Share

Ethan Hawk

Siang hari, ketika Hanna selesai membersihkan diri setelah melakukan prosedur operasi, dia mendengar teleponnya berdering.

"Hanna, anakku sayang. Bagaimana kabarmu nak?" terdengar suara seorang wanita paruh baya di ujung telepon.

"Ibu.. aku merindukanmu. Aku baik Bu. Bagaimana dengan ayah dan ibu? Sudah sebulan ayah dan ibu di Himalaya. Kapan kalian akan kembali?"

"Aku dan ayahmu sudah kembali. Apakah kamu sudah makan siang? Ayo, kita makan bersama dirumah. Ibu akan masak makanan kesukaanmu. Bagaimana?" ujar Clara lagi.

"Tentu, tentu aku bisa Bu. Sampai bertemu dirumah," sahut Hanna dengan senang.

"Oke, ibu dan ayah menantikan kedatanganmu." Setelah itu Clara menutup teleponnya.

Hanna merasa senang setelah menerima panggilan telepon dari ibunya.

Mia yang melihat Hanna terlihat begitu senang pun bertanya, "Ada apa, kamu sepertinya sedang sangat gembira?"

"Mia, ayah dan ibuku sudah kembali ke negara ini. Aku ingin bertemu dengan mereka. Apakah ada agenda lagi setelah ini? Ibuku memanggil untuk makan siang bersama di rumah," ujar Hanna pada asistennya.

"Kamu hanya akan melakukan satu operasi nanti sore."

"Itu artinya aku memiliki waktu luang sebentar untuk bertemu ayah dan ibuku bukan?"

"Ya, kamu bisa pulang sebentar untuk bertemu dengan paman dan bibi," jawab Mia sambil memegang bahu Hanna.

"Syukurlah, aku sangat merindukan mereka. Mereka sudah cukup tua, tapi masih saja aktif ikut menjadi sukarelawan rumah sakit. Setelah sebulan mereka pergi ke Himalaya, aku ingin melihat keadaan ayah dan ibu."

"Apa yang salah dengan semua itu? Aku mendukung paman dan bibi yang masih bersemangat untuk berbuat kebaikan di usia mereka. Lagipula, jika kamu berjalan berdampingan dengan bibi, dia layak terlihat seperti kakakmu. Hahaha.."

"Hei, ibuku adalah seorang dokter ahli bedah kecantikan, siapa yang meremehkan kemampuannya merawat diri. Tentu saja ibuku masih sangat cantik dan terlihat awet muda," Hanna bangga pada ibunya.

"Tentu saja, bibi sangat cantik. Kamu beruntung mewarisi kecantikanmu darinya."

Wajah Hanna memang sangat mirip dengan ibunya ketika muda. Hanna memegang wajahnya dan berpikir.

"Iya, aku mirip dengan ibuku. Tapi masih ada saja orang seperti Aiden Bradley yang mengira bahwa aku adalah istrinya yang menghilang."

"Hei, kamu sedang memikirkan apa?" Mia menjentikkan jarinya di depan wajah Hanna.

"Bukankah kamu ada janji makan siang? sebaiknya kamu segera pulang. Paman dan bibi sudah menunggumu, Hanna."

Hanna tersenyum pada Mia, "Oke, aku pergi dulu."

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Hanna masuk ke dalam gerbang rumah keluarga Miller dan kemudian memarkirkan mobilnya.

Dia terkagum melihat ada sebuah mobil Rolls Royce Drop Tail terparkir di halaman rumahnya.

"Wah mobil siapa ini? ini mobil yang sangat mahal. Apakah ada tamu istimewa yang sedang berkunjung?" gumam Hanna.

Masuk kedalam rumah, Hanna langsung menuju ke dapur. Dia tahu ibunya saat ini pasti sedang sibuk di sana menyiapkan makan siang.

Dan betul saja, Hanna melihat seorang wanita paruh baya yang sangat cantik sedang sibuk memasak di sana.

Hanna berjalan perlahan dengan mengendap-endap. Ketika sampai di belakang Clara, Hanna memeluk pinggangnya dari belakang.

"Hei, kamu sudah datang Hanna?" ujar Clara sambil menepuk pelan tangan yang melingkar di pinggangnya.

"Ibu, aku merindukanmu. Aroma masakanmu sangat menggugah selera."

Clara mengelus kepala putrinya yang bersandar di bahunya, "ibu juga merindukanmu. Ayo, bersihkan dulu tanganmu dan berganti baju sebelum makan. Sebentar lagi ini akan segera siap."

