Sikap dan tingkah arogan Algazka masih membuat Allesa menggerutu. Dia tidak hentinya mengumpat Algazka di dalam hati karena menilai Algazka yang yang memiliki hati keras dan tidak tahu diri. Selalu mudah melemparkan kata-kata tajamnya dan asal.
Meski begitu Allesa tidak bisa bertindak apapun selain memilih menemani Algazka untuk menghabiskan sarapannya. Tidak bisa keluar juga karena Algazka yang belum memberikan izin pada dirinya"Enak," ucap Algazka seraya meletakkan gelas cangkirnya kembali diatas nampan. Ucapan Algazka yang hampir tidak terdengar oleh Allesa.Teh buatan Allesa ternyata enak sekali untuk tubuhnya. Selama ini Algazka tidak pernah meminum minuman tradisional walau dia tahu banyak memiliki khasiat, khususnya air jahe yang disuguhkan oleh Allesa dan sempat diklaim sebagai gelas beracun."Udah sarapan?" pertanyaan Algazka membuat Allesa mematung menatapnya.Sejak tadi dia duduk dengan tatapan kesana kemari. Mengalihkan panda- Masih di dalam kamar Algazka yang menyeramkan.Buka? Apa yang dimaksud Algazka barusan?"Buka, Allesa."Refleks Allesa memeluk dengan kedua tangan yang disilangkan guna mengunci tubuhnya dari kekejaman dan juga perilaku senonoh Algazka."Dasar kamu otak mesum, Algazka!" Allesa memelototi Algazka yang masih tampak tenang.Lelaki tampan itu menatap Allesa yang sedikit memundurkan posisi darinya. Pembawaan aura Algazka yang super dingin, arogan, namun masih penuh kharisma. Tetap saja bikin Allesa merinding mendengar ucapan Algazka yang dinilainya super mesum."Kamu jangan aneh-aneh ya, Algazka. Awas pokoknya kalo ... eh, eh, kamu mau ngap ..." Allesa panik. Kalimat dia terhenti melihat Algazka yang sudah mencondongkan tubuhnya.Wajah Algazka berada di hadapan Allesa yang setengah telentang. Nafas Allesa yang mulai tidak karuan diikuti rasa takut dan panik luar biasa."Siapa yang mesum?" Tangan Algazka meraih ikat
"Algazka kamu bohong ya?" Allesa tidak percaya. Suaranya masih panik akan pemberitahuan Algazka tadi. "Nggak mungkin ada yang mau nembak aku, yang jahat disini kan kamu." Allesa menepis sekuat tenaga yang dikatakan oleh Algazka.Ingin percaya tapi rasanya tidak mungkin, ingin tidak percaya juga tapi wajah Algazka begitu serius saat mengatakannya."Jangan bohong!" Allesa tidak suka dipermainkan oleh Algazka yang memilih tidak menanggapi kata-kata Allesa.Algazka tahu kalau Allesa yang jadi panik akan pemberitahuannya, tapi memang begitu lah yang terjadi. Titik merah itu tertuju jelas di tubuh Allesa saat dia hendak keluar kamar dan setelah Algazka memastikan tanda merah tersebut memang berasal dari senjata yang siap dilepaskan walau Algazka belum mengetahui sumbernya.Dan setelah Allesa berbalik badan, tanda merah tadi langsung beralih pada jantung Allesa. Satu tembakan yang bisa langsung mematikan."Kamu panik?" tanya Algazka kemudian. "S
"Tapi kamu tadi juga denger kan, Al? Terus waktu kamu denger itu kamu posisinya lagi apa? Nggak bahaya kan?" Reina masih interogasi Allesa saat dia mengunjungi ke kamarnya.Suara tembakan yang juga didengar di telinga Reina khawatir akan terjadi hal yang tidak-tidak makanya Reina memastikan kondisi Allesa sekaligus menyiapkan pakaiannya."Nggak kok aman, baik-baik aja damai sejahtera." Allesa yang lagi dan lagi menenangkan.Reina memang selalu baik sama dirinya. Merasa senang karena Reina yang selalu memastikan kondisi Allesa dan juga mengkhawatirkan keadaannya."Beneran kan, Al?""Beneran, Mama Reina." Allesa menjahili, terkekeh geli yang memukul tangan Allesa gemas.Selalu saja Allesa menganggap sepele disaat Reina yang selalu jantung akan kondisi Allesa. Masalahnya Reina tahu kalau tingkah Allesa yang sering mengundang perilaku Algazka bertambah buruk."Lagian tadi Algazka sendiri yang ngelindungin aku," beber Allesa
