"Eva jangan lupa kalau kau adalah seorang Nyonya Malik," kata Aiden, mengklaim Eva sebagai miliknya.Aiden membenamkan kepalanya di cekungan leher Eva lalu menarik napas dalam-dalam. Aroma yang akrab segera memenuhi hidung. Aroma itu mengalahkan inderanya, membuatnya bergairah dan membangkitkan sesuatu yang ada di bawah sana.Aiden menarik diri dan melihat ekspresi cemas Eva."Ngomong-ngomong, ini sudah larut malam dan aku tiba-tiba menjadi kurang tertarik untuk mengetahui itu obat apa," kata Aiden.Pria itu menyelipkan tangannya di bawah rok Eva lalu naik ke paha. Kemudian dengan tiba-tiba dia merobek kain halus yang ada di bagian intim tersebut hingga terlepas dari tubuh pemiliknya."Aiden, kau bajingan!"Eva mengumpulkan kekuatan, mencondongkan diri menjauh dari pintu. Dia mendorong sekuat tenaga hingga berhasil menciptakan jarak beberapa inci di antara tubuh mereka. Namun, sebelum dia bisa bergerak lagi, Aiden mendorongnya kembali ke pintu. Eva menekan tubuhnya lebih kuat lagi, ket
Eva memeriksa arloji dan mendesah. Ini sudah jam 3:35 pagi, dan Aiden telah memerintahkannya untuk berada di tempat tidurnya pada jam 4:00 pagi. Pria itu biasa menggertaknya dengan mudah karena dulu Eva lemah dan pemalu serta terlalu takut untuk membela dirinya sendiri. Sekarang Aiden bahkan membuatnya lebih sulit bagi Eva, dia pasti telah melakukan beberapa penyelidikan hingga berhasil menemukan ancaman lain dalam hal ini Maria - pengasuh Eva."Pria sialan!" Eva mengutuk.Eva mengambil napas dalam-dalam demi mencoba menekan amarah. Dia harus berpikir rasional. Pada akhirnya Eva berjalan menuju mobil. Rupanya Aiden membiarkan pintu tidak terkunci dan kuncinya tergantung di kunci kontak. Eva masuk dan mulai berkendara menuju kediaman Malik.Dia tidak punya pilihan. Dia lebih dekat dengan pengasuhnya daripada ibunya, dan Eva menyayangi Maria dengan seluruh jiwa raganya. Eva harus mengakui bahwa Aiden telah menemukan kelemahan terbesarnya.Halaman mansion gelap dan kabut tipis melayang di
Alfred Bailey membeku, dia merasa takut atas reaksi keras Aiden yang dengan tidak sabar mengambil tablet miliknya untuk memeriksa berita. Aiden membuka portal berita dimana sebuah judul besar menarik perhatiannya:Skandal Kehamilan Terungkap! Aiden Malik Mengumumkan Rencana Pewaris untuk Menyembunyikan Perselingkuhan. Mantan Aiden Malik, Rebecca Jonas Bahkan Telah Tinggal di Rumahnya! Jadi, Wanita Manakah yang Akan Dipilih Aiden?"Siapa yang memberi mereka izin untuk mencetak berita ini?" Aiden bertanya.Tidak ada jurnalis yang berani menerbitkan sesuatu yang tidak dia setujui dan tidak ada seorang pun di keluarganya yang akan menyetujui judul seperti itu muncul di media. Kecuali …"Istri Anda yang melakukannya, Tuan Aiden," kata Alfred, membenarkan kecurigaan Aiden, "Nyonya Eva mengatakan kepada media untuk mempublikasikan bahwa Nona Rebecca Jonas tinggal di rumah ini bersama Anda. Dia ingin menggoyang keutuhan keluarga Malik.""Dan dia berhasil melakukannya," ucap Aiden sembari melem
"Nyonya Eva telah datang untuk menemui Nyonya Victoria," salah seorang pelayan mengumumkan. Victoria Malik mengangkat pandangannya dari cangkir teh hitam yang mengepul. Awalnya Victoria hanya berniat untuk melirik Eva, tapi dia terkejut dengan sikap tidak hormat wanita itu. Eva berdiri diam di pintu, bahkan menolak untuk melihat nenek mertuanya. Lebih buruk lagi, dia masih mengenakan piyama. "Ada apa denganmu, Eva?" Victoria Malik bertanya, "Rasa tidak hormat apa ini? Aku telah dengan ramah mengundangmu untuk minum teh bersama. Tapi, coba lihat, kau menanggapinya dengan sikap yang sangat buruk!""Nyonya Victoria," Rebecca menenangkan, "Eva pasti baru saja bangun. Dia mungkin tidak punya waktu untuk berganti pakaian," tambahnya lagi.Victoria Malik membuat suara tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Dia pun menyeruput teh. Eva memasuki ruangan dan duduk di salah satu kursi berlapis kain. Victoria membuka mulut untuk berbicara, tetapi Eva memotongnya."Nyonya Victoria, tolong segera k
