Pernikahan Kontrak Tuan Muda

Pernikahan Kontrak Tuan Muda

last updateLast Updated : 2025-05-29
By:  Author newbieUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating. 1 review
49Chapters
1.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Hampir tujuh tahun menjalani biduk rumah tangga, pernikahan Karina dan Adimas tidak kunjung dikaruniai buah hati dan Karina selalu diejek mandul oleh keluarga Adimas. Sampai suatu hari Karina menemukan bukti perselingkuhan Adimas yang ia temukan di saku celana milik Adimas, semua bukti itu akhirnya menuntun Karina ke sebuah fakta bahwa selama ini Adimas sudah mengkhianati pernikahan mereka. Karina yang tengah diliputi rasa kecewa dan sedih yang medalam, tiba-tiba mendapatkan sebuah tawaran untuk membalas perbuatan Adimas dari seseorang yang baru ia kenal. Akankah Karina menerima tawaran itu atau ia lebih memilih kembali kepada Adimas dan memaafkannya?

View More

Chapter 1

Chapter 1

"Gimana hasilnya?" tanya Adimas antusias.

Karina menggeleng lesu sambil menyerahkan benda kecil di tangannya, setelah berharap untuk yang kesekian kalinya hasil dari testpack itu ternyata masih belum menunjukkan garis dua. Segala cara sudah Karina lakukan, mulai dari urut, meminum ramuan, bahkan sampai promil tetapi tetap tidak membuahkan hasil. Adimas membuang testpack itu ke sembarang arah, ia benar-benar kecewa padahal ia sudah berharap jika Karina telat datang bulan karena hamil.

"Rin, izinkan mas untuk menikah lagi. Mas sudah tidak bisa bersabar lagi menunggu kamu hamil," pintanya dengan raut wajah frustasi.

"Mas, usia pernikahan kita baru sebentar. Lagipula kita bisa mengadopsi anak jika mas memang tidak bisa menunggu,"

"Mas tidak mau anak adopsi Rin, mas ingin anak dari benih mas sendiri."

"Tapi mas-"

Ponsel Adimas tiba-tiba berdering menampilkan nomor yang tidak dikenal, Adimas terlihat antusias saat melihatnya bahkan ia langsung keluar dari kamar untuk menjawab telepon tersebut dan mengabaikan Karina. Setahu Karina suaminya itu paling malas menjawab panggilan dari nomor yang tidak ia kenal, tetapi yang Karina lihat saat ini Adimas seperti sudah tau siapa yang menghubunginya. Karina terus memperhatikan raut wajah Adimas yang terlihat begitu bahagia saat berbicara di telepon, Adimas bahkan terlihat begitu terharu, seolah ia tengah mendengar sebuah kabar yang sangat membahagiakannya.

"Telepon dari siapa mas?" tanya Karina, Adimas langsung menyembunyikan ponselnya ke dalam saku begitu Karina datang.

"Dari teman, oh iya Rin. Aku pulang agak maleman ya, ada urusan yang harus aku selesaikan,"

Karina hanya mengangguk lalu mencium tangan Adimas dengan khidmat, setelah Adimas pergi Karina melanjutkan aktifitasnya kembali seperti yang biasa ia lakukan setiap pagi. Karina mengeluarkan semua pakaian kotor Adimas yang beberapa hari lalu Adimas bawa untuk perjalanan bisnis, tetapi saat sedang memeriksa semua saku celana Adimas Karina menemukan sebuah ikat rambut wanita dari saku celananya. Tidak hanya itu, Karina juga menemukan invoice pembelian lingerie yang sudah tersobek, struk pembayaran booking hotel dan satu buah alat kontrasepsi yang masih tersegel. Selama ini ia tidak pernah menggunakan pengaman saat berhubungan intim dengan Adimas, jadi ia sangat yakin jika Adimas menggunakan alat kontrasepsi ini bukan dengannya.

"Apa yang kamu lakukan di belakangku mas," gumamnya, ia genggam semua barang itu di tangannya yang mulai terlihat gemetar.

Bukti invoice, ikat rambut, serta alat kontrasepsi itu segera Karina sembunyikan di saku bajunya. Karina segera bergegas pergi untuk menemui Adimas dan meminta penjelasan atas semua yang ia temukan, ia bahkan tidak memperdulikan teriakan ibu mertuanya yang meminta disiapkan sarapan. Karina sudah tidak bisa berpikir dengan jernih, apa yang terngiang di dalam benaknya hanyalah Adimas sudah mengkhianatinya dengan wanita lain. Karina terus mencoba meghubungi Adimas untuk menanyakan keberadaannya, tetapi nomor Adimas mendadak tidak aktif. Karina begitu kalap karena larut dalam kecurigaannya pada Adimas, ia bahkan nyaris tertabrak mobil ketika menyebrang jalan karena sibuk menghubungi Adimas.

"Mbak Karin!" sapa Erlin saat Karina baru saja tiba di lobby kantor Adimas, ia menghampiri Karina dengan setumpuk berkas di tangannya. "Mbak gak kerja? kok pagi-pagi datang kesini?"

"Lin, apa mas Adimas ada di ruangannya sekarang?" ia tidak mengindahkan pertanyaan Erlin.

"Mas Adimas? dia baru saja pergi setengah jam yang lalu, ada apa memangnya mbak?"

