Share

114. Malu Atuh, Aurat!

Dua hari sudah Amira merasakan hidup sangat tenang. Tak ada Sonya, tak ada Revan yang mengganggunya. Kakak Revan pun juga sudah beberapa hari tidak mengganggunya. Amira benar-benar nyaman di sekolah. Perihal upil ditaruh di rambutnya, atau rambutnya dijadikan tempat menaruh pensil, dia juga sudah terbiasa.

Gadis itu memakan lahap apel yang ia bawa dari rumah. Bukan hanya satu, tapi lima buah apel ia makan dengan lahap. Banyak siswa dan siswi yang memperhatikan Amira dan menganggap Amira benar-benar gadis aneh.

"Mira, Om lu kok gak anter lagi? Nomor HP gue udah lu kasih belum?" Amira menoleh, lalu menyeringai lebar. Ia benar-benar lupa akan list nama siswi yang memberikan nomor ponselnya untuk Reza.

"Om Reza lagi ke Libanon, Kak," jawab Amira asal. Jauh di lubuk hatinya, ia berharap Reza berada di kutub utara saja, agar tidak bisa mengganggunya kembali.

"Wah, keren." Mata kakak kelas Amira itu berbinar. Ia menarik kursi plastik di samping A
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status