"Aku udah tau bagaimana sifatnya dia, Allesa. Dan aku rasa kamu nggak perlu takut sama dia."
"Aku bukannya takut, Arga ...""Tapi Al, aku udah tau sikapnya dia seperti ini. Bahkan kamu yang berbicara seperti sekarang bukan karena kemauan diri kamu kan? Aku melihat kalo sisi dia yang suka mengancam walau mungkin nggak diutarakan langsung. Terbukti kan gimana dia bisa sampai bawa adik kamu dengan cara merebut paksa!" Arga yang mengutarakan semuanya dengan rasa kesal yang dia tahan sejak pertemuannyan Algazka.Dan mendengarkan apa yang Arga sampaikan membuat Allesa diam dengan hatinya yang terkejut."Aku liat waktu dia membawa Almana dan Mama kamu yang sampai menangis-nangis, Allesa." Arga menghembuskan nafas kasar.Masih tidak menyangka dia bisa melihatnya walau Arga tidak dapat menolong secara langsung. Namun apa yang dialami oleh keluarga Allesa masih membuat dia tidak habis pikir kalau Allesa berada di pihak Algazka."Kenapa? Ka"Aku udah tau bagaimana sifatnya dia, Allesa. Dan aku rasa kamu nggak perlu takut sama dia.""Aku bukannya takut, Arga ...""Tapi Al, aku udah tau sikapnya dia seperti ini. Bahkan kamu yang berbicara seperti sekarang bukan karena kemauan diri kamu kan? Aku melihat kalo sisi dia yang suka mengancam walau mungkin nggak diutarakan langsung. Terbukti kan gimana dia bisa sampai bawa adik kamu dengan cara merebut paksa!" Arga yang mengutarakan semuanya dengan rasa kesal yang dia tahan sejak pertemuannyan Algazka.Dan mendengarkan apa yang Arga sampaikan membuat Allesa diam dengan hatinya yang terkejut."Aku liat waktu dia membawa Almana dan Mama kamu yang sampai menangis-nangis, Allesa." Arga menghembuskan nafas kasar.Masih tidak menyangka dia bisa melihatnya walau Arga tidak dapat menolong secara langsung. Namun apa yang dialami oleh keluarga Allesa masih membuat dia tidak habis pikir kalau Allesa berada di pihak Algazka."Kenapa? Ka
"Kamu apa kabar, Allesa? Apa kamu baik-baik aja?""Aku baik, Arga," ucap Allesa dengan senyuman kecilnya.Siang itu Allesa bertemu dengan Arga di sebuah cafe yang dia sendiri tidak tahu dimana. Yang jelas, Algazka lah yang pasti mengatur pertemuan agar Arga dapat bertemu dengan Allesa untuk berbicara."Kamu beneran baik-baik aja? Kamu yakin?" tanya Arga memastikan sambil sesekali melihat beberapa penjaga yang berdiri di area cafe dekat pintu.Rasa khawatir Arga semakin menjadi-jadi melihat pertemuannya yang memiliki penjagaan meski posisi para penjaga tidak berada di dekat dirinya. Tapi tetap saja, pria-pria yang mengenakan jas hitam, bertubuh tegas, dan memakai kacamata hitam serta earpiece itu membuat Arga tidak nyaman.Bahkan sebuah cafe yang menjadi tempat pertemuan dia dengan Allesa tidak memiliki pengunjung dan dipastikan sudah dibooking. Entah siapa yang berada dibalik semua ini, tapi Arga yakin kalau semuanya berhubungan dengan le
"Saya nggak pernah bermimpi saya akan punya anak." Algazka yang kembali mengucapkan kalimatnya.Nada tegas yang menggambarkan bahwa ucapannya sebagai keputusan bulat. Meski kata-kata yang diutarakan oleh Algazka masih menyisakan tanda tanya dan juga kebingungan di sisi Allesa."Emang sih anak itu rezeki dari Tuhan, tapi nggak ada salahnya kok buat berharap dari mimpi." Allesa mulai membuka suaranya.Ucapan Algazka yang dia cerna sendiri sesuai dengan pikirannya. Mungkin Algazka memang tidak mau bermimpi jauh apalagi soal anak yang menjadi kuasa dari Sang Pencipta."Kan siapa tau ...""Saya nggak mau, Allesa.""Nggak mau apa? Nggak mau mimpi?" tanya Allesa polos."Saya nggak mau punya anak!" Algazka yang kembali menegaskan kalimatnya."Maksudnya kamu nggak mau punya anak di dalam pernikahan kamu nanti?" tanya Allesa memastikan.Menatap Algazka yang memang tidak ada candaan selain tatapan serius.