Saat Karina hendak menjawab pertanyaan Erlin, fokusnya teralihkan pada ikat rambut yang ada di pergelangan tangan Erlin. Ikat rambut itu sama persis dengan ikat rambut yang Karina temukan di saku celana Adimas, ikat rambut seperti itu memang tidak hanya Erlin yang punya tetapi entah mengapa kecurigaan Karina langsung tertuju kepada Erlin.

"Lin, apa kamu ikut juga perjalanan bisnis kemarin?" tanya Karina, tatapannya kini sudah berbeda pada Erlin seperti tengah menginterogasi.

"Iya aku ikut, apa ada masalah mbak?"

Karina terdiam dengan seribu pertanyaan di dalam kepalanya, apakah wanita simpanan Adimas adalah Erlin? mengingat Erlin adalah sekretaris pribadi Adimas dan mereka sering pergi perjalanan bisnis bersama. Tetapi Karina tidak bisa menuduhnya mentah-mentah karena buktinya masih belum cukup kuat, sedangkan Erlin kini tengah menatapnya kebingungan karena Karina tiba-tiba diam dengan mata berkaca-kaca.

"Mbak Karin, mbak baik-baik aja kan?"

Baru saja ia hendak bertanya lagi pada Erlin, tiba-tiba ponselnya berdering dengan notifikasi dari rumah sakit tempat dimana Karina akan melakukan pemeriksaan kesuburan. Karina akhirnya terpaksa pergi dari hadapan Erlin dengan rasa penasaran yang belum tuntas di hatinya, Erlin adalah teman yang paling ia percayai bahkan sejak mereka masih di bangku sekolah, tetapi hari ini Karina melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa bukti itu mengarah kepada Erlin.

'Bukan, pasti bukan Erlin, Erlin tidak mungkin melakukan itu padaku.' batinnya yang masih terus meyakinkan hatinya bahwa bukan Erlin wanita simpanan Adimas.

********

Karina tiba di rumah sakit tanpa ditemani siapapun, sepanjang lorong yang ia lewati ia terus melihat bayi-bayi yang digendong oleh ibu mereka juga sang ayah yang terlihat bahagia menatap buah hatinya. Karina refleks mengelus perutnya, membayangkan betapa bahagianya jika nanti ia mengandung dan Adimas akan memanjakannya seperti pria-pria itu memanjakan istri mereka. Karina yakin jika ia tidak mandul karena ia tidak memiliki tanda-tanda kemandulan, ia justru mencurigai Adimas tetapi Adimas selalu mengelak dan menolak jika ia mengajaknya tes kesuburan. Lahir di keluarga yang memiliki banyak anak, membuat Adimas yakin jika Karina lah yang tidak subur. Setelah mengambil sampel darah, Karina menunggu dengan sabar hasil tesnya sampai akhirnya perawat datang membawa hasil tes miliknya.

"Ibu Karina Faradilla, silahkan masuk." ujar perawat sambil membukakan pintu untuk Karina.

Karina mengikuti perawat itu masuk ke dalam ruangan dokter, degup jantungnya berdebar tidak beraturan dan Karina benar-benar cemas menunggu hasil tesnya dibacakan oleh dokter.

"Selamat siang, perkenalkan saya dokter Firman, saya yang akan menjelaskan hasil tes kesuburan ibu Karina. Silahkan duduk,"

"Siang dok, terimakasih."

Hasil tes Karina kini tengah dibaca oleh dokter yang menanganinya sebelum disampaikan kepadanya, entah mengapa perasaan Karina mendadak tidak enak ketika melihat raut wajah sang dokter yang tiba-tiba berubah muram.

"Jadi bagaimana hasil tesnya dok?" tanya Karina dengan rasa penasaran yang menggebu-gebu.

"Sebelumnya saya ingin meminta maaf, hasil tes anda menyatakan jika anda infertile, ibu Karina."

Karina tercenung dengan bola mata membulat, sesaat kemudian ia tertawa pelan seolah tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar, "Dokter, tolong baca sekali lagi, pasti ada yang salah dari hasil tes itu atau mungkin dokter salah membacanya."

"Maaf, tetapi hasil tes ibu Karina jelas menyatakan jika ibu infertile."

"Apa saya benar-benar tidak bisa hamil dok?" tanya Karina yang hanya dibalas gelengan kepala oleh dokter Firman.

Air mata Karina perlahan mulai turun dan membasahi pipinya tanpa henti, ia mengambil hasil tesnya dan pergi dari ruangan dokter Firman dengan perasaan kecewa yang mendalam. Karina berjalan pelan sambil berusaha mengabaikan semua yang ia lewati, tadinya ia sangat berharap jika suatu saat ia bisa duduk di antara mereka sambil menggendong bayinya tetapi kini harapannya sudah pupus. Karina mengalihkan pandangannya ke arah lift agar bisa mengalihkan rasa kecewanya, namun ia malah melihat hal lain disana yang tidak kalah mengejutkannya. Karina mengusap air mata yang menggenang di bola matanya dengan cepat agar bisa melihat dengan jelas, sayangnya sebelum ia benar-benar bisa memastikan apa yang ia lihat pintu lift sudah tertutup rapat.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Author newbie
Halo pembaca! terimakasih sudah mampir ke karya saya yang terbaru, jika berkenan tolong berikan saran, kritik dan dukungannya jika anda menyukai karya saya ^_^
2025-01-16 08:04:16
0
49 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status