“Pria ini adalah—”
“Aku minta maaf atas nama adikku.” Belum sempat petugas memperkenalkan pria itu, Samantha langsung menyela sambil sedikit membungkukkan badannya dan meminta maaf dengan tulus.“Oh, sepertinya kamu salah paham. Aku bukan pemilik mobil, jadi kamu tidak perlu meminta maaf kepadaku.” Pria itu berusaha meluruskan. “Kurasa kamu harus duduk untuk mendengar penjelasan tentang permasalahan ini serta melihat buktinya.”Mereka pun duduk di kursi yang disediakan. Samantha serius mendengarkan penjelasan serta melihat bukti berupa rekaman video di mana Elnathan, adiknya, melakukan aksi anarkis.Yang membuat Samantha tidak habis pikir adalah alasan kenapa adiknya melakukan tindakan tidak terpuji tersebut hanya karena seorang wanita mempekerjakannya. Dan kemudian membawanya pada nasib buruk sebab salah menerima informasi dan berujung merusak mobil orang lain.Tepat sebelum video rekaman berakhir, pria bermata biru memberi isyarat pada petugas yang duduk di balik meja kerja agar meninggalkannya berdua dengan Samantha Rayne.“Perkenalkan, aku Jasper Williams. Aku di sini mewakilkan atasanku selaku pemilik mobil yang dirusak oleh adikmu,” ujar pria itu memperkenalkan diri.Samantha menyambut uluran tangan Jasper untuk bersalaman. “Samantha Rayne,” sahutnya lirih.“Uhm. Jadi, Nona Rayne, bagaimana kamu akan menangani permasalahan ini? Sejujurnya atasanku bersikeras ingin membawa masalah ini ke jalur hukum,” kata Jasper. Tentu saja tidak! Kalimat itu hanya sebuah gertakan.“Apa? Bisakah dia tidak melakukan itu? Aku tidak bisa membiarkan adikku dipenjara.” Samantha terlihat panik. Ia tidak bisa membiarkan adik satu-satunya itu mendekam di dalam penjara. Samantha sudah berjanji akan menjaga adiknya bagaimanapun juga.Jasper bergumam panjang. “Aku di sini hanya mewakilkannya. Semuanya bergantung pada keputusan atasanku. Atau mungkin kamu bisa menemuinya dan mencoba berbicara dengannya untuk bernegosiasi?”Jasper meraih kartu nama di dalam saku jas miliknya, kemudian memberikannya pada Samantha. “Ini kartu namaku.”Samantha memandang sejenak kartu nama Jasper sebelum akhirnya memasukkan kartu nama tersebut ke dalam tasnya. “Jadi, ke mana aku harus menemui atasanmu itu?” tanyanya.“Oh, benar. Namanya Dante Adams. Kamu bisa menemuinya di LUX Holding, dia bekerja di sana.”Dante Adams dan LUX Holding. Samantha sudah memasukkan kedua hal itu ke dalam kepalanya.“Baik, terima kasih. Lalu, apakah aku bisa menemuinya sekarang?” tanyanya. Samantha ingin masalah ini segera beres agar adiknya bisa bebas.Jasper menggelengkan kepala. Sedetik kemudian kedua sudut bibirnya tersungging ke atas hingga membuat kedua matanya sedikit menyipit. “Sayangnya tidak, Nona Rayne. Sekarang dia sedang dalam perjalanan bisnis, mungkin kamu bisa menemuinya lusa setelah jam makan siang.”“Benarkah? Lalu adikku bagaimana? Apa dia akan ditahan hingga aku bisa bernegosiasi dengan atasanmu itu?”***Dua hari kemudian, Samantha datang ke LUX Holding untuk menemui Dante Adams, si pemilik mobil. Besar harapannya bahwa pria itu mau bernegosiasi sehingga Elnathan tidak perlu mendekam di penjara.“Halo, apa ada yang bisa dibantu?” sapa Sage, resepsionis yang sedang bertugas hari ini.“Uhm, halo. Bisakah aku bertemu dengan Tuan Dante Adams?” kata Samantha dengan sedikit gugup.“Apa Anda sudah membuat janji?” tanya Sage dan Samantha menjawab dengan menggelengkan kepala. “Sayang sekali, tidak ada yang bisa bertemu dengan Tuan Dante jika belum membuat janji.”“Kalau begitu, bagaimana dengan Tuan Jasper Williams? Apa aku bisa bertemu dengannya tanpa membuat janji terlebih dahulu?” Samantha mencoba peruntungannya.“Tidak. Kamu juga tidak bisa menemuinya tanpa membuat janji.”