Share

Rencana Beliana

Viona menuruni anak tangga dan melihat seorang wanita di lantai bawah. Dia menahan kedua kakinya dan sejenak melihat ke arahnya. Dia tidak boleh menghindarinya dan akan membuktikan kalau dia bisa berdiri.

"Beliana."

Viona melanjutkan langkahnya dan menyambut Beliana. "Kau ingin bertemu dengan Frank?"

Beliana mengangguk, kedua matanya menangkap sosok anak kecil berlari menuruni tangga kemudian berhambur memeluk Viona.

"Mommy ayo antar aku lagi ke sekolah." Seru Jaxon. Dia memeluk erat kedua kaki Viona.

Viona menoleh ke arah Beliana. Ini pertama ibu dan anak seharusnya dia tidak mengganggunya kan?

"Apa dia Jaxon?" tanya Beliana. Dia melihat putranya begitu mirip dengan Frank.

"Iya," ucap Viona dengan singkat dan padat.

Beliana ingin mendekat, namun sepertinya Jaxon masih asing padanya. "Bisakah kau menemani ku bersama dengan Jaxon."

"Mommy dia siapa?" tanya Jaxon. Dia mengerutkan keningnya merasa asing.

"Jaxon duduklah dulu," ajak Viona. Dia duduk di samping Jaxon menghadap ke arah Beliana.

"Viona terima kasih sudah menjaga Jaxon," ucap Beliana. Menurut informasinya, Viona dan Frank baru beberapa bulan menikah. Dia tidak yakin kalau mereka sudah jatuh cinta. Apa lagi Viona sudah memiliki kekasih dan terpaksa menikah dengan Frank.

Viona mengangguk, dia mengusap kepala Jaxon. Dia tidak perlu bersusah-susah lagi membuat Jaxon menerimanya. Padahal dia sering mengabaikan Jaxon tetapi Jaxon langsung akrap dengannya karena kemarin mengantarnya ke sekolahnya.

"Jaxon dia ibu mu." Di kehidupan lalunya Jaxon tidak menerima ibunya. Dia tidak perlu usaha lagi harus membuat Jaxon menerim Beliana sama seperti kehidupan sebelumnya.

"Iya sayang, aku ibu mu." Beliana meyakinkan Jaxon.

"Ibu ku?" Jaxon langsung paham. Dia sama sekali tidak mengharapkan sosok seorang ibu lagi. "Ibu ku hanya Mommy Viona." Seru Jaxon menolak.

Jaxon berdiri dan meninggalkan ruang tamu. Dia mencari Frank dan ingin mengatakan kedatangan Beliana.

"Sepertinya Jaxon masih syok dengan kedatangan mu," ucap Viona.

"Viona aku ingin kau berbicara pada Jaxon. Buatlah dia mengerti, aku merindukannya Viona. Aku ingin bersamanya. Aku tau kau menikah dengan Frank karena perjodohan, kau pastinya masih mencintai kekasih mu dan Frank tidak mencintai mu."

Nyes

Perkataan Beliana bagaikan belati yang menancap di jantungnya dengan tangannya sendiri.

"Rupanya kau berterus terang, aku dan Frank memang menikah karena perjodohan. Seharusnya kau tau aku tidak bisa membantu mu. Aku belum berhak pada Jaxon."

Tidak banyak hal yang ingin Viona katakan. Dia beranjak dan hendak ke kampusnya. Biarlah wanita di depannya menghadap langsung dengan Frank.

"Aku melihat Jaxon akrap dengan mu. Aku yakin kau bisa meyakinkan Jaxon. Kau tidak mungkin sekejam itu pada seorang ibu yang ingin menebus kesalahannya."

Viona merasa tersindir, dia tidak akrap dengan Jaxon. "Aku tidak akrap dengan Jaxon, aku tidak begitu dekat dengannya. Baru kemarin aku mengantarnya ke sekolah. Setidaknya aku bukan ibu yang buruk yang menelantarkannya kan?" Viona menyindir Beliana.

"Kalau kau ingin berusaha ingin bersama Jaxon, cobalah usaha sendiri tanpa bantuan ku. Kau bisa melakukannya pada Frank," ucap Viona. Di kehidupan lalunya Frank luluh pada Beliana. Maka sudah pasti kehidupan kali ini pun tidak akan berubah. "Kau ibunya, kau pasti tau apa yang harus di lakukan."

"Beliana."