"Saya yakin kalo ini ulah dari Nakuto, Tuan Algazka. Karena kejadian ini tidak terlalu lama dari waktu saya mengirimkan jari Nakamante." Daskar yang berada di lantai tiga ruang kerja Algazka menjelaskan.Tuannya masih tampak marah karena Daskar tidak berhasil mendapatkan tersangka yang Algazka inginkan. Daskar hanya membawa sebuah peluru bekas tembakan yang ditujukan pada tersangka dengan noda darah."Gue udah tau!" Algazka masih berbicara informal.Perasaannya menyimpan kesal pada Daskar yang sudah bekerja lama dengan dirinya, layaknya teman yang selalu melakukan apapun untuk Algazka. Tapi kali ini Algazka tidak puas dengan apa yang Daskar lakukan, lelaki bertubuh tegas itu tidak berhasil menangkap bajingan sialan yang sudah berani melayangkan tembakannya ke dalam kamar."Terus CCTV gimana?" tanya Algazka kemudian."Tidak terlihat Tuan Algazka, saya rasa Nakuto juga mempersiapkan ini dan mencari titik lemah ...""Jadi lo mau bil
"Punya siapa? Kenapa diem?" tanya Zie yang masih memperlihatkan kunci rambut berwarna pink di hadapan wajah Algazka.Siapa yang tidak curiga ketika ikat rambut tersebut didapatkan dari Algazka, dimana ikat rambut itu juga bukan milik Zie.Algazka tidak menjawab, dia langsung merampas dari tangan Zie dan memasukkan ke dalam saku celana. Hati kecilnya mengumpat, bagaimana bisa ikat rambut milik Allesa yang jatuh keluar dari saku celana. Algazka memang menyimpan di saku celananya saat tadi dia mengganti pakaian dan keluar dari kamar."Kamu bawa cewek lain ya buat masuk ke rumah ini?" tanya Zie menyorot Algazka kesal, baru kali ini rasanya dia mendapatkan benda-benda perempuan lain yang berada didekat Algazka, bikin hati Zie panas."Jangan berlebihan.""Aku nggak berlebihan, tapi emang bener kan? Buktinya kamu punya ikat rambut punya cewek lain. Siapa, Algazka? Siapa perempuan yang kamu bawa ke rumah ini? Dia masuk ke kamar kamu? Ngapain aja
Siapa sangka kalau matanya mendapatkan adegan mesra dewasa yang hendak dilakukan, hal itu tentu saja bikin Allesa kaget. Dia sampai menutup mulutnya ketika Algazka dengan perempuan yang bernama Zie itu berada di sudut tangga dan hendak berciuman.Baru saja Allesa keluar kamar dan ingin turun bersama Reina yang juga ikut kaget dan berada di sebelahnya."Sowryyyyy." Allesa memperlihatkan dua jarinya sebagai tanda damai pada Algazka dan sang kekasih yang tertunda bermesraan akibat suara dirinya. "Lain kali di kamar dong, masa iya di tangga.""Allesaaa." Reina berbisik gemas. Berani sekali Allesa berkata demikian."Beraninya ikut campur!" Zie menatap Allesa tidak suka.Allesa hanya nyengir kuda, sementara Reina sudah jantungan. "Yuk ah turun nanti mata aku bintitan." Allesa menarik Reina untuk lekas turun menyusuri tangga dengan langkah santai dan sikap acuhnya."Bisa-bisanya ikut campur, dasar pelayan brengsek!" umpat Zie kesal. "Al