“Tapi, sebenarnya Tuan Jasper yang menyarankanku untuk datang kemari hari ini. Tolong, bisakah kamu memanggilnya untukku? Katakan Samantha Rayne ada di sini.”Sage menghela napas kasar dan sedetik kemudian kepalanya menggeleng sebagai jawaban.Samantha pun langsung teringat dengan kartu nama yang Jasper berikan padanya saat mereka di kantor polisi. Dengan sedikit tergesa Samantha membuka tas miliknya lalu mencari kartu nama milik Jasper. Wanita itu merasa sangat lega sebab kartu nama tersebut masih ada di sana.Tepat di depan Sage, Samantha mengetikkan nomor telepon Jasper lalu menghubunginya. Panggilan pertama diabaikan. Panggilan kedua juga diabaikan. Namun Samantha beruntung sebab ia berhasil pada panggilan ketiga.“Halo, Tuan Williams. Ini aku, Samantha Rayne,” ucap Samantha saat panggilannya bersama Jasper berhasil tersambung.“Oh maafkan aku, Nona Rayne. Tadi aku sedang rapat. Ada apa kamu menghubungiku?” sahut Jasper langsung pada intinya. Pria itu tersenyum melirik Dante yang duduk di sebelahnya.“Bukan masalah, Tuan Williams. Sebenarnya sekarang aku berada di lobi LUX Holding. Aku meminta resepsionis untuk bertemu denganmu, tapi dia bilang tidak bisa.” Samantha menatap Sage yang berdiri di balik counter.“Benarkah? Kalau begitu tolong tunggu di sana, aku akan turun menjemputmu.”Tak lama kemudian, Jasper akhirnya datang. Samantha dibawa ke sebuah ruangan eksekutif di lantai atas.Hal pertama yang Samantha lihat saat kedua kakinya memasuki ruangan Dante adalah punggung pria itu. Tanpa Samantha sadari jika ia sampai meneguk salivanya dengan susah payah. Bahkan melihat punggung Dante saja sudah membuatnya merasa terintimidasi.“Nona Rayne ada di sini.” Jasper mengumumkan kedatangan Samantha dan Dante langsung berbalik menghadap mereka.Sepersekian detik lamanya kedua mata Samantha dan Dante saling menatap satu sama lain. Jika saja mereka bertemu pada situasi yang memungkinkan, mungkin Samantha akan terpesona terhadap pria bernama Dante itu.“Kudengar kamu ingin bertemu denganku. Ada apa?” Dante melangkah menuju sofa kemudian memosisikan dirinya di sana. Duduk bersandar dengan kaki bersilang, menatap Samantha yang masih bertahan di atas pijakannya. “Tidak ingin duduk, Nona Rayne?”Jasper mengulurkan tangan kanannya sebagai isyarat bahwa Samantha bisa duduk di seberang Dante. Dan wanita itupun setuju lalu memosisikan dirinya di sana.“Aku akan langsung saja. Aku datang ke mari untuk bernegosiasi denganmu, Tuan Adams.”Dante masih mempertahankan wajah datarnya. Jelas sekali ia adalah pria yang angkuh, dilihat dari bagaimana cara ia menatap Samantha seolah wanita itu bukan siapa-siapa.“Bernegosiasi, hmm, itu menarik.” Dante tersenyum miring. “Tapi, Nona Rayne. Aku tidak tertarik. Mobil itu adalah mobil kesayanganku dan adikmu dengan beraninya merusak sesuatu yang aku sayangi.”Sekujur tubuh Samantha seketika merinding mendengar kalimat yang baru saja Dante ucapkan dengan begitu percaya diri. Gawat. Ini benar-benar gawat.“Sungguh aku meminta maaf atas namanya. Tapi, Tuan Adams, bisakah kamu tidak memasukkan adikku ke penjara? Aku akan mengganti semua kerugiannya. Please.”Kedua mata Samantha sampai bergetar. Memikirkan Elnathan akan mendekam di balik jeruji benar-benar suatu pukulan yang teramat keras baginya. Itu artinya ia sudah gagal memenuhi janji yang ia buat dengan mendiang ibunya.Lagi-lagi Dante tersenyum miring. “Apa kamu tahu berapa harga mobil itu, Nona Rayne? Aku cukup terkesan mendengar kamu akan mengganti semua kerugian, tetapi aku meragukan hal itu,” tukasnya lalu memberi isyarat kepada Jasper untuk memberi tahu Samantha berapa harga mobil kesayangannya itu.