Viona menoleh ke arah pria yang menggendong anak kecil, kebetulan suami cecunguknya datang. "Beliana ingin bertemu dengan mu, dia ingin membahas tentang Jaxon. Aku pergi ke kampus dulu. Kalian bicaralah kapan kalian akan kembali."

Frank melirik Beliana, rasa sakit itu masih ada. Dia hendak melangkah namun Beliana menghadangnya tepat di depannya. Wanita itu memohon di kaki Frank.

"Frank maafkan aku, tolong berikan aku kesempatan. Aku akan menjadi ibu yang baik untuk Jaxon. Aku berjanji akan membuatnya bahagia dan memberikan kasih sayang ku yang telah hilang. Aku akan melakukan apa pun."

Frank menatap lurus ke depan. Dia melanjutkan langkahnya dan membuat Beliana menangis tersedu-sedu. Kini dia menyadari apa yang telah dia lakukan pada Frank. Dia membuat luka untuk putra dan suaminya.

"Frank."

"Daddy." Jaxon mulai berbicara. "Dia Mommy ku?"

Frank merubah ekspresi wajahnya yang mendadak mengeluarkan aura hitam menjadi cerah. "Sayang kau tidak perlu mengakuinya jika bisa menyakiti hati mu. Hanya ada Daddy dan kakek Damian."

Jaxon menggeleng, masih ada satu orang yang membuatnya menghangat. Sejujurnya semenjak bertemu dengan Viona ia ingin mendekatinya. Dia merasakan kehangatan saat bersama Viona. "Tidak Dad, ada Mommy Viona. Aku menyukai Mommy."

Frank tersenyum tipis, padahal putranya baru dekat. Tetapi Jaxon sudah memasukkan nama Viona ke dalam hatinya. "Kau menyukai Viona? Sayang, kau harus berhati-hati. Viona bukan ibu mu, ibu mu saja bisa menyakiti mu." Frank sangat ragu, dia tidak ingin memberikan hatinya pada siapa pun, cukup baginya Beliana yang menyakitinya.

"Tidak Dad." Jaxon tak setuju. "Mommy Vio baik." Dia tidak yakin jika Viona orang yang jahat.

"Sayang apa yang di lihat belum tentu baik, Viona bukan ibu mu. Kau harus berhati-hati," ucap Frank.

"Termasuk ibu?"

Frank mengangguk dengan meyakinkan.

....

Beliana pulang dengan raut wajah kecewa. Dia tidak membawa harapan apa-apa. Dia harus melakukan sesuatu meyakinkan Frank dan Jaxon.

"Aku harus melakukan sesuatu, tapi apa?" Beliana bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Dia harus melakukan sebuah rencana hingga sebuah rencana terlintas di benaknya. Dia pun menghubungi seseorang untuk melakukan sesuatu dan tersenyum menyeringai.

Dia pun menuju ke sebuah Restaurant dan menemui seseorang.

"Nyonya." Dua orang pria berbadan kekar dan satu pria terdapat luka di keningnya.

"Ini," Beliana menaruh sebuah amplop di atas meja. "Itu hanyalah bayaran awal. Jika rencana ini berhasil aku akan memberikan bonus pada kalian."

"Aku ingin kalian menculik Jaxon dan aku yang akan berpura-pura menolongnya."

"Kapan kita akan menjalankan rencannya Nyonya?" Tanya salah satu dari mereka.

"Aku akan mengubungi mu, hari ini aku akan mengawasi Jaxon."

Tanpa Beliana di sadari, Viona melihatnya.

Beliana melaksanakan rencananya. Dia mengawasi Jaxon dan kebetulan Jaxon berada di pinggir jalan. Beliana melirik sebuah mobil hitam itu dan mengangguk.

Mobil hitam itu pun menghentikan mobilnya di depan Jaxon, seorang pria keluar dan menutup mulut Jaxon.

Beliana tersenyum, dia pun mengikuti mobil iti ke salah satu gedung. Tanpa mereka sadari Viona membuntutinya mobil yang menculik Jaxon.

Viona menghubungi Frank, dia sangat khawatir pada Jaxon. "Cepat Anya," ucap Viona.

Niat hati tadi dia menjemput Jaxon dan mengajak Anya.

"Lapor polisi, lapor polisi," ucap Anya. Dia terus mengikuti mobil itu dan tanpa sadar memasuki sebuah hutan.

Mobil yang di tumpangi oleh Jaxon berhenti di sebuah gedung tua. Anya pun menghentikan mobilnya di dekat pohon besar.

"Aku keluar dan mengulur waktu, kau harus mencari bantuan," ucap Viona.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status