Lo si Pelayan Tengil itu!" Satu jari telunjuk Zie yang menunjuk wajah Allesa.Rasa kesal dan jengkel melihat Zie yang sudah berperilaku seenaknya tadi. Padahal dia hanya seorang pelayan di rumah Algazka. Seandainya saja tidak ada pelayan tengil itu, mungkin Algazka sudah memberikan dirinya kecupan hangat yang ditutupi rasa malu karena pelayan tengil tersebut."Siapa nama lo?""Allesandra, panggil aja Allesa." Allesa menjawab cepat. Masih duduk tenang dan juga santai melihat Zie yang tampak emosi pada dirinya.Reina yang mlihat itu buru-buru mendekati Allesa yang sudah bangkit dari duduk, berdiri di dekat Allesa sambil melingkarkan tangannya di lengan Allesa."Kenapa ya, Non Zie? Kok kayak marah-marah gini sama Allesa?" tanya Reina sedikit gugup pada Zie. Tahu betul bagaimana sikap Zie yang memang tidak pernah bersikap hangat."Lo nggak usah ikut campur, Reina!" Zie menoleh sesaat ke arah Reina lalu kembali menatap Allesa. "Sini l
"Awas ya sampe lo berani-berani ganggu hubungan gue sama Algazka lagi, gue nggak segan-segan bikin lo diusir dari rumah ini dan nyawa lo melayang!"Itu lah kalimat terakhir Zie sebgai peringatan sekaligus ancaman yang dilontarkan pada Allesa saat sebelum dia belum pulang."Duh pasti sakit banget ya, Al? Liat tuh sampe merah gitu." Reina mengompres pipi Allesa akibat tamparan Zie yang memang keras, kasihan melihat Allesa.Wajah Allesa menyunggingkan senyuman ceria." Udah gapapa, ah. Gini doangg." Allesa menurunkan tangan Reina yang sejak tadi mengompres pipinya."Tapi tuh masih merah, Al. Biar sini aku kompres dulu." Reina masih bersikeras mengompres pipi Allesa dengan air dingin, tapi Allesa langsung menahannya."Gapapa udah aku bilang, anggap aja aku pakai blush on. Cantik kan aku?" Allesa mengedipkan matanya berkali-kali, memperlihatkan sifat centilnya yang bikin Reina jadi tersenyum."Kamu nih ya selalu aja anggap sepele hal-h
"NGGAK, NGGAK, NGGAK BOLEHHHH. ALGAZKAAA!" teriak Nadya histeris dengan air matanya.Nadya meronta-ronta, tapi gerakan tubuhnya itu telah dikunci oleh masing-masing dua penjaga Algazka yang menahan Nadya dan juga Garvin di sisi kiri dan kanan mereka."ALGAZKAAA!" teriak Garvin menahan amarahnya, tapi dia pun tidak bisa bergerak karena dua penjaga Algazka memiliki tubuh yang kokoh dan pastinya terlatih.Tatapan Garvin penuh murka saat Daskar berhasil membawa Almana keluar dari kamarnya. Namun Algazka yang selalu santai meski mampu menerkam kapan saja."Algazka, tolong kamu jangan keterlaluan!""Algazka, lepasin anak akuuu. Kamu nggak berhak mengambil anak aku semuanya. Dia anak aku, lepasin Almana, lepasinnn!" Nadya menangis histeris sambil meronta-ronta.Tidak terima dengan perilaku Algazka yang sudah berniat membawa Almana. Kasihan sekali anak bayinya itu yang masih tertidur yang kini berada di dalam dekapan Daskar.Algazka melihat Almana yang digendong oleh Daskar. Bayi mungil itu p
Penekanan kalimat atas hak penuh pada Allesa yang telah diucapkan oleh Algazka membuat Arga terdiam sejenak. Entah siapa lelaki yang bersikap berkuasa itu? Namun Arga tentunya tidak ada ketakutan sedikit pun pada dia.Arga tersenyum kecut pada Algazka yang masih berdiri di hadapan dia. "Maaf, tapi saya tidak mengenal siapa anda." Arga balas memperlihatkan keberaniannya menghadapi seorang Algazka yang baru saja dia dengar namanya dari mulut Nadya.Ucapan Arga membuat Algazka sedikit menoleh pada Garvin dan Nadya yang berada di belakang dirinya. Rupanya kedua orang tua Allesa itu tidak memberitahu bahwa Allesa telah memiliki seorang suami. Tebakan yang sangat mudah saat melihat mereka begitu terbuka menerima kedatangan Arga."Dan jangan pernah berani untuk menyakiti Allesa." Arga kembali membuka suaranya dan kali ini ada nada ketegasan yang membuat Algazka menyorot dia. "Karena saya adalah orang pertama yang akan melindungi dia dari siapapun yang membahayaka
