Julia dan Helios kembali ke mansion, membuat Gabriella menatap dengan tatapan yang jelas cemburu.
Mengabaikan Gabriella, Julia membawa Helios untuk masuk ke dalam mansion.Merasa kesal karena diabaikan, Gabriella ingin sekali mendekat kepada Helios dan mengambil alih untuk mengajak Helios ke kamar untuk merawatnya. Namun, dia merasa takut dan waspada kalau saja Helios tahu siapa orang yang telah menyewa tiga penjahat untuk membunuh Julia.Julia masih hidup, artinya penjahat itu tidak baik-baik saja.Gabriella menggigit bibir bawahnya, perasaan takut mulai merebak semakin dalam.Padahal pembunuh bayaran itu mengatakan akan segera melakukan eksekusi, tapi malah akan berakhir dengan kesialan untuk Gabriella.“Sepertinya aku harus mencari alibi, tapi apa?” Bisik Gabriella di dalam hati.Sekarang, Gabriella hanya bisa berpikir keras mencari alasan saja.Sementara itu, Julia kini menghentikan langkah kakinya kHelios berjalan mendekat, membuat Gabriella gemetar takut. Julia terus menatap ke arahnya. “Itu semakin jelas, bukan?”Julia terdiam begitu mendengar pertanyaan Helios yang tidak dia mengerti. “Seperti yang Gabriella katakan, aku adalah anak yang sangat patuh dengan Ibuku. Jadi, kalau Ibuku bilang aku harus menikah dengan Gabriella, maka aku akan menikahinya.” ucap Helios. Gabriella tersenyum tipis, dia sedikit lega karena merasa Helios tidak mendengar ucapannya tentang penculikan Julia. “Wanita seperti mu, apa mungkin bisa mengalahkan Ibuku?” ujar Helios. Julia tersenyum miring, tatapannya yang berani membuat Helios mengingat kembali Julia yang sesungguhnya. “Apa kau pernah lupa bahwa aku juga mengatakan padamu 10 tahun yang lalu bahwa, seorang Julia akan mendapat apa yang dia inginkan, dewa pun tidak bisa mengambil sikap.”Gabriella mengeratkan genggaman tangannya, kesal sekali dengan Julia yang dia anggap tidak tahu malu.
“Te- terimakasih,” ucap Karina saat Alenta masuk ke kamar untuk memberikan obat yang dia beli dari apotik terdekat. Mendengar ungkapan terimakasih dari Ibu mertuanya itu, Alenta gegas menganggukkan kepala, tersenyum. Dia paham sekarang, Karina adalah tipe orang yang suka di paksa, dan perlu menjadi tidak tahu malu untuk mendapatkan hatinya. “Sudah sore, kau pulang saja bawa anak-anakmu!” Perintah Karina. Mendengar itu, Alenta pun menggelengkan kepalanya. “Tadi, saat di jalan menuju ke apotek aku menghubungi Kak Edward untuk mengatakan kondisi ibu mertua saat ini. Kak Edward memintaku untuk menemani sebentar karena Kak Edward sedang dalam perjalanan menuju kesini, Ayah mertua juga akan segera tiba.” Jawaban Alenta barusan membuat Karina terdiam, rasanya semakin tidak bisa berkata-kata dengan sikap Alenta yang terlalu baik itu. “Terserah kau saja lah,” ucap Karina pasrah. Alenta ternyata jauh lebih keras kepala dari
“Benar seperti yang Ibu katakan, kita berbeda.” ujar Edward, tersenyum penuh makna membuat Karina menunda untuk berkata-kata. “Ayah adalah pria yang polos, dia hanya mengenal Ibu saja dalam hidupnya untuk Ayah cintai. Namun, meski banyak wanita yang coba mendekat, Ayah tetap tidak goyah.”Karina menghela nafas, menatap Edward dengan tajam. “Ayahmu terlalu malas untuk mendengar ocehan Ibu, makanya dia memilih untuk tidak berani macam-macam dengan wanita di luar sana.”Edward tersenyum lalu menganggukkan kepalanya memahami benar apa yang diucapkan oleh Ibunya. “Jadi, jika Ayah melakukan sesuatu yang menyimpang dari hubungan pernikahan kalian, sekiranya apa yang akan ibu lakukan?”Karina langsung bereaksi begitu mendengar pertanyaan dari Edward barusan. “Kalau Ayahmu berani macam-macam, tentu saja Ibu tidak akan tinggal diam! Akan Ibu lemparkan semua benda ke wajahnya, menemui wanita itu dan menjambak rambutnya. Lalu, Ibu akan mempermalukan wanita itu sampai
Julia terperangah tak percaya dengan apa yang dia dengar dan dia lihat. Helios, dengan kurang ajarnya, pria itu meminta Julia untuk mencoba gaun pernikahan yang kedepannya akan digunakan oleh Gabriella. “Tinggi badanku jelas tidak sama dengan Gabriela, kami juga memiliki postur tubuh yang berbeda. Kalau ingin bercanda, jangan keterlaluan juga, Helios!” Kesal Julia tak tahan lagi. Mendengar Julia membentak padanya, Helios pun langsung menatap Julia dengan tatapan tajam. “Kalau begitu, hanya tinggal membuat tubuh Gabriella sama denganmu, bukan?”Hanya bisa terperangah tak percaya untuk setiap kata yang keluar dari mulut Helios. Dia kesal sekali, padahal yang akan menikah bukan dia. Tapi, Kenapa juga harus memakai gaun pernikahan yang ukurannya sudah di samakan dengan Gabriella. “Cepat pakai!” Titahnya. Tidak ada pilihan lain, Julia terpaksa melakukan apa yang diucapkan oleh Helios meski Sebenarnya dia ingin sekali me