"Owwwhhh ... Eummmm .... xixixi ..." Almana terkekeh geli sejak tadi.Percakapan Almana yang tidak dimengerti itu membuat Allesa tercengang. Masalahnya yang membuat Almana jadi mengoceh tanpa henti pada saat dia ditemani oleh Algazka. Lelaki tampan yang tengah bermain bersama Almana.Allesa memang membiarkan Almana yang akhirnya ditemani oleh Algazka. Meski dengan syarat kalau Allesa tetap akan mengawasi dan tidak akan meninggalkan mereka berdua saja. Bagaimana pun Allesa tidak mau jauh-jauh dari Almana yang ditemani oleh Algazka."Uwwhhhh ... eeummmm ..." Allesa menghentak-hentakkan kedua kaki dan tangannya. Kedua tatapannya menyorot Algazka yang tidak jauh dari hadapan dia.Berhubung hati Allesa yang sudah menerima permintaan maaf dari Algazka, hal itu jadi membuat dia mengizinkan Algazka masuk dan menemani Almana. Terbukti sejak tadi Algazka yang bisa bermain bersama Almana."Cantik kayak kamu," puji Algazka yang membuat tatapan Allesa
"Apa?" Allesa terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh Algazka.Apa maksudnya? Apa benar yang dikatakan oleh Algazka bahwa Arga datang untuk melamar dirinya? Rasanya tidak mungkin karena yang Allesa yakini Arga tidak pernah memiliki perasaan apapun sama Allesa.Selama ini dia hanya menganggap sebatas teman dekat saja. Tidak pernah lebih dan tidak ada tanda-tanda juga yang Allesa lihat."Senang kan kamu dengar saya mengatakan hal itu?!" tanya Algazka dengan nadanya dingin.Masih teringat atas pembicaraan Arga yang mengutarakan pada Garvin. Mungkin mereka tidak tahu kalau Algazka sampai mendengarnya, tapi memang itu yang terjadi. Algazka mendengar semua ucapan yang dilontarkan oleh Arga, lelaki brengsek yang ingin Algazka hilangkan dari bumi ini."Ini kan mimpi kamu sama dia, menikah dan punya kehidupan sama-sama!" tatap Algazka dengan nadanya yang super ketus.Seandainya saja Allesa tidak mengingat ada Almana di dalam kamarnya,
"Sini, sini sama Kakak. Duhhh cantik bangettt sih, adiknya siapa sih yang makin cantik abis mandi. Adiknya siapa hayooo?" Allesa tersenyum lebar sambil mendandani Almana yang baru saja dia mandikan.Allesa membaluri dengan baby oil, bedak, dan memakaikan pakaian yang super lucu sekali. Ada beberapa pakaian Almana di tas yang kemarin dibawa oleh Daskar. Tidak lupa juga Allesa memberikan sentuhan parfum bayi agar wanginya semakin candu."Uwwww wangi banget si cantikkk." Allesa memuji sambil menyisirkan secara lembut ke rambut Almana yang masih tipis."Ummm, owwww, eummmm ..." ocehan-ocehan Almana yang sering kali membuat Allesa jadi tersenyum lebar.Allesa sangat menyukai kehadiran Almana yang berada di rumah Algazka meski dia juga waspada akan sikap lelaki itu yang sempat membawa-bawa Almana. Pokoknya Allesa tidak akan membiarkan Almana berada di dekat Algazka. Kemarin saja dia langsung mengunci kamar saat masuk ke dalam kamar.Pokoknya ha