"Ya ampun, All. Jadi selama ini tuh kamu istrinya Tuan Al ..." "Reina nggak usah berisik. Kamu kok berisik banget sih, Reina?" Allesa melirik sebal pada Reina yang yang akhirnya membuat Allesa bercerita. Tidak ada alasan lagi bagi Allesa yang tidak menceritakan pada Reina. Toh pada akhirnya dia tetap tidak akan bisa keluar dari tempat Algazka. Baginya Reina juga adalah teman dirinya selama berada di tempat menyebalkan itu. Saling berbagi cerita rasanya tidak masalah. Apalagi Reina juga selalu melihat kebersamaan Allesa dengan Algazka. "Ya tapi kan aku kaget, Allesa. Eh, kalo kamu emang istrinya Tuan Algazka, artinya aku emang harus manggil kamu ..." "Apa? Apa, apa, apa???" Allesa yang sudah tahu Reina akan berkata apa. "Cukup panggil aku Allesa aja, nggak ada yang berubah. Lagian tuh ini statusnya cuma asal-asalan aja." Allesa menambahkan dengan sikap acuhnya. Reina yang tadi didatangi oleh All
"Aku agak khawatir melihat Allesa waktu itu sebenarnya, tapi aku juga melihat kalau Allesa mau aja mengikuti ucapan lelaki itu dan tanpa paksaan." Arga kembali menjelaskan pada Nadya dan Garvin. Kata-kata Arga membungkam mulut Nadya. Apa mungkin yang dibicarakan oleh Arga karena tidak mungkin juga dia berbohong. Tapi kenapa bisa Allesa ada di Taman Bunga Seneca bersama lelaki yang sudah pasti dia adalah Algazka. Lelaki yang sangat Nadya benci dan tidak akan pernah dia anggap sebagai menantunya sedikit pun. Penjelasan Arga semakin membuat Nadya yakin bahwa Allesa kini memiliki perasaan juga terhadap Algazka. Mereka seperti sepasang kekasih yang tengah menghabiskan waktu secara bersama-sama. "Tadinya aku ingin menghalangi Allesa yang pergi pada saat aku juga mendengar lelaki itu menyuruh Allesa untuk masuk mobil, tapi aku melihat Allesa yang nurut aja sama lelaki itu. Jadi aku pikir lelaki itu nggak akan bikin Allesa kenapa-napa walau setelah itu aku mikir dia bisa aja berbahaya."
"Makasih ya, Arga. Lagian kamu ngapain sih bawa banyak makanan kayak gini. Repot banget kamu, Arga." Nadya yang mendapatkan kedatangan dari Arga yang membawakan beberapa makanan. Siang itu Arga mendatangi rumah Allesa untuk bertemu dengan Nadya yang pernah dia temui juga saat di minimarket. Ingin menjenguk keluarga Allesa sekaligus untuk bertemu dengan Allesa juga yang belum sempat mengobrol lama. "Allesa mana, Tan?" tanya Arga yang belum melihat kehadiran Allesa sejak tadi. Masih teringat dengan pertemuannya kemarin yang hanya berbicara sesaat dan terputus karena kedatangan lelaki yang tidak Arga kenal membawa pergi Allesa. "Eh duduk dulu dong, Arga. Kamu mau minum apa?" tanya Nadya buru-buru mengalihkan setelah meletakkan beberapa bungkusan dari Arga diatas meja. Nadya masih tidak mau mengungkapkan tentang Algazka yang telah menculik putri kesayangannya. Membayangkannya saja dia enggan dan begitu muak. Arga yang selalu mendapatkan sambutan hangat dari keluarga Allesa lang
