu memiliki kamar sendiri, kamar yang sudah dipersiapkan Namira sebelum dia lahir.Reyshaka mendorong pintu bercat putih itu dan mendapati Janu yang sedang menyusu dari dot tengah dipangku Namira di sofa santai.Janu tidak tidur justru malah bundanya yang tertidur dengan kepala ditopang tangan yang menumpu pada sandaran t
Ayah Archio sudah sampai di Jakarta, beliau bermaksud menjemput Zaviya yang kabur ke rumah Reyshaka.Selama kabur itu, bunda Venus meng-handle semua urusan yang menyangkut restoran kelolaan Zaviya.Ayah jadi tidak memiliki banyak waktu dengan sang istri tercinta karena kesibukannya itu.Sampai di rumah saat hari sudah malam, bunda Venus pasti minta dipijat sampai ketiduran padahal ayah Archio ingin bermanja-manja.Jadi Zaviya harus pulang agar bisa menyelesaikan urusan restoran sebelum akhirnya nanti akan diserahkan kepada seseorang yang mereka rekrut untuk dikelola karena ayah Archio sudah memutuskan untuk menjodohkan Zaviya dengan anak dari sahabatnya semasa sekolah dulu.Ayah Archio datang ke Jakarta tanpa bunda Venus, beliau dijemput supir setibanya di Bandara Soekarno-Hatta.“Langsung ke rumah ya, Pak?” Sang driver memastikan karena siapa tahu beliau ingin ke kantor dulu.“Antar saya ke Sofia at The Gunawarman ya, Pak!” “Baik, Pak!” Ayah Archio memiliki janji temu dengan sahaba
“Ayah … Namira pergi dulu ya, makan siangudah Namira siapin di meja makan sama obat yang harus ayah minum … nanti Miratelepon ayah untuk ingetin minum obat,” kata Namira sembari melangkah mendekatpada ayah.Altezza Rizky Putra, pria Don Juan yangdulu digilai banyak wanita itu sudah belasan tahun terserang stroke dan hanyabisa duduk di kursi roda dilayani semua kebutuhannya oleh sang putri.Altezza mengangguk-anggukan kepalanya,beliau kesulitan untuk bicara karena bibirnya bengkok seperti tangan kirinya.“Ayah mau pipis atau pup dulu enggak?Soalnya Mira mungkin pulang sore.” Altezza menggelengkan kepalanya.Namira lantas berlutut di depan sang ayahyang duduk di kursi roda.“Ayah … doain Mira ya, semoga Mira bisamelewati hari pertama ini dengan baik … gaji Mira cukup besar di perusahaan ini… bisa membayar biaya berobat Ayah dan memenuhi kebutuhan hidup kita ….” Banyak harapan tersirat di pendar mataNamira yang indah.“Ma-af ….” Altezza melirih, tangankanannya yang masih be
Saat salah satu pintu lift terbuka, Namirakebagian masuk ke sana dan turun di lantai yang dituju.Katanya dia harus menghadap bu Angela dibagian HRD.Jadi Namira mengetuk pintu yang setengahbagiannya adalah kaca buram dengan tulisan HRD.“Selamat pagi!” Sapa suara dari belakangmembuat Namira menoleh dan menatap wanita cantik itu dengan kening mengkerut.“Karyawan baru ya?” tanya wanita ituramah.“Iya Bu, saya Namira.” Namira mengulurkantangan.“Saya Angela,” balas wanita itu menjabattangan Namira.Ternyata si pemilik ruangan juga baru sajadatang.“Ayo masuk, sambil nunggu yang lain.”Angela masuk lebih dulu dan duduk di meja kerjanya.Angela banyak bertanya dan jugamenjelaskan sistem dan mekanisme bekerja di perusahaan ini.Tidak lama dua karyawan baru pun datangdan mendapat arahan dari Bu Angela.Dua karyawan baru itu juga ternyata satutim dengan Namira di bagian desain interior.“Kalian kenalan dulu,” kata Angela,mengarahkan telunjuk pada Namira dan karyawan baru lainnya