Victoria Malik berhenti sejenak lalu menatap Eva dengan cepat dan dingin, "Selain itu, jika kau memiliki anak Aiden, aku akan mengatur semuanya agar kau bisa menjadi istri sah Aiden.""Nyonya Victoria, ini belum tentu pilihan Aiden," kata Rebecca malu-malu. Dia tersipu sampai ke telinganya, "Selain itu, tadi malam, kami mendapat bantuan—"Victoria Malik menoleh untuk melihat Rebecca, "Rebecca sayang, kau sudah ada di dalam pikiran Aiden."Dengan suara yang lebih dingin, dia menanyai Eva "Apa kau yang mengirim lilin itu?""Ya, memang," Eva mengakui, "Apa yang salah dengan itu?""Apakah kau ingat peraturan di rumah ini?" Victoria bertanya, "Memiliki segala jenis obat yang mengacaukan pikiran dilarang di rumah ini. Siapa pun yang melanggar peraturan itu akan dihukum berat."Ketika Aiden berusia empat belas tahun, seorang pelayan membiusnya dan berusaha merayunya. Demi membuat Aiden menidurinya. Usaha itu gagal. Namun, keluarga Malik sangat marah, dan mereka menggunakan kekuatan politik m
"Nyonya Victoria, lebih baik lupakan saja," kata Rebecca, "Aku pikir Eva tidak bermaksud untuk menyakiti siapa pun. Aku yakin dia baik.""Benarkah? Jangan bodoh, Nak. Dia hanya ingin merayu Aiden untuk dirinya sendiri. Lagi pula, siapa pun yang menggunakan obat menjijikkan seperti itu harus dihukum, tidak peduli apapun niatnya."Eva tersenyum seolah-olah seluruh percakapan yang terjadi di depannya itu adalah lelucon."Lihat aku dan diriku yang cantik ini! Apa menurutmu aku butuh obat untuk merayu suamiku?" Eva menunjuk dirinya sendiri, bahkan dalam pakaian tidur dia tetap terlihat cantik, "Nyonya Victoria, Nyonya pasti bingung. Biar kujelaskan, aku tidak perlu merayu Aiden karena kita sudah berhubungan seks.""Seks?" Victoria Malik terlihat kaget, "Bagaimana mungkin kau mengucapkan kata-kata kasar seperti itu di hadapanku. Lalu, apa benar yang kau katakan itu?""Eva, bagaimana kau bisa berbohong kepada Nyonya Victoria seperti ini? Kau telah menjadi istri Aiden selama dua tahun, dan sem
Berdiri dengan tangan terlipat di belakang punggung, Aiden terlihat lebih tinggi dari biasanya. Wajahnya sangat kesal."Terkadang istriku linglung di saat bangun tidur," gumamnya dengan gigi terkatup. Matanya dingin tanpa ekspresidan rasa dingin yang hebat seolah memancar darinya. Pria itu berjalan perlahan; setiap langkah berat dan mengancam. Tidak sebanding dengan kertas yang diperlukan untuk menceraikannya! Siapa pun yang menginginkannya, dapat memilikinya! Kata-kata Eva bergema di benaknya. Dengan setiap langkah, dia melawan dorongan untuk menghukum wanita itu. "Aiden, kau datang ke sini tepat pada waktunya," kata Victoria, "Apakah kau ingin mendengar apa yang istrimu katakan?""Apa yang dia katakan?" tanya Aiden dengan rahang terkatup."Rebecca, beri tahu dia," kata Victoria."Dia bilang dia ingin menjodohkanku denganmu. Dia mengirim lilin yang dibubuhi obat perangsang ke kamarmu untuk memastikan kita melakukannya. Dia ingin aku menjadi istrimu agar dia bisa menceraikanmu dan per
Rebecca tidak percaya apa yang dia dengar. Dia berpaling dari Aiden dan menatap lantai."Apakah kau sedang menuduhku sengaja menambahkan obat ke lilin?" dia bertanya dengan ekspresi polos. Dia mulai menggelengkan kepalanya seolah itu adalah hal konyol, "Aku tidak melakukannya. Seorang pelayan menyuruhku pergi ke kamar Aiden dan memberiku lilin sebagai hadiah dari Eva. Aku bersumpah warnanya kuning saat dia memberikannya padaku. Apakah kau percaya padaku, Aiden?"Mata Rebecca dipenuhi air mata dan Victoria Malik meraih tangannya. Aiden tidak mengatakan apa-apa."Aku percaya padamu, Rebecca," kata Victoria, "Kau adalah seorang wanita yang bahkan tidak akan mampu menyakiti seekor pun lalat. Jadi, tidak mungkin kau bisa melakukan sesuatu yang mengerikan seperti itu."Victoria Malik memegang wajah Rebecca dengan tangannya dan dengan hati-hati menyeka air mata wanita. Menjadi marah, dia menoleh ke Aiden."Lihat, apa yang telah dilakukan istrimu, Aiden. Dia telah membuat Rebecca yang polos d