“Nona Rayne, harga mobil yang dirusak oleh adikmu adalah delapan belas juta dollar.”Kedua mata Samantha sontak membulat dan nyawanya seakan ingin keluar dari raganya saat mendengar angka yang fantastis itu. Elnathan adalah orang gila yang merusak mobil semahal itu hanya demi uang yang tidak seberapa.Samantha berusaha menyembunyikan kegugupannya meski hal itu sia-sia. Dante dan Jasper dapat melihat dengan jelas jika wanita itu tidak baik-baik saja.“Kamu benar, Tuan Adams. Aku tidak bisa mengganti rugi karena sejujurnya aku adalah Wanita miskin. Tapi sebagai gantinya aku akan melakukan apapun untukmu.”Ini adalah bentuk dari keputusasaan Samantha. Bahkan jika Dante menginginkan hidupnya, Samantha akan merelakannya.“Apa kamu yakin, Nona Rayne?” Dante bertanya dengan mata berbinar.Samantha mengangguk pelan. Meski ada keraguan di dalam hatinya, tetapi ia benar-benar tidak punya pilihan.“Bagaimana jika aku ingin kamu melayaniku di atas ranjang? Apa kamu akan tetap melakukannya?”“Kenapa tidak? Aku akan melakukannya jika hal itu dapat membuatmu puas dan melupakan masalah yang ditimbulkan adikku,” sahut Samantha bergetar.Dante hampir tertawa melihat sikap sok berani Samantha. “Tapi aku tidak tertarik dengan hal itu, Nona Rayne,” ujarnya.Samantha merasa sangat lega. Namun belum lama perasaan lega itu menyelimuti hatinya, kalimat selanjutnya yang keluar dari mulut Dante membuat Samantha sampai membulatkan mata.“Aku ingin kamu menikah denganku, Nona Rayne.”Samantha tertegun sementara isi kepalanya berputar seperti roller coaster. Sudah tiga puluh menit ia seperti itu sejak mereka tiba di kediaman. Samantha bahkan tak mengacuhkan Dante yang sedari tadi berbicara kepadanya. Daniele Heien, putri kedua dari keluarga Heien. Begitulah Victoria Heien—ibu kandung Samantha—menyebutkan nama putrinya tersebut ketika mereka berbincang di kediaman Adams. Meski Victoria Heien datang dengan serangkaian bukti lengkap, jujur saja Samantha masih sulit memercayai semua ini. Ia telah hidup sebagai Samantha Rayne selama lebih dari dua puluh tahun. Lalu dalam sekejap ia harus berganti identitas menjadi putri dari keluarga konglomerat. Samantha tidak tahu apakah ia harus merasa senang atau sebaliknya. “Honey, apa kamu bahkan mendengarkanku?” Ini adalah kesekian kalinya Dante melontarkan pertanyaan serupa. Namun lagi-lagi ia masih mendapatkan reaksi yang sama dari istrinya itu. Samantha masih sibuk dengan pikirannya yang kacau balau. Samantha menggigit pel
“Samantha, kemarilah.” Margareth tersenyum begitu manis saat memanggil menantunya itu.Samantha hendak berdiri, tetapi Dante menahan tangannya dengan cukup kuat.“Honey, ada apa?” bisik Samantha pelan. Wanita itu sedikit memajukan wajahnya ke arah Dante dan meminta sang suami agar segera melepaskan genggaman tangannya.Dante mengerjap sebentar kemudian menggelengkan kepala dengan tegas. Detik berikutnya pria itu segera menarik Samantha duduk kembali ke kursinya. Ia sadar sikapnya sekarang sangat tidak sopan, tetapi Dante memiliki alasannya sendiri.“Dante! Jangan bersikap tidak sopan! Biarkan istrimu kemari dan memeluk ibunya!” Margareth sedikit menekankan suaranya. Sungguh ia merasa sangat kesal melihat sikap tidak masuk akal putranya itu.Baik Dante ataupun Samantha, keduanya sontak membuka mata lebar-lebar saat mendengar ucapan Margareth barusan. Terlebih lagi Samantha yang merasa sangat terkejut. Apa maksud ibu mertuanya itu?Di tengah rasa terkejutnya, Dante segera menoleh ke ara