Namira terusmenundukan kepala karena tatapan Rivan begitu tajam terhunus padanya saatsedang bicara memimpin briefing.Namira menjadi yang pertama keluar dari lingkaransaat Rivan mengakhiri briefing.“Namira! Buatkan saya kopi,” kata Rivan memerintahmembuat Namira tidak jadi menghempaskan bokongnya di kursi.“Baik, Pak.”Namira tahu kalau dia sedang mendapat pelampiasankekesalan Rivan karena tidak berhasil melecehkannya kemarin malam.“Silahkan kopinya, Pak …,” kata Namira serayamenyimpan cangkir kopi di meja Rivan.“Fotocopy berkas ini masing-masing lima lembar.”Rivan memberikan perintah selanjutnya.“Baik, Pak …,” kata Namira tanpa membantah yangpenting dia selamat dari tindak pelecehan yang dilakukan Rivan.Namira rela meski harus melakukan tugas OB.Keempat orang lainnya dalam tim Desain Interiordiam-diam menatap Rivan dengan ekspresi heran karena tidak biasanya Rivanmemerintah hal remeh kepada anggota di Divisi sebab setiap Divisi memiliki OByang bisa dimintai tolong un
“Ayah, Mira sudahpikirkan baik-baik tentang permintaan Ayah ….” Namira menghentikan kalimatnyauntuk membuang napas berat.“Mira belum tentu dapet kerjaan baru dengan waktusingkat, pekerjaan ini adalah mukjizat dari Tuhan, Yah … jadi akan Mirapertahankan, tapi Ayah jangan khawatir … hanya bagian HRD yang tahu kalau Miraanaknya Altezza Rizky Putra dan mereka juga enggak mengenal Ayah … dan Yah,sepertinya pak Rey juga enggak tahu tentang cerita kelam ibunya karena Miradiwawancara langsung sama pak Rey, dia baca CV Mira dan enggak mempertanyakantentang kehidupan Mira ….”Mira menggenggam tangan Ayah yang berhentimenyuapkan sendok ke mulut karena mendengar penjelasannya.“Percaya sama Mira, Yah … Mira akan baik-baik ajabekerja di sana atau minimal Mira bekerja sampai mendapat pengalaman yang cukupuntuk bekerja di perusahaan yang lain.”Namira mengeratkan genggaman tangannya.“Kita butuh uang untuk hidup, Yah … untuk berobatAyah juga.” Namira memohon pengertian Ayah lagi.Tapi s
Reyshaka besertaketiga sahabat brengseknya dan Namira berkumpul di ruang televisi.Ketiga pria yang telah melecehkan Namira itumenundukan pandangan, mereka malu karena baru menyadari telah berbuat bejatkepada karyawan di perusahaan sang sahabat yang telah menjadikan mereka orangpenting di perusahaan tersebut.“Ini pertanggungjawabannya gimana? Lo-lo pada udahngerusak dia!” Untuk pertama kalinya Reyshaka membentak ketiga sahabatnyakarena murka.“Gue enggak sadar … gue mabok.” Rivan membela diri.Reyshaka jengah sekali, dia menoleh pada Namirayang malah menundukan kepala seperti ketakutan dengan tubuh yang belum berhentibergetar.“Pokoknya gue mau kalian tanggung jawab! Kalaunama baik perusahaan gue jadi tercemar gara-gara Namira ngelaporin kalian!Kalian semua harus ganti rugi!” Reyshaka mengancam.Dia bangkit dari kursi kemudian menarik langkahhendak pergi keluar dari unit apartemen Surya membiarkan mereka menyelesaikanmasalah ini.Namun setelah melewati pintu, benak Reysha
Benak Reyshaka sibukberpikir selama perjalanan pulang ke rumah, bila ayahnya tahu masalah ini pastidia akan mendapat teguran keras selain harus melihat kekecewaan ayah dan sudahpasti ketiga sahabatnya akan dipecat.Tanpa terasa dia sampai di rumah, mobil Amaratelah terparkir di halaman depan.Amara adalah adik pertamanya yang tinggal diBandung dan membantu mengelola perkebunan teh dan beberapa pom bensin milikkakek dari pihak bunda.Dia bergegas keluar dari mobil, menderapkanlangkah masuk ke dalam rumah.“Amara!” Reyshaka berseru hingga suaranya menggemadi seantero rumah.“Mas Khaliiiiisss.” Amara berlari dari halamanbelakang memburu sang kakak.Khalis adalah nama panggilan kesayangan seluruhkeluarganya.Mereka bilang kalau nama Khalis diberikan olehwanita yang paling disayang di keluarga mereka.Reyshaka sendiri tidak tahu siapa wanita itu danbagaimana rupanya karena beliau meninggal sebelum dirinya lahir.Reyshaka memeluk Amara lantas membawanya ke kiridan ke kanan.“Ma