Happy Reading. "Aku pernah berpikir untuk hidup di tempat dimana tak ada seorang pun yang mengenalku. Tapi aku tak pernah menyangka, kalau itu bukanlah angan-angan. Melainkan pengkhianatan!"***PRANGGG! Suara gelas jatuh ke lantai, seorang pria berzirah menghampiri sang Tuan yang disegani seluruh kota. "Tidak! jangan bunuh, dia kekasihku!" berlutut, meminta belas kasih sembari meraung-raung di depan Tuannya. "Dia pantas hidup...ja-jangan ambil dia dari saya Tuan!" kepalanya semakin dekat dengan lantai. "Sudah, terlambat. Jantungnya, milikku sekarang!""Tidak! Tuan, saya mohon." pria itu menggeleng histeris. Tetapi sang Tuan tak menghiraukannya. berjalan masuk ke dalam kamar pengantin wanitanya. mengetuk pintu. Malam yang harusnya penuh canda tawa. Saat kelopak bunga mawar merah berhamburan dari atas kasur King Size sampai ke lantai. Ditemani cahaya remang-remang dari lilin. Hiksss! Seorang gadis cantik dengan pakaian pengantin justru terdengar menangis ketakutan di sudut temp
Happy Reading. "DA-MA-RAAA!" Teriak sang ayah pada Damara yang menghilang setelah membuat jebakan dengan sendok yang diletakkan di lantai, dan diberikan energi. Dari samping tangga, Damara keluar dengan kepala yang menunduk ke bawah. Pakaiannya juga kotor penuh kue krim dan coklat, Berjalan ke arah sang ayah dan ibu yang terlihat sangat malu. Tapi perkataan pria yang disebut Tuan itulah yang membuat Damara keluar. "Apa semua ini Damara?""Maafkan aku bu, Da-Damara tidak sengaja menyenggol meja. Makanannya jadi berantakan!""DAMARA….""Jadi namamu Damara?" tanya pria muda tinggi yang sedang tersenyum pada Damara. Tetapi Damara tak menganggapnya ada. "Ibu, ayah. Nanti Damara bersihkan. Sekarang Damara mandi dulu ya, dah!" pamit Damara hendak kabur. Sebelum sebuah kata-kata keluar dari mulut pria itu. Dan langsung menghentikan langkahnya. Katanya, "begini caramu menyambutku? Berbalik! Dan minta maaf!" ancam pria itu. Damara malah tersenyum sinis, tak berbalik. Melainkan melangkah
Happy Reading."Jadi sampai kapan kamu akan memelukku?" tanya Damara sembari mendengus malas.Arron tersenyum. Mendorong pelan Damara yang terlihat tak senang, bahkan tak tergoda oleh wajahnya yang rupawan. Sempurna, tapi mata indah Damara sama sekali tak menunjukan ketertarikan sejak awal.Cup!Arron mengecup jidat Damara pelan. Kemudian mengelus-elus surai Damara yang beraroma buah. "Sampai bertemu esok!""Iya. Selamat tinggal, semoga perjalanannya tidak berjalan lancar.""Damara…"Belum sempat Arron melanjutkan kata-katanya untuk membalas perkataan tidak sopan Damara. Dia—Gadis bersurai hitam panjang itu justru kabur dari Arron sembari menjulurkan lidah, dan menarik satu kantong matanya ke bawah. Jelas mengejek Arron. Bukan marah, hati Arron justru tenang. Karena orang yang selama ini ia cari, ada dalam genggamannya. Sedang sang ayah hanya bisa terdiam di tempatnya melihat interaksi Arron pada Damara, yang sedikit berbeda dari sebelumnya. "Hm, menarik!" kata ayahnya sebelum meng
Happy Reading BOAMMM! Bukh! Damara jatuh membentur tembok karena ledakan yang diduga terjadi karena adanya pergerakan. "Lokasi ini berbahaya!"Mata Damara menganalisis jejak darah yang melekat di sepanjang tembok perumahan dan jalanan daerah yang sepi. Tap! Tap! Tap! "Lihatlah, siapa yang menginjak perangkap kita hahaha.""Seorang gadis cantik!" Pria berpakaian serba ungu itu jelas adalah pembuat onar di kota ini, yang hobinya menculik dan merampok. "Bagaimana kalau kita berbagi saja, sisa pun tak masalah!""Kalian mau memakanku?" tanya Damara sok polos. "Tidak, tapi bagaimana kalau kita bermain-main saja?" mereka tertawa menatap dada dan paha Damara yang terekspos. Robek karena ledakan. "Ide bagus!"Dari dinding belakang Damara, muncul makhluk mengerikan yang langsung menerkam mereka. GRAWWWWW! ***Tak lama kemudian pasukan pertahanan Hilike, yang ketuai oleh Lycus Achilles. Pria bersurai merah yang dikenal karena senyuman indah namun mematikan itu justru sedang terkeju