"Baiklah, aku akan pergi ke kamarku dulu Bu. Hmmm, oh ya, apakah di rumah sedang ada tamu Bu?"

"Maksudmu, pemilik mobil yang terparkir di depan rumah itu?" tanya Clara.

Hanna menjawab sambil mengangguk, "Iya, Bu."

"Itu mobil milik Tuan Ethan Hawk. Dia adalah donatur tetap dan terbesar di rumah sakit kita."

"Begitu kah?" Hanna mengangguk mengerti.

"Ethan Hawk sekarang sedang di ruang kerja mengobrol dengan ayahmu," sambung Clara lagi.

"Baiklah Bu, aku ke kamarku dulu."

Hanna kemudian pergi ke kamarnya. Kebetulan jalan menuju kamar Hanna melewati ruang kerja ayahnya.

Ketika Hanna melewatinya, pintu ruangan itu setengah terbuka. Dia tidak sengaja menguping pembicaraan Ethan Hawk dan ayahnya.

"Beberapa hari yang lalu perusahaan diserang oleh sejumlah peretas kelas atas. Dia sepertinya ingin mencari informasi tentang diriku dan data perusahaan," ujar suara asing di ruangan itu.

"Kamu harus lebih berhati-hati," ujar Dante Miller.

"Aku ceroboh, seharusnya aku tidak membiarkan Hanna pergi ke Valletta enam bulan yang lalu," sambung Dante lagi.

"Hal yang sudah terjadi tidak dapat dirubah, sekarang yang terpenting jangan sampai identitasku terbongkar. Jika dia tahu bahwa aku masih hidup, maka.... ," ketika sedang berbicara, Ethan melihat ada bayangan di dekat pintu.

Dia mengangkat jari telunjuknya ke depan bibir dan melihat ke arah Dante, kemudian dia menunjuk ke arah pintu.

Dante yang menyadari sesuatu kemudian mengalihkan pembicaraan.

"Ethan, sepertinya sudah waktunya untuk makan siang. Istriku pasti telah menyelesaikan hidangannya. Mari kita turun ke ruang makan."

Hanna yang berada di depan pintu segera melangkah pergi ke kamarnya.

"Fiuh, apakah mereka tahu aku menguping? mengapa tiba-tiba pembicaraan mereka terhenti?" pikir Hanna.

"Apa yang mereka bicarakan? Mengapa berhubungan dengan Valletta?" Hanna bergumam pada dirinya.

Setelah Hanna membersihkan diri dan berganti baju, dia bergegas pergi ke ruang makan. Di kursi makan terlihat ayah, ibunya dan seorang pria asing telah duduk menunggu.

"Hanna, mengapa kamu lama sekali. Kami sudah menunggumu sedari tadi," ucap Clara.

"Maaf Bu, aku lama tidak melihat kamarku, jadi aku sedikit merindukannya," ujar Hanna beralasan.

"Sudahlah, sekarang kamu sudah disini, sudah lama kita tidak duduk dan makan bersama seperti ini," ujar Dante.

"Ya, Ayah. Tuan ini..?" Hanna merujuk kepada Ethan.

"Oh iya, ayah lupa. Dia adalah Ethan Hawk. Dia merupakan donatur tetap di rumah sakit Miller," ujar Dante memperkenalkan Ethan pada Hanna.

"Halo, Tuan Ethan.. Senang bertemu dengan anda," ujar Hanna.

"Aku juga senang bertemu denganmu, Hanna."

Ethan mengangguk pada Hanna.

Sekejap Ethan melihat ke Hanna dengan tatapan yang sulit dijelaskan.

"Apakah hanya perasaanku saja? Mengapa aku sepertinya melihat matanya berkaca-kaca ketika melihatku?" pikir Hanna dalam hati.

"Ayo Hanna, makan yang banyak. Ibu sudah susah payah memasak makanan kesukaanmu hari ini," ujar Clara yang kemudian membuyarkan lamunan Hanna.

"Iya Bu, aku sangat rindu masakan Ibu."

"Maaf, aku jadi ikut makan siang di sini dan mengganggu kebersamaan kalian, " ujar Ethan.

"Tidak, tidak.. Kami senang anda bisa makan siang bersama dengan kami disini. Kumohon, jangan merasa sungkan Ethan," ujar Clara lagi.

Ethan menjawab dengan anggukkan dan tersenyum.

Kemudian mereka makan dengan tenang menikmati hidangan yang sudah disiapkan di meja makan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status