Tangan Algazka menahan leher Allesa untuk memperdalam ciumannya. Gerakan yang dilakukan Algazka penuh kerakusan dalam melahap bibir mungil Allesa yang berusaha melepaskan dari jeratan liar lelaki tampan itu.Namun tidak ada kepedulian dari Algazka. Rasa cemburunya membabi buta apalagi setelah kedatangan Arga yang menjadi kebenciannya meluap.Tubuh Allesa yang dihimpit oleh Algazka mulai meronta meski dia tidak dapat melepaskan lumatan liar dari lelaki berparas tampan tersebut. Apalagi kekuatan Algazka yang dipastikan berkali-kali lipat dari Allesa.Algazka terlalu gila, emosi kecemburuannya mendatangkan ketakutan atas Allesa yang bisa pergi. Bohong jika dia tidak merasakan ketakutan pada Allesa yang mungkin mudah untuk berpaling.Hampir dua menit Algazka melahap bibir Allesa tanpa henti. Allesa mulai meronta-ronta, berusaha melepaskan sekuat tenaga sampai akhirnya dia bisa mendorong Algazka.PLAKKK! Sebuah tamparan keras melayang di wajah
"Nona Allesa!" Daskar yang mendengar itu tentu saja sangat terkejut ketika Allesa mengucapkan demikian.Bagaimana bisa Allesa mengatakan demikian walau hati Daskar tidak marah, tapi melihat keberadaan Algazka akan sangat menjadi tidak baik dan berantakan."Kamu diam aja ya, Daskar!" Allesa memperingatkan Daskar dengan tatapannya lalu kembali menyorot Algazka yang berada di hadapan dia. "Apaaa? Mau ngomong apa lagi? Yaudah kalo kamu emang mau menikahkan aku sama Daskar, biar aku nikahin kamu juga sama Princess!" Allesa yang super ngoceh-ngoeh melihat tingkah Algazka.Setelah dia puas dan tidak mendapatkan kata-kata Algazka lagi, gadis polos itu langsung melengos pergi tanpa rasa peduli pada Algazka yang bisa saja membuat Allesa lenyap.Allesa meninggalkan Algazka bersama Daskar yang masih berdiri dengan jantung yang mulai berdegup. Masalahnya bukan pada Algazka, tapi entah kenapa jantungnya lebih berdegup cepat saat Allesa mengatakan demikian. Rasa
"Mana Almana? Kenapa kamu pulang sendiri? Kenapa nggak bawa Almana? Katanya kamu mau bawa Almana lagi ke rumah?" tanya Nadya kesal. Kedatangan Garvin yang seorang diri membuat Nadya jadi kesal mengingat janjinya yang meyakinkan untuk membawa Almana pulang. Tapi setelah Nadya memastikan sekitar, tidak ada tanda-tanda Almana. Bahkan suara bayi kesayangannya itu tidak ada sama sekali. "Dengerin aku ..." "Aku nggak mau dengerin kamu lagi. Kamu emang selalu nggak bisa bikin hati aku nyaman. Udah nggak ada gunanya aku percaya sama kamu." Nadya langsung bergegas masuk meninggalkan Garvin tanpa mau mendengarkan penjelasan apapun lagi. Tapi Garvin buru-buru mengejar Nadya yang ingin masuk ke dalam kamar. Satu tangannya menahan pintu yang ingin Nadya buka. "Kamu apa-apaan sih?! Aku lagi nggak mau ngomong sama kamu." Nadya mendorong tubuh Garvin agar menyingkir dari hadapannya, tapi yang ada Garvin menggeser langkahnya sehingga dia menghalangi pintu agar Nadya tidak bisa masuk. "Denge