“Wah, Anda berdua benar-benar terlihat sangat serasi!” puji pegawai toko yang selesai mengambil gambar, lalu menunjukkan gambar Julia dan juga Helios yang terlihat seperti sedang menjalani proses pernikahan. Julia menelan salivanya sendiri, Dia sedang berpikir keras kira-kira akan jadi seperti apa jika Gabriella dan juga Kanya melihat ini. Sorot mata Kanya benar-benar menunjukkan ketidaksukaan terhadap Julia, begitu juga dengan Gabriella. Sementara itu, helio sendiri tidak bisa memberikan ketegasan kepada ibunya sendiri mesti nampak jelas rasa tidak nyaman dan tidak sukanya yang ditunjukkan langsung kepada ibunya. 3 penjahat yang kemarin saja Julia masih tidak tahu bagaimana keadaan mereka, Helios tidak mungkin berani untuk melakukan lebih mengingat Bos 3 penjahat itu adalah Ibu kandungnya sendiri. “Sepertinya, tetap di sini hanya karena perasaan takut kepada Helios justru akan membuatku berakhir dengan sangat mengenaskan!” seru Juli
“Bagaimana bisa kau menjadi manusia yang tidak tahu malu sekali, Julia?” tanya Helios. “Kau adalah pelaku perundungan di sekolah, sekarang kau dengan ekspresi wajahmu yang berani itu bertanya bagaimana perasaan korban?”Mendengar ucapan Helios Julia pun hanya bisa memaksakan senyumnya. Dia sendiri saat itu tidak bisa menahan perasaan kesal setiap kali melihat Helios yang terus saja memperhatikan dirinya. Bahkan, sering kali saat Julia makan, Helios duduk di ujung ruangan sembari terus menatap ke arahnya, seolah sedang memperhatikan gerak-gerik Julia dengan detail. Mengingat itu, Julia bahkan menjadi kesal. Pria bertubuh gendut, menggunakan kacamata bulat hitam berukuran cukup besar, kepalanya selalu memiliki potongan yang sama, plontos yang mungkin hanya setengah sentimeter saja panjang rambutnya. “Mengingat wajahmu saat itu, Tuhan saja pasti akan marah, Helios.” jawab Julia jujur. “Kau yang lebih suka mengucilkan dirimu sendiri, tida
Malam itu, angin berhembus sepoi-sepoi di luar jendela, namun suasananya jauh dari tenang. Julia menahan nafasnya, mencoba tidak menangis saat tubuhnya dihukum oleh Helios, pria yang seharusnya tidak melakukan ini padanya. “Hukuman tidak masuk akal apa ini, Helios? Kesalahan apa yang aku lakukan sampai-sampai kau menghukum ku?” tanya Julia yang tidak mengerti atas tindakan Helios ini. Terjebak dalam pelukan besi pria itu, Julia merasa tak berdaya. Dia tidak mengerti mengapa harus menerima hukuman ini, padahal dia tidak melakukan kesalahan apa pun.“Banyak. Kau memiliki banyak sekali kesalahan padaku!” Tegas Helios. “Kau gila, Helios!” ucap Julia kesal. Di tengah deru napas Helios yang terdengar semakin berat, Julia merasa seolah-olah dia berada di cengkeraman seekor binatang buas. Lelaki itu mengekangnya tanpa ampun, membuat tubuhnya meronta untuk bebas. Namun, semakin dia mencoba melawan, semakin erat He
“Apa aku sedang jadi bahan perbincangan sekarang?” tiba-tiba saja Edward muncul membuat Irene terkejut. Berbeda dengan Irene, Alenta sudah melihat mobil Edward berhenti tidak jauh dari tempat mereka berada sekarang ini. Edward semakin mendekat kepada Alenta, melingkarkan lengan memeluk pundak Alenta. Tidak lupa juga, kecupan di dahi dan juga bibirnya sejenak. “Bagaimana pembicaraan dengan orang tadi?” tanya Edward mengabaikan keberadaan Irene. “Semuanya akan berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan di awal, jika terjadi sesuatu dia akan menghubungi kita saja, dan tidak perlu bertemu seperti ini.” jawab Alenta. Edward menganggukkan kepalanya, jelas tidak perlu lagi membahas detailnya karena dia sangat mempercayai Alenta tentang hal itu. Barulah setelah itu Edward mulai mengalihkan pandangannya untuk menatap Irene yang sejak tadi terus menatapnya. Teman Irene menatap Edward dengan tatapan kagum. Edward sangat tampan deng