Share

3. Pernikahan Kontrak

“APA? Menikah denganmu?”

Samantha merasa jika Dante adalah pria bajingan yang sedang mempermainkannya. Bagaimana bisa pria itu menginginkan hal tidak masuk akal seperti pernikahan pada pertemuan pertama mereka? Tidakkah Dante tahu apa yang dia bicarakan sekarang?

“Lebih tepatnya menikah kontrak denganku. Aku ingin kamu menjadi istri kontrakku selama satu tahun. Jika kamu melakukannya, aku tidak hanya melupakan masalah adikmu yang merusak mobil seharga delapan belas juta dollar itu. Tapi aku juga akan memberimu satu juta dollar jika kinerjamu memuaskan.”

“Tapi, kenapa?” Samantha tidak mengerti, kenapa Dante mengajaknya menikah kontrak?

“Aku mempunyai alasanku sendiri dan kamu tidak perlu tahu hal itu. Tapi, semua kembali pada keputusanmu sendiri. Jika kamu merasa keberatan, kamu hanya harus mengganti rugi atau aku akan menyeret adikmu ke penjara.”

Astaga Ya Tuhan. Kenapa pria ini memberi Samantha pilihan yang begitu sulit? Tetapi bukankah menikah kontrak selama satu tahun sedikit lebih baik daripada adiknya harus mendekam di penjara?

“Apa yang harus kulakukan jika seandainya menerima tawaranmu itu? Apa aku juga harus memenuhi kepuasan seksualmu dan sebagainya?”

Samantha ingin memastikan tugas apa saja yang harus ia lakukan saat menjadi istri kontrak seorang Dante Adams. Rasanya tidak adil jika ia harus kehilangan kesuciannya pada seorang pria yang tidak ia cintai meski sebelumnya ia berbicara omong kosong tentang melakukan apapun untuk Dante.

“Tentu tidak. Aku membutuhkanmu untuk beberapa hal, tapi tidak dengan itu.” Dante menjawab dengan yakin.

“Bagaimana kamu bisa seyakin itu? Apa yang akan kamu lakukan untuk meyakinkanku bahwa kamu tidak akan mengambil kesempatan? Jujur saja, aku tidak ingin rugi.”

Dante tersenyum sinis. Menatap Samantha yang tiba-tiba berubah menjadi lebih percaya diri dari sebelumnya. “Tapi Nona Rayne. Bicara soal rugi, orang yang sebenarnya rugi di sini adalah aku,” ucapnya.

“Aku tahu, Tuan Adams. Tapi aku—”

“Pokoknya kamu tidak perlu khawatir aku akan melakukan hal tidak senonoh padamu. Jika kamu setuju menerima tawaranku, aku akan memasukkan hal tersebut ke dalam kontrak. Jadi kamu tidak perlu takut.”

Entah mengapa Dante mendadak sedikit kesal. Baru kali ini ada seorang wanita yang secara tidak langsung menolak dirinya. Biasanya para wanita akan memohon agar Dante menyentuhnya, tapi tidak dengan Samantha Rayne.

Samantha bergumam pelan. Ia terus memainkan bibirnya dengan menggigit lembut permukaan nan ranum itu. Membuat Dante secara tak sadar meneguk salivanya dengan sedikit payah hingga menaik turunkan jakunnya.

“Baiklah kalau begitu. Aku rasa tidak ada pilihan lain bagiku selain menerima tawaranmu, Tuan Adams.”

Itulah yang Jasper maksud saat merancang rencana ini dengan matang. Membuat Samantha berada di titik tidak mempunyai pilihan sama sekali selain menerima tawaran Dante. Jujur saja Jasper merasa sangat bangga pada dirinya sendiri, meski ia harus menempatkan orang lain pada posisi yang sulit.

“Keputusan yang bagus. Kita akan membahas detailnya besok setelah jam makan siang. Jika kamu datang terlambat, maka aku akan menganggap kamu menolak tawaranku.”

Samantha memaksakan kedua sudut bibirnya untuk tersungging ke atas. Entah sudah berapa kali totalnya ia memaksakan diri untuk tersenyum hari ini. “Kalau begitu, aku permisi. Sampai jumpa besok, Tuan Adams. Dan selamat siang.”

“Sampai jumpa, Nona Rayne. Aku tidak akan mengantar.”

Samantha masih mempertahankan senyum di bibirnya dan menganggukkan kepala pada Jasper yang juga ikut beranjak. “Tidak perlu mengantarku, Tuan Williams,” ucapnya kemudian melangkah keluar dari ruangan Dante.