Malam harinya, Dante dan Samantha datang ke kediaman keluarga Adams untuk memenuhi undangan makan malam Margareth. Meski sebenarnya Dante merasa tidak berminat—Dante masih curiga pada sikap ibunya yang berubah secara mendadak. Namun pria itu tidak bisa menolak keinginan Samantha yang tampak antusias ingin datang. "Ayolah, Honey. Jangan pasang wajah seperti itu. Tersenyumlah.” Samantha merengek ketika melihat ekspresi Dante yang terlihat kaku. Dante menghela napas pelan, kemudian berusaha menyunggingkan kedua sudut bibirnya ke atas. Meski jelas sekali Dante tampak terpaksa, tetapi Samantha tidak ingin berargumen. Setidaknya Dante masih bersedia datang dan saat ini pria itu sedang tersenyum. Orang pertama yang menyambut kedatangan mereka tentu saja Jennifer Adams. Wanita berambut pirang itu terlihat antusias dengan menghamburkan diri memeluk Samantha. “Rasanya sepi tidak ada kalian di rumah ini. Bagaimana kehidupan pernikahan di kediaman sendiri? Pasti sangat menyenangkan, bukan? Kal
Setelah sepakat untuk memulai kembali hubungan mereka, satu minggu kemudian Dante lantas mengajak Samantha untuk keluar dari kediaman keluarga Adams. Keduanya pindah ke griya tawang yang Dante beli beberapa bulan lalu. Tidak ada yang ingin Dante lakukan selain ingin terus bersama dan menghabiskan waktunya dengan istrinya yang cantik itu. Sebenarnya Dante ingin langsung mengajak Samantha pindah ke griya tawang setelah ia membelinya. Namun ada beberapa ketidakyakinan tersirat di dalam hatinya kala itu. Tetapi kali ini Dante sangat yakin untuk melakukannya dan ia bersumpah tidak akan melepaskan Samantha dari hidupnya. Saat ini Dante masih terlelap di atas tempat tidur mereka yang berukuran king size itu. Dan ketika sinar mentari yang memaksa masuk di celah jendela tak sengaja mengenai kelopak matanya, Dante menggeliat sebentar lalu membuka mata. Ditengoknya ke samping kiri dan ia tidak menemukan Samantha di sana. “Honey …,” seru Dante dengan suara parau. “Hey, di mana kamu?” Karena ti
Dante memutuskan untuk mengantar Samantha pulang ke kediamannya alih-alih mengajak gadis itu ke kediaman keluarga Adams. Satu alasan yang Dante pikirkan adalah karena ingin Samantha menenangkan diri dan beristirahat dengan nyaman tanpa ada yang menganggu. Hingga saat ini gadis itu masih tampak syok dan begitu sedih karena insiden penculikan yang didalangi oleh sahabatnya sendiri.Samantha tak banyak berbicara. Dante juga tak banyak melontarkan pertanyaan pada gadis itu. Sekarang keduanya sedang berpelukan di atas ranjang dengan berbalutkan keheningan.“Aku tidak mengerti mengapa Jere melakukan hal semacam itu. Untuk apa dia menculikku?” Samantha keheranan. Keheningan yang semula membalut ruangan tersebut langsung pecah ketika pertanyaan tersebut terlontar dari mulut gadis itu.Dante meneguk saliva dengan sedikit payah. Sejujurnya Dante sudah mengetahui jika keluarga Sinclair telah jatuh bangkrut. Dan alasan Jeremiah menculik Samantha adalah karena pria itu memerlukan banyak uang.Dant
Dante tiba di Panti Asuhan Mida empat jam setelah menerima informasi lokasi dari Jeremiah. Seperti yang pria itu inginkan, Dante datang seorang diri dengan membawa dua buah tas berukuran besar. Dante berjalan sambil mengamati area sekitar, kewaspadaan memenuhi diri pria itu.“Cih! Dasar berengsek. Dia pasti memilih tempat ini setelah menyurvei berkali-kali,” geram Dante.Lokasi yang dipilih Jeremiah sangat jauh dari keramaian. Dante bahkan harus menyetir selama berjam-jam agar tiba di tempat ini. Panti asuhan ini seperti bangunan terbengkalai yang sudah lama ditinggalkan, tidak akan ada yang datang menolong meski seseorang berteriak dengan lantang di tempat ini.Dante terus berjalan hingga akhirnya ia tiba di depan sebuah bangunan tempat Samantha disandera. Dengan kemarahan yang berkobar di dalam dirinya, Dante menendang pintu di depannya itu dan bergegas masuk ke dalam.“Samantha!” teriak pria itu ketika melihat wanita pujaannya tepat di depan mata.Tepat di depannya, Samantha duduk