Happy Reading. Seminggu berlalu sejak hilangnya Damara. Lycus selalu membantu menyiapkan semua keperluan Damara, dan itu yang membuat Arron tak tenang. "Bagaimana bisa, seorang gadis dari desa kecil. Tak bisa kalian tangkap!" Pimpinan utama, ayah Arron. Tuan besar Charon Ferry Mycena. Tegah emosi. Hadir juga ayah dan ibu dari Damara. "Aku akan mencarinya sendiri!" putus Arron tak tahan lagi. ***Pasar Helike. Yang penuhi prajurit yang mencari Damara, justru melewati gadis yang mereka cari beberapa kali. Lycus hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat betapa bodohnya prajurit yang utus Arron. "Lapar, nih. Biar tidak pusing selama mencari!" beri Damara pada para prajurit. Menyodorkan buah-buahan segar, yang ia beli dengan uang Lycus. "Terima kasih.""Sama-sama. Semoga kalian berhasil menemukan gadis sialan itu.""Ya, semoga ia dihukum penggal karena telah menyusahkan kami."Damara mengangguk-anggukan kepalanya setuju. "Hm, lebih bagus digantung dan dikuliti. Kan, kasihan ka
Happy Reading. Karena ulah Damara, Arron harus mengurusi masalah petisi. Dan surat permohonan hukuman mati yang pantas untuk Damara.Sedang gadis itu, merasa bosan berada dalam kamarnya. "Bosan, aku lapar!" katanya saat matahari sedang berada di puncak-puncaknya. Bangkit dengan sekuat tenaganya. Melangkahkan kakinya untuk mencari makan. Tapi saat ia berada di depan pintu dapur, Damara justru tersenyum mengejek saat mendengar kata-kata seorang pelayan. "Siapapun yang merebut tuan Arron akan mati!""Benar, gadis itu juga harus diberi pelajaran!"Tanpa ragu. Damara masuk. "Benar, dia harus diberi pelajaran. Tapi dengan cara apa? Em, kita racuni saja makanannya. Atau letakan minyak di depan kamarnya!" saran Damara dengan raut wajah penuh sindiran pada pelayan-pelayan tidak tahu posisi. "Ck! Kau akan mati Nona yang sok, cantik!""Aku memang cantik, kenapa, takut tersaingi?""Kau…kita lihat saja nanti, siapa yang akan menang?""Aku tidak bersaing dengan wanita tua sepertimu, kalau mau.
Happy Reading. "Nona?!"Para pelayan berteriak, tapi Damara yang sudah 2 jam dalam kamar mandi. Tak kunjung keluar, pasalnya hari semakin malam. Dan itu tak baik bagi tubuh Damara. Sesaat setelah para pelayan yang berseteru dengan Damara tadi siang masuk, dan langsung mendobrak pintu. Menguncinya dari dalam. Yang lainnya berjaga, sedang pelayan perempuan yang paling tua masuk. Terkejut saat melihat tubuh Damara yang tanpa pakaian, terendam di dalam air. Penuh dengan luka lama dan baru. "Apa ini? Bukankah kau bilang mau bersaing denganku?!"Damara yang sedang tertegun akhirnya sadar. Menatap bingung ke arah wanita tua itu, sebelum menatap ke arah pintu yang masih terkunci. "Apa kau hantu!""Nona, ini sangat dingin."Damara malah tersenyum. "Tidak apa-apa, airnya hangat. Aku akan baik-baik saja!" kata Damara. "Hah, tidak peduli seberapa buruk dan kuatnya Anda. Tapi apa yang saat ini sedang Anda lakukan sangatlah tidak benar!" tegurnya sebagai wanita yang jauh lebih paham soal baik
Happy Reading. "Damara?!" panggil Arron sembari tersenyum pada gadis yang terlihat terkejut. Sebelum Arron mengulurkan tangannya pada Damara.Disambut dengan sangat baik."Hehehe, ini…""Baru sebentar. Kenapa kamu tidak bisa diam di tempatmu? Senang merepotkanku?" tanya Arron cukup dekat. Tetapi Damara terdiam tak berkutik karena kali ini, ia memang salah. ***Di kediaman Arron, bukannya membawa Damara ke kamar. Arron malah membawa Damara ke dalam sel penjara bawah tanah. "Serius? Kau mau meninggalkanku disini?"Arron tersenyum smirk, tak menjawab malah berbalik meninggalkan Damara di dalam penjara. "Renungkan kesalahanmu?""OH, SEKARANG BARU MENUNJUKAN WUJUD ASLIMU?!" teriak Damara dengan wajah kesalnya pada Arron. "HEI, KENAPA TIDAK MENJAWAB?!"Tak lama kemudian, pelayan tua yang selalu menasehati Damara muncul dengan minuman di tangannya. Bersama dengan beberapa prajurit penjaga. "Eh, mau melepaskanku ya?"Damara senang saat melihat pelayan itu membukakan pintu penjara, dan ma