Sepeninggal Samantha, Jasper langsung memosisikan diri di sofa tempat Samantha duduk sebelumnya. “Kurasa dia sangat gugup tadi. Sofanya terasa cukup panas,” celetuknya.

Dante hanya merespon dengan menggelengkan kepala. Pria itu masih duduk di posisinya tetapi kakinya sudah tidak disilang lagi. “Dia bilang tidak ingin rugi. Apa maksudnya? Apa dia masih perawan atau bagaimana?” Dante yakin seratus persen jika konteks yang dimaksud Samantha tadi adalah tentang itu.

“Entahlah. Tapi, mungkin saja. Laporan dari penyelidikan latar belakangnya menyatakan jika dia tidak pernah berkencan.” Jasper menyandarkan punggungnya. “Tapi kenapa kamu memikirkan hal itu? Jangan bilang kamu merasa terganggu hanya karena ucapannya itu.”

“Aku juga tidak berkencan, tapi bukan berarti aku masih perjaka. Hal yang sama juga pasti berlaku untuknya. Aku hanya tidak terima dia memandangku seperti itu, bagaimana bisa seseorang merasa rugi karena disentuh olehku?” Dante menggeram.

“Ayolah, Dante. Untuk apa memikirkan hal itu? Seharusnya sekarang kamu merasa senang karena wanita itu sudah masuk ke dalam perangkap.” Jasper mengingatkan poin penting yang terjadi hari ini.

“Kamu benar. Aku pasti kehilangan pikiranku tadi, makanya merasa kesal. Astaga!” Dante menyemburkan napas kasar.

“Jadi sekarang bagaimana? Apa kamu ingin aku mengurus pernikahan kalian dan sebagainya? Atau kamu akan mengurusnya sendiri bersama dengan Nona Rayne?”

Dante menatap Jasper yang duduk di seberang dengan wajah masam. “Apa maksudmu? Kenapa aku harus melakukannya bersama wanita itu?” tanyanya tak senang.

“Yah, kupikir kamu mungkin saja ingin sedikit mengenalnya. Kamu tidak tahu apapun tentangnya. Dan dia pun sama, tidak tahu apapun tentangmu. Menurutku tidak ada salahnya untuk menyiapkan pernikahan bersama, hitung-hitung sekalian kencan.”

“Kamu pikir aku punya waktu untuk itu?” ucap Dante kemudian menghela napas berat. Jika ia punya cukup waktu untuk berkencan, ia sudah melakukannya sejak dulu kemudian menikah dengan wanita pujaannya itu. Bukannya menikah kontrak dengan seorang wanita asing yang tidak dikenalnya sama sekali.

“Kamu bukannya tidak punya waktu, Dante. Kamu hanya tidak mau.”

Sebenarnya Dante bisa saja berkencan seperti yang dilakukan oleh pria dewasa normal biasanya. Tetapi pria itu selalu berlindung di balik ‘kesibukan’ dan menolak untuk memiliki hubungan dengan lawan jenisnya. Sebenarnya Jasper sendiri tidak mengerti dengan isi pikiran Dante. Pikirannya begitu rumit dan berbelit.

“Aku hanya memberi saran. Bagaimana kalian akan berakting seolah saling mencintai di depan orang tuamu nanti jika pengetahuan tentang satu sama lain saja tidak ada? Kamu tidak bisa mengenal Samantha Rayne hanya dengan membaca laporan tentangnya, Dante.”

Dante memutuskan untuk beranjak dari duduknya dan melangkah menuju jendela untuk menatap pemandangan di luar sana. Diceramahi Jasper seperti ini benar-benar membuat Dante merasa jengkel. Tapi yang dikatakan sahabat sekaligus tangan kanannya itu ada benarnya juga.

“Aku akan mengajaknya untuk menyiapkan beberapa hal. Seperti gaun pengantin, cincin pernikahan, dan kue. Hanya tiga hal itu saja, sisanya kuserahkan padamu.”

Jasper tersenyum lebar saat mendengar Keputusan Dante. “Oke. Lalu tentang kontrak, apa ada hal yang ingin kamu tambahkan lagi di dalamnya sebelum pertemuan besok?”

“Aku ingin kamu menambahkan bahwa pihak B harus mematuhi semua peraturan dan ucapan pihak A tanpa terkecuali. Serta pihak B harus bersedia melakukan kontak fisik seperti berpegangan tangan, berpelukan, atau berciuman jika terjadi situasi mendesak.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status