"Thank you, Mr. Algazka." "Thank you." "Thank you, Mr. Geus." Ucapan terima kasih saat pertemuan meeting yang telah selesai diadakan di kantor milik Algazka. Projek besar yang ditangani oleh Algazka kembali berhasil dia taklukan. Kemenangannya tentu saja tidak pernah memberikan rasa kecewa pada investor dan seluruh tim yang turut hadir dan selalu mempercayakan pada Algazka yang cerdas. Projek besar yang memiliki nilai tidak main-main itu dia raih dengan mudah meski memiliki lawan yang kuat sekali pun. Algazka selalu puas dengan hasilnya meski selalu haus menjalankan semua titik yang membawa dirinya pada keberhasilan. "Selamat atas kemenangannya, Tuan Algazka." Daskar yang sudah berada di sebelah Algazka memberikan tuannya itu selamat dengan wajah penuh senyuman. Saat itu Algazka masih berada di ruang meeting dan belum meninggalkan ruangan tersebut. "Ada jadwal apa lagi hari ini?" tanya Algazka dengan nada dinginnya pada Daskar yang sudah cepat membuka ipad, benda yang tid
"Makasih, Reinaaa." Allesa setengah teriak melihat menu sarapan yang sudah dihidangkan di atas meja makan.Sarapan buatan Reina yang enak dan juga pasti ada unsur sehat-sehat untuk setiap menu sarapan. Sudah selesai berkuda yang menghabiskan waktu hampir satu jam lebih, hal itu membuat Allesa kini merasakan lelah dan sangat lapar.Tadinya Allesa belum ingin berhenti, tapi Allesa kasihan dengan Princess yang pastinya ingin melakukan 'me time', makanya dia menghentikan kegiatannya dan berjanji akan main bersama Princess lagi setelah Princess memulihkan tenaganya. Super senang karena ini adalah waktu pertama kali Allesa bisa menunggangi Princess walau ada insiden di awal.Seharusnya saat menunggangi Princess pertama kali Allesa ditemani oleh Algazka yang sudah berjanji pada dirinya. Tapi melihat sikap Algazka yang sangat dingin dan arogan, Allesa tentu saja tidak mau ditemani oleh Algazka. Jangan kan ditemani, berbicara dengan dirinya saja pun Algazka enggan
"PRINCESSSS, SADAR PRINCESSS INI AKU ... WHAHHHHH ..." teriakan histeris Allesa yang masih memekik.Princess berlari tanpa arah dan entah apa yang membuatnya marah sehingga Allesa tidak bisa mengontrol dan terombang-ambing diatas tubuh Princess. Dan melihat itu Daskar langsung berlari mengejar Allesa yang berteriak tanpa henti."Nona Allesaaa!" Daskar berlari mengikuti langkah kaki Princess yang masih tampak panik.Dan dalam hitungan tidak lebih dari dua menit, Daskar dengan cepat meraih pelana dan langsung naik ke atas tubuh Princess yang tetap berlari-lari, kini dia berhasil mengambil posisi tepat di belakang posisi Allesa."Nona Allesa baik-baik saja?" tanya Daskar pada Allesa yang mengangguk-anggukkan kepalanya.Nafas Allesa terengah-engah dengan jantungnya yang hampir loncat akibat ulah Princess yang berada di luar dugaan. Dan sekarang Princess sudah jauh lebih tenang karena Daskar yang mengambil alih untuk menggenggam tali kekangnya
Jam sudah menunjukkan hampir pukul lima pagi. Tapi Allesa masih tidak bisa kunjung tidur mengingat dia sudah sempat tertidur tadi dan ditambah sikap Algazka yang sangat menyebalkan. Allesa memutuskan untuk pergi ke kandang Princess guna menghibur hatinya.Memang hanya Princess yang bisa menghibur kesedihan Allesa meski dia bisa saja berkeluh kesah pada Reina. Tapi Allesa tidak mau membawa Reina hanya untuk mendengarkan dia bercerita tentang sikap Algazka. Biar saja hal ini menjadi rahasia dia dengan Princess."Princesss." Allesa yang sudah sampai di kandang kuda dan menghampiri bilik Princess.Dia tersenyum dengan mata sembabnya yang menangis hampir sejam saat semalam. Tangannya mengusap-usap rambut Princess dengan penuh kasih sayang. Dia membuat posisinya berjongkok melihat Princess yang tengah duduk santai."Princess aku lagi sedih dan kesel juga. Kamu mau dengerin nggak cerita aku. Tapi ini cerita antara kamu dan aku aja, oke?" Allesa memberika